ABSTRAK Sebagian besar kasus HIV ditularkan meialui hubungan seksual. Oieh karena itu, orang yangmempunyai resiko lebih tinggi untuk tertular dan menularkan HIV adalah orang yang berganti-gantipasangan seksualnya, antara lain pekerja seks komersial (PSI^ dan pelanggannya. Survei yang diadakanoleh Yayasan Kerti Praja, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan School of Public Helath Universityof Michigan (UMABS) menunjukkan bahwa supir (termasuk supir truk) adalah saiah satu pelanggan PSKyang proporeinya cukup besar. Survei kualitatif pada supir Jawa-Bali yang dilakukan sebelumnya olehpeneliti lain menunjukkan bahwa 68 % dari supir dan kemet truk Jawa Ball pemah mengadakan hubunganseksual dengan PSK dalam satu bulan terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak memakai kondom.Mereka sering melakukan perjalanan panjang sehingga mempunyai potensi yang besar dalammempereepat penularan PMS/HIV dari satu daerah ke daerah lainnya dl Indonesia (Wirawan, 1996).Penggunaan kondom merupakan salah satu perilaku preventif yang menjadi prioritas utama dalamusaha pencegahan AIDS dan lebih efektif daripada usaha untuk mengurangi jumlah pasangan seks (Reiss& Leik, 1989 dalam Poppen & Reisen, 1994). Kerangka teori HBM (Health Belief Model, Rosenstock dalamraclemente,1994) merupakan kerangka teori yang sangat balk untuk memahami dan menjelaskan perilakupreventif terhadap HIV. Selain Hu. Janz dan Becker (1984) melakukan studi dari 46 penelitian, kemudianmereka menyimpulkan bahwa selama tiga dekade inl, model ini merupakan salah satu pendekatanpsikososial yang sangat beipengaruh terhadap perilaku kesehatan. Berdasarkan pertimbangan di atas,peneliti kemudian menggunakan HBM sebagai kerangka teori yang akan menjelaskan perilaku preventif.yaitu perilaku pencagahan dengan menggunakan kondom pada supir dan kemet toik di Jalur Pantura.Teori ini beranggapan bahwa perilaku preventif dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu perceivedsusceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, dan cues to action. Bila individumeyakini bahwa ancaman penyakit AIDS besar {perceived severity besar), merasa dirinya beresikoterkena AIDS {perceived susceptibility besar), merasa yakin bahwa tindakan pencegahan yang akandilakukan (penggunaan kondom) lebih banyak memiltki keuntungan-keuntungan {perceived benefits) daripada kerugian-kemgian {perceived barriers) serta adanya cues yang memicu perilaku penggunaan kondomtersebut, maka kemungkinan terjadinya tindakan pencegahan itu akan lebih besar (Kirscht, dalam Becker1974). Menuajt Rosenstock (1974). perceived severity dan perceived suscepfibiiity menjadl doronganuntuk berperilaku, sedangkan perceived benefits dan perceived barriers merupakan jalur dari perilakupenggunaan kondom. Dan cues (misalnya informasi dari media massa, diskusi dengan teman, dsb.)menjadi pemicu perilaku penggunaan kondom.Timbul pertanyaan bagaimana sumbangan masing-masing komponon HBM teriiadap perilakupenggunaan kondom pada supir dan kernel truk Jalur Pantura di Indonesia. Dengan demikian, peneliti inginmeneliti kembali sumbangan masing-masing komponen HBM terhadap perilaku penggunaan kondom padasupir dan kernel Iruk Jalur Pantura. Perilaku penggunaan kondom diukur dengan nilai proporsi penggunaankondom selama 3 bulan lerakhir berhubungan seks. Selanjutnya, Indeks penggunaan kondom dipakaisebagai dependent variable untuk menggambarkan perilaku penggunaan kondom.Peneliti mengadakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian Ex post fycto field study(Robinson. 1981). peneliti tidak memanipulasi IV {Independent variable) dan melakukannya pada situasiyang sebenamya (bukan di laboratorium). Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sumbangan masingmasingkomponen HBM teriiadap perilaku penggunaan kondom dengan mengukur masing-masing variabelmelalui suatu wawancara terstruktur. Sampel yang diperoleh adalah 141 supir dan kernel truk di pangkalantruk Rawapasung yang pemah mendengar tentang AIDS dan kondom, dan pemah melakukan hubunganseksual dengan PSKData yang diperoleh diolah dengan mulfiple lltrear regression dengan metode step wise. Diperolehhasil bahwa perceived benefits memberikan sumbangan yang signifikan teriiadap indeks penggunaankondom pada supir dan kernel truk. Akan tetapi, perceived susceptibility, perceived severity, perceivedbarrier, dan cues to action tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap indeks penggunaankondom. |