ABSTRAK Dalam suatu proses pendidikan, guru merupakan faktor penting sebab guruadalah pelaksana kegiatan secara langsung di dalam kelas yang mengajarkanmateri kepada siswa (Suharto, 2000). Guru antara lain berperan sebagai pemimpin,dimana guru memperlihatkan pentingnya suatu pelajaran dan niat untuk belajarmelalui sikap yang positif dan antusiasme pada pelajaran yang diberikannya kepadasiswa agar siswa dapat terpicu untuk memberikan sikap dan antusiasme yang samaseperti yang ditunjukkan oleh gurunya (Sergiovanni & Starrat, 1993). Dengandemlkian sikap seorang guru mempengaruhi pembentukan sikap para siswanyasehlngga diharapkan guru memiliki sikap yang positif terhadap pelajaran yangdiberikan. Selain itu, guru juga berperan sebagai eksekutif, dimana guru bertugasmembuat keputusan yang tepat dalam pengajaran dengan terlebih dalulu membuatsuatu rencana eksekutif pengajaran yang mencakup pembuatan analisis materipelajaran. Di sini guru bertugas menjabarkan kurikulum dengan menguraikan pokokbahasan untuk menentukan isi materi pelajaran yang mengacu pada tujuanpembelajaran.Seorang guru juga harus memiliki kompetensi profeslonal yang telahditetapkan oleh Depdikbud (1985), diantaranya adalah mengetahui pokok bahasandan menguasai materi pelajaran, mampu mengelola program belajar dan mengelolakelas serta mengena! fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan (Suryosubroto,1997). Highet (dalam Lenny, 1990) berpendapat bahwa penguasaan materipelajaran dari seorang guru merupakan faktor utama dan paling dibutuhkan dalammenilai kualitas seorang guru, la menambahkan bahwa seorang guru tidak hanyacukup mengetahui pokok bahasan/menguasai materi pelajaran yang diajarkannya,tetapi diharapkan juga menyukai atau menaruh minat terhadap pelajaran yang akandiberikan kepada siswanya agar merasa nyaman ketil^a membahas pelajaran.Salah satu pendidikan yang sedang dikembangkan oleh DepartemenPendidikan Nasional (Depdiknas) adalah pendidikan seks, yang rencananya akandimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional pada tahun 2003 mendatangdan akan diberikan mulai di jenjang pendidikan menengah, yaitu mulai sejak SLTP(Suharto, 2000). Dalam kurikulum nasional, istilah pendidikan seks telah digantimenjadi pendidikan reproduksi remaja (PRR) karena banyak pendidik dan parapembuat keputusan dalam bidang pendidikan dihantui efek negatif yang ditimbulkanoleh istilah pendidikan seks (Suharto, 2000). Karena tidak adanya guru khususbidang studi PRR, maka tenaga pendidik PRR jni direncanakan melibatkan gurubiologi, bimbingan konseling (BK), pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes)dan agama. Secara umum PRR diartikan sebagai pendidikan yang membantu remajauntuk mempersiapkan diri menghadapi permasalahan kehidupan yang bersumberpada naluri seksual, yang terjadi dalam beberapa bentuk di dalam perkembanganpengalaman setiap manusia, dengan kehidupan yang normal (Kllander, 1971).Pokok bahasan PRR yang berkaitan dengan masalah seksuaiitas dan reproduksitampak sangat sensitif dan kadangkala serlng diangggap tabu untuk kepentinganpendidikan sekalipun. Tidak semua orang dewasa, termasuk guru, dapatmembicarakan masalah tersebut secara terbuka kepada remaja karena rasa maludan khawatir yang berlebihan (Rice, 1996). Oleh karena Itu diduga terdapatperbcdaan sikap (dalam hal ini setuju atau tidak setuju) di antara para guru terhadappendidikan seks yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional(Republika, 27 Agustus 2000).Penelitian ini dllakukan untuk mengetahui mengenal sikap para guru SLIP(bidang studi biologi, BK, penjaskes dan agama) yang akan mengajarkan PRRterhadap pokok bahasan PRR yang akan dimasukkan ke dalam kurikulumpendidikan nasional. Penelitian ini melibatkan 74 subyek dari beberapa guru SLTPNegeri di Jakarta. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Penelitian inidilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner berbentuk skala sikapyang diolah secara kuantitatif dengan menggunakan statistik desriptif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap guru SLTP (bidang studiagama, biologi, BK dan penjaskes) yang mengajarkan PRR terhadap pokokbahasan PRR yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum nasional adalah positif.Penelitian Ini juga mengungkapkan sikap guru berdasarkan jenis kelamin, statuspernikahan, pendidikan serta pengalaman mengikuti kegiatan yang berkaitandengan pendidikan seks/reproduksi. Dalam penelitian ini ditemukan perbedaan sikapguru laki-laki dalam menjelaskan PRR kepada murid laki-laki dan murid perempuan.Selain itu juga ditemukan hubungan antara umur guru dengan sikap terhadap pokokbahasan PRR. |