:: UI - Skripsi Membership :: Kembali

UI - Skripsi Membership :: Kembali

Perbedaan kecerdasan emosional antara individu yang mengikuti pendidikan balet klasik dengan individu yang tidak mengikuti pendidikan balet klasik

Arsdianti N. Boediono; Lucia R.M. Royanto, supervisor (Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004)

 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecerdasan emosional antara individu yang mengikuti pendidikan balet klasik dengan individu yang tidak mengikuti pendidikan balet kiasik. Pendidikan balet klasik dipilih karena selain mengajarkan gerakan, juga melatih penari untuk berekspresi sesuai dengan tuntutan tarian. Untuk dapat berekspresi denga baik seorang penari harus mau dan dapat memperhatikan emosinya (Attention to Feelings), mengenali emosinya dengan tepat (Clarity of Feelings) untuk kemudian dapat mengatur dan mengendalikan emosinya (Mood Repair) agar sesuai dengan emosi tarian yang dibawakan. Attention to Feelings, Clarity of Feelings dan Mood Repair adalah komponen-komponen kecerdasan emosional (Salovey dkk, dalam Pennebaker, 1995; Salovey dkk, 2002). Oleh karena itu peneliti mengajukan hipotesa alternatif yang berbunyi, "Ada perbedaan yang signifikan pada kecerdasan emosional individu yang mengikuti pendidikan balet klasik dengan individu yang tidak mengikuti pendidikan balet klasik".
Penelitian ini bersifat non-eksperimental, di mana peneliti tidak memiliki kendaii langsung terhadap variabel bebas, karena variabel bebas tersebut telah terjadi atau tidak memungkinkan dilakukannya manipulasi (Kerlinger & Lee, 2000). Subyek dalam penelitian ini adalah remaja/dewasa awal perempuan, berusia 12 sampai 26 tahun dengan pembagian karakteristik sebagai berikut: mengikuti pendidikan balet klasik (untuk keiompok eksperimen) dan tidak mengikuti pendidikan balet klasik (untuk keiompok kontrol). Subyek yang diambil untuk keiompok eksperimen adalah murid Namarina Dance Academy Jakarta yang telah berada di level Higher Grades, menurut kurikulum The Royal Academy of Dance, (RAD) London, yaitu di tingkat Grade 6 ke atas. Level Higher Grades penekanan kurikulumnya selain pada penguasaan teknik juga pada style balet Romantik abad ke 19 {Royal Academy of Dance, 1993). Balet Romantik memiliki kekhasan pada keringanan langkah dan kualitas puitis dari tarian (Au, 1988), yang menuntut pengendalian emosi dari penari.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah subyek adalah 30 orang untuk tiap kelompok, dengan jumlah total subyek sebanyak 60 orang. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang diadaptasi dari Trait Meta-Mood Scale (TMMS) (Salovey dkk, dalam Pennebaker, 1995) yang mengukur Perceived Emotional Intelligence (PEI) yaitu kecerdasan emoslonal dlllhat dari persepsi indlvidu tentang kemampuannya untuk memperhatikan emosi (attention), mengenali emosi dengan tepat (clarity), dan mengelola emosi (repair). Analisa data menggunakan t-test for independent samples, karena pengambilan sampel untuk kelompok yang satu tidak dipengaruhi pengambilan sampel kelompok yang lain (Minium dkk, 1993).
Dari data yang diperoleh ditemukan bahwa skor rata-rata kecerdasan emosional kelompok balet lebih tinggi (136.03) daripada skor rata-rata kecerdasan emosional kelompok non balet (129.1). Setelah dilakukan uji signifikansi terhadap perbedaan tersebut diperoleh t = 2.39 dengan signifikansi 0.02, yang berarti bahwa perbedaan skor rata-rata kedua kelompok signifikan di los 0.05. Dengan adanya perbedaan yang signifikan tersebut maka hipotesa alternatif yang berbunyi "Ada perbedaan yang signifikan pada kecerdasan emosional antara individu yang mengikuti pendidikan balet klasik dengan individu yang tidak mengikuti pendidikan balet klasik" diterima.
Dengan adanya perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan antara kelompok balet dengan kelompok non balet maka peneliti berkesimpulan bahwa pendidikan balet klasik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan emosional seseorang. Perbedaan kecerdasan emosional kedua kelompok terjadi karena selama bertahun-tahun individu yang mengikuti pendidikan batet klasik telah dilatih untuk memperhatikan, mengenali dan mengendalikan emosinya - kemampuan-kemampuan yang membentuk kecerdasan emosional. Meskipun demikian disarankan untuk menggunakan alat ukur yang lebih baku seperti Mayer-Salovey- Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) (Mayer, Salovey & Caruso, dalam Mayer & Salovey, 1997) yang ability-based, karena TMMS berbasis skaia sikap dan membuka kemungkinan bagi responden untuk faking good. Saran lain adalah agar dilakukan penelitian longitudinal, dan/atau kualitatif untuk mengetahui dengan pasti aspek pendidikan balet klasik yang mana yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dan bagaimana pengaruhnya. Disarankan pula untuk mengadakan penelitian lintas kurikulum pendidikan balet klasik agar hasil penelitian dapat digeneralisir ke pendidikan balet klasik secara umum.

 File Digital: 1

Shelf
 S2858-Arsdianti N. Boediono.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : S2858
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xv, 94 pages ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S2858 14-19-606100339 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20287009