ABSTRAK Asertivitas seksual adalah konsep yang merujuk pada pengeitian asertiviias secara unium, yailu kemampuan seseorang unluk memperlahankan hak seksLialnya unluk dapai mengambil keputusan seksual dengan tetap member! penghargaan alas hak orang lain dan tanpa menyakili orang lain aiau pasangannya serta mengekspresikan dirinya secara jujur dan cara yang tepal dengan rasa nyainan lanpa perasaan cemas yang mengganggu sehingga mendorong lervvujudnya kesejajaran dan persamaan dalam hubungan dengan pasangannya. Asertivitas seksual ini penting guna memahami pengambilan keputusan seksual perempuan. Alai ukur psikologis yang mengukur asertivitas seksual belum ada di Indonesia. Unluk iiLi dibangun alat untuk mengukur asertivitas seksual bag! Perempuan Indonesia yang disebut Skala Asertivitas Seksual untuk Perempuan Indonesia (SASPI). SASPI dikembangkan merujuk pada skala yang mengukur asertivitas seksual perempuan yang dibuat Morokoff et al. dengan sampel perempuan Amerika. SASPI terdiri dari dua skala. Yaitu skala inisiatif dan skala penolakan.Teori yang digunakan sebagai landasan meliputi asertivitas umum. Pola tingkahlaku seksual, asertiviias seksual. peran gender dan dasar-dasar konsiruksi tes.Data yang diperoleh berasal dari 112 subyek. dengan karakteristik Jangkauan usia mulai dari 21 sampai 30 tahun, sudah pernah berhubungan seks, sebagian besar memiliki pendidikan akitir sarjana, tinggal di Jakarta dan sekitarnya.Reliabilitas SASPI dihiiung dengan koefisien alfa Cronbach dengan pertimbangan rumus ini cocok digunakan untuk item-item multi respon. Selain itu rumusnya cukup sederhana. Dari 112 subyek, SASPI memiliki koefisien reliabilitas sebesar ,94. Untuk skala inisiatif, koefisien reliabiiitasnya adalah ,93. Unluk skala penolakan, koefisien reliabilitasnya sebesar.94.UJi validilas SASPI dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode kelompok kontras dan metode korelasi dengan tes lain. Untuk metode pertama. adalah dengan membandingkan mean skor SASPI dua kelompok sampel, yaitu kelompok aktivis (perempuan yang terlibat dalam organisasi non pemerintah atau LSM yang memperjuangkan kepentingan orang atau sesLiatu yang terabaikan) dan kelompok umum (kelompok perempuan selain yang terlibat dalam organisasi non pemerintah atau LSM). Terbukti ada perbedaan mean skor yang signifikan antara dua kelompok. Hal ini mendukung bahwa SASPI memang mengukur konstruk asertivitas seksual. Dukungan lain diperoleh dari korelasi SASPI dengan Skala Asertivitas Rathus sebesar ,45 (signifikan pada level 0,01).Hal ini membuktikan bahwa SASPI adalah alat ukur psikologis yang memenuhi syarat. Selain itu, berdasarkan distribusi skor subyek dibentuk norma SASPI untuk kelompok sampel ini dengan metode skala 5 kategori, yang membagi skor menjadi 5 kategori, yaitu sangat tidak asertif, kurang asertif, ambivalen, agak asertif dan sangat asertif.Beberapa korelasi menarik ditemukan, yaitu antara tingkat pendidikan dan skor skala inisiatif (,220), usia subyek dan skor skala inisiatif (-,189). tingkat kepuasan kehidupan seksual dengan skor inisiatif (,233) dan skor SASPI secara keseluruhan (,2I3), lama hubungan dengan skor penolakan (.223), item indikator self-efficacy dengan tingkat kepuasan kehidupan seks (,222).SASPI disarankan untuk digunakan sebagai alat evaluasi program-program pelatihan asertivitas seksual. Tidak hanya itu, SASPI juga dapat digunakan untuk membantu proses konseling, khususnya untuk orang-orang yang memerlukan bantuan psikologis dalam menanggulangi masalah perkawinan atau masalah seksual mereka.Untuk penelitian lanjutan, beberapa saran yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah menambah jumlah sampel, memperhatikan karakteristik status sosial ekonomi subyek, memperbaiki item-item indikator. dan menambah dimensi SASPI, misalnya dimensi asertivitas dalam memuji dan mengkomunikasikan perasaan positif.
|