Deskripsi Lengkap
| Bahasa : | ind |
| Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
| Tipe Konten : | text (rdacontent) |
| Tipe Media : | unmediated (rdamedia); computer (rdamedia) |
| Tipe Carrier : | volume (rdacarrier); online resource (rdacarrier) |
| Deskripsi Fisik : | xiv, 118 pages ; 28 cm + appendix |
| Naskah Ringkas : | |
| Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
| Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
- Ketersediaan
- File Digital: 1
- Ulasan
- Sampul
- Abstrak
| No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
|---|---|---|
| S2808 | 14-19-196205256 | TERSEDIA |
| Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20286972 |
Abstrak
ABSTRAK
Hubungan interaksi antara laki-laki dan perempuan selalu saja menarik untuk dibicarakan. Salah satu permasalahan yang timbul dalam interaksi antara lakilaki dan perempuan adalah masalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual dapat teijadi pada siapa saja dan pada berbagai kesempatan. Pelecehan seksual dapat teijadi di tempat umum, dalam kendaraan umum, di kantor, di sekolah, dalam lingkungan militer, dalam keluarga dan berbagai kesempatan lainnya. Karyawati, mahasiswi, ibu rumah tangga, pelajar, remaja, orang dewasa, anak-anak, laki-laki maupun perempuan memungkinkan untuk menjadi korban pelecehan seksual. Pada penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa perempuan lebih sering merasa mengalami pelecehan seksual dibandingkan dengan laki-laki. Dari hasil penelitian juga diketahui korban pelecehan dapat mengalami akibat yang negatif dari pengalaman pelecehan. Pada beberapa kasus, akibat yang dialami korban pelecehan dirasakan sangal mengganggu kehidupan pribadinya. Berbeda dengan korban pelecehan di tempat umum, korban pada pelecehan seksual di sekolah muU tidak mau akan tetap bertemu dengan pelaku setelah peristiwa pelecehan yang menyakitkan dan tidak diinginkan tersebut dialaminya. Reaksi yang dipilih korban pada pelaku pelecehan juga sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan interaksi selanjutnya antara korban dengan pelaku. Untuk dapat meneliti lebih jauh mengenai pelecehan seksual yang terjadi dalam lingkungan sekolah maka peneliti melibatkan pelajar putri SMP sebagai subyek penelitian. Suatu tindakan dipersepsikan sebagai bentuk pelecehan seksual karena tindakan tersebut tidak diinginkan oleh korban yang merasa dilecehkan. Sebagian korban berperilaku agresif, asertif dan non asertif ketika dilecehkan. Korban juga memiliki kecenderungan menyalahkan diri sendiri, sementara yang lainnya tidak menyalahkan diri sendiri. Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai reaksi yang ditunjukkan pelajar putri sebagai korban pada pelaku pelecehan dalam lingkungan sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuesioner untuk mengetahui reaksi asertif, agresif dan non asertif yang ditunjukkan pelajar putri ketika mengalami pelecehan seksual, dan skala untuk mengetahui reaksi menyalahkan diri sendiri atau tidak menyalahkan diri sendiri. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa temyata sebagian besar subyek (pelajar putri) menampilkan perilaku agresif atau asertif ketika mengalami pelecehan seksual di sekolah. Jumlah subyek yang menampilkan reaksi agresif (48,1 %) sedikit lebih banyak dari jumlah subyek yang bereaksi asertif (39,4 %). Hanya sedikit saja subyek yang memilih untuk bereaksi non asertif (12,5 %). Selain reaksi asertif, agresif dan non asertif, peneliti juga tertank untuk mengetahui reaksi menyalahkan diri sendiri yang mungkin dirasakan oleh subyek. Dari hasil penelitian diketahui bahwa temyata sebagian besar yang mengalami pelecehan di sekolah, tidak menunjukkan reaksi menyalahkan diri sendiri (84,6 %). Pada analisa mengenai hubungan antara perilaku asertif, agresif, dan non asertif yang ditampilkan subyek dalam reaksi menyalahkan diri sendiri, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku asertif, agresif dan non asertif dalam reaksi menyalahkan diri sendiri pada pelajar putri berkaitan dengan masalah pelecehan seksual disekolah. Peneliti merasa masih banyak kekurangan pada penelitian ini. Bentuk pelecehan yang dialami pelajar putri cukup beragam. Sebagian mengalami bentuk pelecehan ringan, sedang dan berat Bentuk pelecehan yang berbeda memungkinkan subyek untuk menunjukkan reaksi yang berbeda pula. Perbedaan bentuk pelecehan ini kurang diperhatikan oleh peneliti dan mungkin mempengaruhi subyek dalam menentukan reaksi asertif, agresif, non asertif serta kecendemngan untuk menyalahkan diri sendiri.
Hubungan interaksi antara laki-laki dan perempuan selalu saja menarik untuk dibicarakan. Salah satu permasalahan yang timbul dalam interaksi antara lakilaki dan perempuan adalah masalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual dapat teijadi pada siapa saja dan pada berbagai kesempatan. Pelecehan seksual dapat teijadi di tempat umum, dalam kendaraan umum, di kantor, di sekolah, dalam lingkungan militer, dalam keluarga dan berbagai kesempatan lainnya. Karyawati, mahasiswi, ibu rumah tangga, pelajar, remaja, orang dewasa, anak-anak, laki-laki maupun perempuan memungkinkan untuk menjadi korban pelecehan seksual. Pada penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa perempuan lebih sering merasa mengalami pelecehan seksual dibandingkan dengan laki-laki. Dari hasil penelitian juga diketahui korban pelecehan dapat mengalami akibat yang negatif dari pengalaman pelecehan. Pada beberapa kasus, akibat yang dialami korban pelecehan dirasakan sangal mengganggu kehidupan pribadinya. Berbeda dengan korban pelecehan di tempat umum, korban pada pelecehan seksual di sekolah muU tidak mau akan tetap bertemu dengan pelaku setelah peristiwa pelecehan yang menyakitkan dan tidak diinginkan tersebut dialaminya. Reaksi yang dipilih korban pada pelaku pelecehan juga sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan interaksi selanjutnya antara korban dengan pelaku. Untuk dapat meneliti lebih jauh mengenai pelecehan seksual yang terjadi dalam lingkungan sekolah maka peneliti melibatkan pelajar putri SMP sebagai subyek penelitian. Suatu tindakan dipersepsikan sebagai bentuk pelecehan seksual karena tindakan tersebut tidak diinginkan oleh korban yang merasa dilecehkan. Sebagian korban berperilaku agresif, asertif dan non asertif ketika dilecehkan. Korban juga memiliki kecenderungan menyalahkan diri sendiri, sementara yang lainnya tidak menyalahkan diri sendiri. Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai reaksi yang ditunjukkan pelajar putri sebagai korban pada pelaku pelecehan dalam lingkungan sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuesioner untuk mengetahui reaksi asertif, agresif dan non asertif yang ditunjukkan pelajar putri ketika mengalami pelecehan seksual, dan skala untuk mengetahui reaksi menyalahkan diri sendiri atau tidak menyalahkan diri sendiri. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa temyata sebagian besar subyek (pelajar putri) menampilkan perilaku agresif atau asertif ketika mengalami pelecehan seksual di sekolah. Jumlah subyek yang menampilkan reaksi agresif (48,1 %) sedikit lebih banyak dari jumlah subyek yang bereaksi asertif (39,4 %). Hanya sedikit saja subyek yang memilih untuk bereaksi non asertif (12,5 %). Selain reaksi asertif, agresif dan non asertif, peneliti juga tertank untuk mengetahui reaksi menyalahkan diri sendiri yang mungkin dirasakan oleh subyek. Dari hasil penelitian diketahui bahwa temyata sebagian besar yang mengalami pelecehan di sekolah, tidak menunjukkan reaksi menyalahkan diri sendiri (84,6 %). Pada analisa mengenai hubungan antara perilaku asertif, agresif, dan non asertif yang ditampilkan subyek dalam reaksi menyalahkan diri sendiri, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku asertif, agresif dan non asertif dalam reaksi menyalahkan diri sendiri pada pelajar putri berkaitan dengan masalah pelecehan seksual disekolah. Peneliti merasa masih banyak kekurangan pada penelitian ini. Bentuk pelecehan yang dialami pelajar putri cukup beragam. Sebagian mengalami bentuk pelecehan ringan, sedang dan berat Bentuk pelecehan yang berbeda memungkinkan subyek untuk menunjukkan reaksi yang berbeda pula. Perbedaan bentuk pelecehan ini kurang diperhatikan oleh peneliti dan mungkin mempengaruhi subyek dalam menentukan reaksi asertif, agresif, non asertif serta kecendemngan untuk menyalahkan diri sendiri.