ABSTRAK Masa remaja merupakan suatu masa yang penting dalam periodeperkembangan manusia. Pada masa ini, remaja mengalami suatu periode peralihan{transition) dari masa kanak-kanak, yang ditandai dengan adanya kebutuhanuntuk bergantung pada orang lain {dependent), menuju masa kedewasaan yangditandai dengan adanya keinginan untuk bebas dari campur tangan orang lain{independent).Periode peralihan ini juga ditandai dengan adanya perubahan-perubahanbaik secara fisik, kognitif, maupun psikologis. Perubahan psikologis yang palingmenonjol ditandai dengan perubahan emosi, baik emosi positif maupun emosinegatif, ketika menghadapi berbagai persoalan baik yang datangnya darilingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, maupun lingkungan sekolah.Pada masa ini peran keluarga sangat penting, karena keluarga memilikipengaruh terhadap pengalaman emosi remaja. Kesadaran emosi pada masa remajamembantu remaja untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehatsecara fisik dan psikologis. Keluarga harus bisa menyediakan lingkungan yangpostif, yang baik bagi kesehatan mental remaja. Untuk itu keluarga harus bisamenciptakan keseimbangan dalam komunikasi, kohesivitas atau kedekatan danfleksibilitas dalam keluarga.Dari fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui, apakah remajayang keluarganya memiliki keseimbangan yang bagus dalam hal komunikasi,kohesivitas, dan fleksibilitas, memiliki pengalaman emosi positif. Sebaliknya,apakah remaja yang keluarganya tidak memiliki keseimbangan dalam tiga haltersebut, memiliki pengalaman emosi negatif. Kemudian bagaimana perbandingankesiapan aksi antara pengalaman emosi positif dan negatif, yang ditimbulkan olehperistiwa-peristiwa dalam keluarga.Untuk mendukung penelitian ini, peneliti memilih murid SMU kelas 1sebagai subjek penelitian. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalampenelitian ini adalah purposive sampling (bertujuan). Penelitian ini menggunakanempat buah alat pen^uran, yaitu Family Assessment dari Herbert Lingren untukmelihat gambaran sistem keluarga subjek. Alat kedua digunakan untukmemancing perasaan subjek berkaitan dengan hubungan dalam keluarganya. Padaalat ketiga, subjek diminta untuk menceritkan peristiwa keluarga, baik yangmenyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Terakhir adalah kuesioneremosi untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman emosi yang berkaitandengan peristiwa keluarga dan kesiapan aksi.Basil yang didapat dari alat pertama adalah keadaan keluarga subjeksebagian besar dapat digolongkan sebagai keluarga yang memiliki komunikasi,kohesivitas dan fleksibilitas yang cukup baik, namun masih diperlukan usahausahalebih lanjut untuk bisa mempertahankan kebersamaan dalam keluarga.Dari hasil perhitimgan korelasi, didapat bahwa tidak ada hubungan yangsignifikan antara sistem keluarga (komunikasi, kohesivitas dan fleksibilitas)dengan pengalaman emosi baik yang positif maupun yang negatif. Tidak adanyahubungan antar keduanya kemungkinan disebabkan karena subjek memilikikecenderungan untuk menampilkan apa yang seharusnya dimiliki oleh sebuahkeluarga dan bukan berdasarkan apa yang sebenamya dimiliki oleh keluargasubjek. Selain itu kesulitan dalam memahami istilah-istilah emosi juga dapatmempersulit penelitian emosi.Dengan menggunakan perhitungan t-test, terlihat adanya perbedaankesiapan aksi pengalaman emosi positif dan emosi negatif, yang dimunculkanoleh peristiwa dalam keluarga dalam hal: keinginan untuk menghindar, keinginanuntuk menghapus atau menghilangkan peristiwa, keinginan untuk melakukan ataumengatakan sesuatu yang menyakitkan, keinginan untuk merusak sesuatu,keinginan untuk menangis, perasaan santai atau tenang, perasaan tak berdaya,keinginan untuk melawan, keinginan untuk dapat meluruskan masalah, keinginanuntuk menghilang, keinginan melarutkan diri dalam kesedihan.Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengalaman emosi,tetapi tentu saja dengan menggunakan alat yang lebih sederhana dan tidak ambiguagar dapat lebih mudah dipahamai dan dimengerti oleh subjek. Kemudian hasildari penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan untuk memberdayakan pararemaja, orang tua dengan anak remaja, dan juga dapat memberikan sumbanganbagi ilmu psikologi, terutama untuk memperbanyak konseling untuk remaja. |