Janda dan duda usia lanjut yang menikah kembali (Suatu studi deskripstif pada empat orang lanjut usia)
Lanniwati Yapianto;
Dini P. Daengsari, supervisor
([Publisher not identified]
, 1999)
|
ABSTRAK Kematian pasangan hidup merupakan stressor terbesar dalam hidup seseorang yangmempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Kesepian merupakan stress emosional yangpaling menekan adalah masalah utama yang dihadapi oleh janda dan duda usia lanjut(Perlman & Peplau, 1982; Kimmel, 1992; Journal of applied family & child studies,1986, vol 35). Menikah kembali dapat menjadi jalan keluar bagi para usia lanjutuntuk terbebas dari kesepian (Journal of marriage & the family, 1978, vol 40;Hurlock, 1983; Papalia & Olds, 1992). Pada usia lanjut beberapa aspek seperti aspekfisik dan kognitif mengalami penurunan. Kesehatan emosi berkaitan dengankehidupan yang telah dilalui; seseorang yang merasa bahagia dan mampu melihatkehidupannya di masa lalu tanpa merasa menyesal dan bersalah akan mengalamiemosi positif (Vaillant & Vaillant dalam Papalia & Olds, 1992). Interaksi sosialsangat penting bagi usia lanjut agar mereka tidak merasa tersisih dari masyarakat.Hubungan dengan pasangan hidup mempengaruhi kepuasan hidup seseorang;keberadaan pasangan hidup membantu orang usia lanjut dalam mencapaikesejahteraan emosional dan membuat mereka merasa penting dan diperlukan(Papalia & Olds, 1992). Oleh karena itu kehilangan pasangan hidup menimbulkanmasalah-masalah praktis dan emosional bagi usia lanjut. Bagi duda usia lanjutkesepian yang mereka alami ditambah pula dengan keadaan mereka yang tidakterbiasa mengurus diri sendiri; sehingga mereka sangat membutuhkan pendamping di usia tua (Berardo dalam Bell, 1971). Janda usia lanjut walaupun mempunyaidukungan sosial dari anak dan sahabat tetap membutuhkan kehadiran pendampingdalam hidup mereka. Mereka menempatkan companionship sebagai alasan untukmenikah kembali (Gentry & Schulman, 1988; Bengston, 1990 dalam Aiken 1995).Menikah kembali memberikan pengaruh positif karena membuat para usia lanjutlebih bahagia (Butler &, Lewis, dalam Aiken, 1995). Namun para usia lanjutyang menikah kembali harus melalui penyesuaian yang cukup berat sebab selainadanya perbedaan latar belakang; harapan dan kebiasaan yang terbentuk selamapernikahan pertama dijadikan dasar dalam pernikahan kedua ini sehingga merekasering membandingkan pasangan saat ini dengan pasangan yang dulu (Furstenberg,dalam Hall & Perlmutter, 1992).Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakanwawancara mendalam sebagai bentuk pengumpulan data. Subyek dalam penelitian inidiperoleh melalui cara informal dan formal.Dari keempat subyek yang diwawancarai, kebutuhan akan pendamping merupakanalasan mereka menikah kembali. Selain itu perasaan kasihana pada pasangan jugamenjadi dasar pertimbangan ketika memutuskan untuk menikah kembali. Adanyaperbedaan latar belakang antar suami istri kerapkali menimbulkan masalah dalampenyesuaian diri. Menikah kembali setelah kematian pasangan hidup dapat menjadipilihan bagi usia lanjut jika didukung oleh adanya kesamaan latar belakang,persetujuan keluarga, mengetahui kebutuhan pasangan dan adanya penghasilan yangmemadai. Menikah kembali di usia lanjut membutuhkan pertimbangan matang. |
![]()
|
No. Panggil : | S2947 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1999 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | viii, 85 pages ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S2947 | 14-19-659710601 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20286913 |