ABSTRAK Dalam dua dekade terakhir terjadi peningkatan dalam jumlah angka perceraian.Implikasi dari keadaan ini adalah semakin bertambah banyaknya jumlah an^taaoggotakeluarga yang terpisah. Hal ini semakin mempersulit terbinanya sebuahkeluarga yang sehat {healty family), seperti yang menjadi tujuan dari awal perkawinan.Penyebab dari perceraian itu sendiri tidak dapat secara pasti dapat ditentukan, namunpara ahli mengemukakan beberapa kemungk^an, dari mulai umur ketika pertama kalimenikah, umur ketika seorang ibu melahirkan anak pertama, sampai ke tingkatpendidikan yang diambil dari kepala keluarga. Selain itu para ahli jugamengemukakan beberapa variabel yang mempengaruhi terjadinya perceraian, mulaidari ketidak sanggupan menengahi isu gender, perbedaan dalam pemecahan masalahantara laki-laki dan perempuan karena penganih sosiahsasi, sampai kepada hal-halyang dian^p tidak masuk akal mengenai tuntutan gender secara tradisional untukisteri dan suami. Namun demikian satu hal yang menjadi perhatian dalampermasalahan pada penelitian ini adalah, masyarakat pen^ut agama Islam, akanmemakai Undang-Undang Peradilan Agama (UUPA) sebagai landasan legalitas dalamsuatu perkawinan, dengan adanya klausul yang menyatakan bahwa jika pasangansuami istri yang telah mempunyai anak bercerai, jika umur si anak belum sampai 12tahun {mummqyi^ maka hak pengasuhan anak secara otomatis akan diserahkan kepihak ibu. Dengan adanya klausul ini maka secara langsung maupun tidak, fungsi siayah untuk mengasuh akan terhambat. Hal ini akan bertambah parah jika hubunganyang ada tidak terbina dengan baik, sehin^ dalam banyak kasus konflik antaramantan pasangan tersebut akan semakin besar karena berusaha untuk mendapatkananaknya. Apapun jenis hubungan yang ada dengan pihak mantan istri, perceraiansendiri kerap kali dipersepsikan sebagai sesuatu yang menyakitkan, dan sangatpotensial menimbulkan stres. Stres sendiri didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai,suatu fenomena yang terjadi saat individu mengjiadapi dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan atau situasi yang menekan dan tekanan tersebut dapatmenimbulkan ketegangan secara fisik maupun psikis, serta dapat mempengaruhiperilakunya. Atas dasar tersebut diataslah, peneliti tertarik untuk mengetahuigambaran sumber-sumber stres dari duda cerai, yang tidak lagi mengasuh anakanaknya,dikarenakan adanya perintah/putusan pengadilan atau kesepakatan yangmenyerahkan pengasuhan anak kepibak ibu. Sebagai landasan teori, penulis memakaiteori proses parenting dari Belsky (1983) dengan skema model determinants of parentingprocess (1893). Namun dalam penerapannya ke permasalahan dalam penelitian ini,pembahasan dilakukan pada empat hal besar dari skema Belsky, yaitu ; marital relations,parenting, work, dan social network. Pemusatan pembahasan kepada empat hal diatasr^;^olrgiirlVan karena data yang diperoleh hanya cukup untuk membahas danmenganalisa empay hal tersebut Tedebih la^ Belsky (1983) menyebutkan padabagian work dan social network merupakan bagian yang potensial menyebabkan stres.Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah memakaipendekatan kualitatif, dan wawancara mendalam dipilih sebagai metode dalampenggalian data. Total responden yang berhasil diwawancarai sebanyak tiga orang,dan dianalisa dengan cara hasil wawancara diketik verbatim, dilakukan analisa katakunci, dan analisa setiap subyek dan lintas subyek. Hal tersebut di atas berpatokanpada skema proses parenting dari Belsky (1983).Hasil analisa dari seluruh responden menyatakan penyebab terjadinyaperceraian karena adanya pihak-pihak dari luar yang menggan^ keharmonisanmereka, selain adanya subyek yang menanggap bahwa dirinya masih mempunyaikesulitan dengan keterikatan. Sedangkan dalam penentuan pengasuhan anak adapihak yang secara sadar menyerahkan ke pihak mantan istri, dengan alasan demikesejahteraan anak atau demi kebahagiaan mantan istri sebagai seorang ibu, ada jugayang bertengkar dipengaddan untuk memperebutkan anaL Selain itu, kesulitan untukbertemu dengan anak atau dihalang-halangi untuk bertemu dengan anak atau adanyaancaman untuk membawa kabur anak dipersepsikan oleh para ayah ini sebagaisesuatu yang tidak menyenangjcan. Hal-hal tersebut di atas lah yang menjadi sumberstres dari pihak duda. |