Resiko besar yang harus dihadapi pelaut adalah terbatasnya waktu untuk berkumpul dengan keluarga Keith & Schaefer (dalam Fesbach,1987) mengemukakcan bahwa terdapat konflik peran pada istri-istri yang suaminya memiliki waktu kerja yang panjang karena dengan demikian kesempatan untuk membangun nilai-nilai keluarga seperti kedekatan, kehangatan dan keintiman menjadi berkurang.Banyak Iagi faktor-faktor pendukung terciptanya kepuasan perkawinan yang kurang dapat dipenuhi seutuhnya oleh seorang suami karena terbatasnya waktu yang dimiliki karena tuntutan pekerjaannya. Kondisi dimana istri harus Iebih banyak menanggung beban serta Iebih besar bertanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan rumah tangga seperti istri pelaut akan menyebabkan tidak dapat dipenuhinya beberapa faktor tersebut diatas. Oleh karenanya penulis ingin Iebih jauh mengetahui tentang gambaran kepuasan perkawinan pada istri istri pelaut melihat cukup banyak ditemukan para istri yang suaminya bekerja sebagai pelaut mengeluhkan mengenai keadaan rumah tangga mereka. Melihat yang Iebih banyak mengalami masalah adalah para istri, maka peneliti secara khusus melakukan penelitian pada subyek istri.Selanjutnya penulis berharap dari penelitian ini dapat diperoleh manfaat yaitu memberikan masukan kepada istri pelaut tentang hal-hal yang penting untuk diperhatikan guna menegakkan Iandasan yang kuat bagi terciptanya kepuasan perkawinan, memberikan informasi bagi institusi yang menangani masalah masalah keluarga, tentang masalah kepuasan perkawinan yang dirasakan istri pelaut dimana informasi ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan penyuluhan, konseling ataupun terapi bagi yang bermasalah serta menambah hasil-hasil penelitian tentang keluarga pelaut yang berguna bagi penelitian selanjutnya.Penelitian ini dilakukan terhadap 5 orang subyek penelitian dengan melakukan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan yang mendorong subyek penelitian untuk menikah beragam, yaitu sebagai wadah pemenuhan kebutuhan ekonomi, kelangsungan generasi, karena menganggap pemikahan sebagai sesuatu yang normal dan wajar juga karena cinta. Ada pula subyek yang menikah karena kasihan pada calon suami yang telah Iama mengejarnya, juga karena subyek merasa tidak enak menolak calon mertua yang telah datang dari jauh untuk melamar. Sedangkan jenis perkawinan istri pelaut didominasi oleh jenis perkawinan tradisionaI. Diketahui pula bahwa tingkat kepuasan perkawinan istri pelaut naik dan turun silih berganti. Pada umumnya tinggi rendahnya kurva kepuasan perkawinan istri pelaut dipengaruhi oleh keberhasilan penyesuaian diri istri terhadap tugasnya baik sebagai istri maupun sebagai istri pelaut. Keberhasilan pada masa penyesuaian diri berpengaruh pada kuatnya Iandasan perkawinan selanjutnya. Selain itu, kurva kepuasan perkawinan iuga dipengaruhi oleh terpenuhinya faktor-faktor yang mendukung terciptanya kepuasan perkawinan, yaitu afeksi dari suami, keberhasilan anak anak dalam sekolah dan kelancaran karir suami. Faktor- faktor kepuasan perkawinan yang tidak dapat dipenuhi oleh suami dapat menimbulkan ketidakpuasan perkawinan yang dirasakan istri pelaut, dalam penelitian ini ditemukan faktor-faktor tersebut antara Iain adalah kualitas komunikasi yang buruk dengan suami, faktor sosial, faktor hubungan intim, faktor peran dan tingkah Iaku suami yang kurang sesuai dengan keinginan istri serta faktor kebutuhan istri yang tidak terpenuhi oleh suami, khususnya kebutuhan untuk dimengerti. Ada pula subyek yang merasakan bahwa faktor ekspresi afeksinya tidak terpenuhi oleh suami serta hubungan mertua dan ipar yang buruk.Hal lain yang perlu diperhatikan Iebih Ianjut dalam penelitian ini adalah adanya sejumlah keterbatasan yang diduga dipengaruhi oleh jumlah subyek yang terbatas, alat ukur yang kurang tajam menggali inforrnasi, kekurang- terampilan peneliti dalam menggali informasi ataupun dalam menganalisa data karena pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang baru bagi peneliti. Saran untuk penelitian selanjutnya adaiah melengkapi subyek penelitian, yaitu bukan hanya istri saja yang dijadikan subyek, namun juga suaminya sehingga informasi mengenai kepuasan perkawinan dapat diperoleh lebih Iengkap. Disamping itu penambahan jumlah subyek penelitian dapat memperkaya hasil penelitian, agar wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat berjalan lancar, maka diperlukan waktu yang cukup untuk membina ?raport' antara peneliti dan subyek penelitian, sehingga sewaktu wawancara dilakukan subyek penelitian tidak canggung menjawab pertanyaan peneliti. |