ABSTRAK Hubungan interaksi antara laki-laki dan perempuan selalu saja menarik untukdibicarakan. Salah satu permasalahan yang timbul dalam interaksi antara lakilakidan perempuan adalah masalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual dapatteijadi pada siapa saja dan pada berbagai kesempatan. Pelecehan seksual dapatteijadi di tempat umum, dalam kendaraan umum, di kantor, di sekolah, dalamlingkungan militer, dalam keluarga dan berbagai kesempatan lainnya. Karyawati,mahasiswi, ibu rumah tangga, pelajar, remaja, orang dewasa, anak-anak, laki-lakimaupun perempuan memungkinkan untuk menjadi korban pelecehan seksual.Pada penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa perempuan lebih sering merasamengalami pelecehan seksual dibandingkan dengan laki-laki. Dari hasilpenelitian juga diketahui korban pelecehan dapat mengalami akibat yang negatifdari pengalaman pelecehan. Pada beberapa kasus, akibat yang dialami korbanpelecehan dirasakan sangal mengganggu kehidupan pribadinya.Berbeda dengan korban pelecehan di tempat umum, korban pada pelecehanseksual di sekolah muU tidak mau akan tetap bertemu dengan pelaku setelahperistiwa pelecehan yang menyakitkan dan tidak diinginkan tersebut dialaminya.Reaksi yang dipilih korban pada pelaku pelecehan juga sedikit banyak akanmempengaruhi hubungan interaksi selanjutnya antara korban dengan pelaku.Untuk dapat meneliti lebih jauh mengenai pelecehan seksual yang terjadi dalamlingkungan sekolah maka peneliti melibatkan pelajar putri SMP sebagai subyekpenelitian.Suatu tindakan dipersepsikan sebagai bentuk pelecehan seksual karena tindakantersebut tidak diinginkan oleh korban yang merasa dilecehkan. Sebagian korbanberperilaku agresif, asertif dan non asertif ketika dilecehkan. Korban jugamemiliki kecenderungan menyalahkan diri sendiri, sementara yang lainnya tidakmenyalahkan diri sendiri. Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenaireaksi yang ditunjukkan pelajar putri sebagai korban pada pelaku pelecehandalam lingkungan sekolah.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuesioneruntuk mengetahui reaksi asertif, agresif dan non asertif yang ditunjukkan pelajarputri ketika mengalami pelecehan seksual, dan skala untuk mengetahui reaksimenyalahkan diri sendiri atau tidak menyalahkan diri sendiri. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa temyata sebagian besar subyek (pelajarputri) menampilkan perilaku agresif atau asertif ketika mengalami pelecehanseksual di sekolah. Jumlah subyek yang menampilkan reaksi agresif (48,1 %)sedikit lebih banyak dari jumlah subyek yang bereaksi asertif (39,4 %). Hanyasedikit saja subyek yang memilih untuk bereaksi non asertif (12,5 %). Selainreaksi asertif, agresif dan non asertif, peneliti juga tertank untuk mengetahuireaksi menyalahkan diri sendiri yang mungkin dirasakan oleh subyek. Dari hasilpenelitian diketahui bahwa temyata sebagian besar yang mengalami pelecehan disekolah, tidak menunjukkan reaksi menyalahkan diri sendiri (84,6 %). Padaanalisa mengenai hubungan antara perilaku asertif, agresif, dan non asertif yangditampilkan subyek dalam reaksi menyalahkan diri sendiri, diketahui bahwatidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku asertif, agresif dan nonasertif dalam reaksi menyalahkan diri sendiri pada pelajar putri berkaitan denganmasalah pelecehan seksual disekolah.Peneliti merasa masih banyak kekurangan pada penelitian ini. Bentuk pelecehanyang dialami pelajar putri cukup beragam. Sebagian mengalami bentukpelecehan ringan, sedang dan berat Bentuk pelecehan yang berbedamemungkinkan subyek untuk menunjukkan reaksi yang berbeda pula. Perbedaanbentuk pelecehan ini kurang diperhatikan oleh peneliti dan mungkinmempengaruhi subyek dalam menentukan reaksi asertif, agresif, non asertif sertakecendemngan untuk menyalahkan diri sendiri. |