:: UI - Skripsi Membership :: Kembali

UI - Skripsi Membership :: Kembali

Hubungan antara motif sosial dengan sikap terhadap gaya penanganan konflik secara kolaborasi (Studi pada posisi kepala bagian di Perusahaan X)

Patricia Rini Harmianti; Semiati Ibnu Umar, supervisor ([Publisher not identified] , 1999)

 Abstrak

ABSTRAK
Dalam semua organisasi, setiap anggotanya akan berinteraksi dan
tergantung satu sama lain pada saat melakukan pekerjaan. Saling
ketergantungan ini dapat menciptakan suatu kerja sama di antara mereka dan
kerja sama itu menjadi merupakan faktor penting yang dapat melandasi
koordinasi antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam
organisasi, kerja sama tidak selalu tercipta dalam semua situasi kerja, sebaliknya
justru konfliklah yang sering mewarnai kehidupan organisasi. lvancevich dan
Matteson (1990) menyatakan bahwa situasi saling ketergantungan dapat
menyebabkan dua hal yang bertolak belakang yaitu kerja sama atau konflik.
Konflik ini dapat terjadi bila sedikitnya terdapat dua partisipan, baik individuai atau
kelompok, yang memiliki tujuan atau prioritas yang berbeda.
Konflik dapat dialami oleh siapa saja dalam posisi apa saja, namun konfiik
akan Iebih sering dihadapi oleh manajer karena posisi manajer di dalam
organisasi yang terletak di posisi tengah (middle line) di antara manajer puncak
dan karyawan operasional (Robbins,1989). Hal tersebut membuat manajer
berinteraksi dengan banyak orang, yaitu dengan atasan, dengan rekan kerja
yang setingkat atau dengan bawahannnya. Dalam interaksi tersebut, konflik
dapat terjadi. Konflik harus diwaspadai oleh manajer karena kehadirannya dapat
berkembang menjadi parah dan sulit terpecahkan karena terdapat kontes
?menang-kalah". Akibat yang dihasilkan konflik dapat pula mengganggu kerja
sama yang telah ada sebelumnya dan dapat mengakibatkan ketegangan individu
. Secara Iebih luas konflik dapat pula menyebabkan motivasi kerja partisipan
menurun sehingga dapat menghambat unjuk kerjanya atau kelompok (Wexley &
Yuki, 1984).
Karena dalam perkembangannya konflik dapat berkembang menjadi
merugikan maka gaya penanganan konflik yang tepat mutlak harus ditampilkan
manajer. Thomas (dalam Sekaran 1989) menyatakan terdapat lima gaya
penanganan konflik yang biasa di tampilkan manajer. Menurut Robbins (1989)
tidak ada satu gaya penanganan konflik yang tepat untuk semua situasi. Namun
pendapat itu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Kilmann & Thomas
(dalam Robbins & Hunsaker, 1996) yang menyatakan bahwa walaupun variasi
gaya penanganan konflik dapat ditampilkan oleh manajer sesuai konflik yang
dihadapinya, setiap manajer memiliki kecenderungan untuk manampilkan satu
gaya penanganan konflik. Gaya ini merupakan gaya konflik dasar yang ada pada
diri manajer dan merupakan gaya penanganan konflik yang sering diandalkan
manajer.
Dari kelima gaya penanganan konflik yang ada terdapat gaya penanganan
konflik secara kolaborasi yang menurut Benfari (1991) merupakan solusi
menang-menang, sedangkan menurut Wexley & Thomas (1984) merupakan
teknik pemecahan masalah yang integratif. Berdasarkan hal tersebut kolaborasi
merupakan gaya penanganan konflik yang paling efektif karena akar masalah
atau konflik yang dihadapi dapat diselesaikan dengan cara damai dan dapat
memuaskan berbagai pihak. Dalam hal ini peneliti ingin meneliti mengenai sikap manajer terhadap gaya kolaborasi dengan pertimbangan bahwa dengan
mengetahui sikap tersebut peneliti dapat mengetahui kecenderungan manajer
untuk menampilkan perilaku kolaboratif daiam menghadapi situasi konflik.
Untuk mengetahui penyebab internal yang dapat mempengaruhi konflik
maka peneiiti mencoba untuk meiihatnya dari sudut pandang teori motivasi,
karena motivasi dianggap dapat menjelaskan semua perilaku yang disadari
manusia (Newstrom & Davis, 1993). Sedangkan teori motivasi yang akan dilihat
hubungannya denga gaya penanganan konflik secara kolaborasi adalah teori
motif sosial yang dikemukakan oleh McClelland, yaitu motif berprestasi
(achievement motive), motif afiliasi (affiliation motive), dan motif kekuasaan
(power motive). Sementara itu Robbins (1989) menyatakan bahwa ketiga motif itu
terdapat daiam diri individu dengan derajat yang berbeda-beda. Dengan demikian
setiap motif dapat memberikan sumbangan secara berbeda terhadap gaya
penanganan konflik secara kolaborasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin
melihat (a) apakah motif berprestasi, motif afiliasi dan motif kekuasaan secara
bersama-sama memberikan sumbangan yang bermakna terhadap gaya
penanganan konflik secara kolaborasi yang dimiliki manajer (b) motif mana
sajakah yang memberikan sumbangan yang paiing bemakna terhadap gaya
penanganan konfiik secara kolaborasi.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian korelasional dengan teknik
pengambilan data Iapangan dan tanpa memberikan manipulasi kepada
responden penelitian, yang dilakukan pada 125 kepala bagian di PT. X yang
berlokasi di darah Tangerang. Daiam penelitian ini ada dua instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data. lnstrumen pertama untuk mengukur motif
sosial yang mengukur kedekatan seseorang dengan ciri-ciri orang yang memiliki
motif tertentu secara teoritis (skala motif sosial) dan instrumen yang kedua untuk
mengukur sikap terhadap gaya penanganan konflik secara kolaborasi (skala gaya
penanganan konflik secara kolaborasi).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada subjek peneiitian ini, motif
berpresfasi, motif afiliasi dan motif kekuasaan secara bersama-sama ternyata
tidak memberikan sumbangan yang bermakna terhadap gaya penanganan konflik
secara kolaborasi karena secara jelas ditunjukkan bahwa hanya motif berprestasi
yang memberikan sumbangan yang bermakna terhadap gaya kolaborasi. Selain
itu jika dilihat hubungan masing-masing motif terhadap gaya penanganan konflik
secara kolaborasi dengan teknik koreiasi parsial diperoleh hasil bahwa motif
berprestasi memberikan sumbangan yang bermakna terhadap gaya penanganan
konflik secara koiaborasi dan kedua motif yang Iain, motif afiliasi dan motif
kekuasaan tidak memberikan sumbangan yang bermakna terhadap gaya
penanganan konflik secara kolaborasi. Penelitian ini juga mengungkapkan
adanya perbedaan yang signifikan antara gaya penanganan konflik secara
kolaborasi yang dimiliki responden yang berlatar belakang SMA, Akademi dan
perguruan tinggi.
Untuk penelitian lebih Ianjut peneliti menyarankan agar pengukuran
variabel gaya penanganan konflik juga dilakukan pada gaya kompetisi, kompromi,
menghindar dan akomodasi agar dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh
gaya penanganan konflik yang ada pada diri manajer. Selain itu untuk
mempertajam hasil penelitian, subjek peneiitian juga dapat diambil dari kalangan
manajer lini pertama dan manajer puncak sehingga dapat diketahui perbedaan
yang ditampilkan ketiga golongan manajer dalam menghadapi konflik
Sedangkan untuk alat yang digunakan daiam penelitian ini sebaiknya dilakukan
pengukuran construct validity agar lebih yakin bahwa alat ukur tersebut memang
mengukur suatu konstruk variabel yang hendak diukur.

 File Digital: 1

Shelf
 S2736-Patricia Rini Harmianti.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : S2736
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1999
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xii, 90 pages ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S2736 14-18-350208274 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20286901