:: UI - Skripsi Membership :: Kembali

UI - Skripsi Membership :: Kembali

Intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya

Dini Ria Andrini; Sri Rochani Soesetio, supervisor (Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000)

 Abstrak

Terjadinya peningkatan sikap dan perilaku seksual di kalangan remaja menimbulkan berbagai masalah, karena bukan Jianya tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada di Indonesia, namuiTjuga menimbulkan dampak negative lainnya, seperti kehamilan di luar nikah, depresi, penyakit kelamin, bahkan tertularnya penyakit AIDS. Untuk memecahkan permasalahan ini, yang harus dilakukan bukan hanya memperbaiki remajanya saja, tetapi juga dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung usaha tersebut. Isu-isu perilaku seksual remaja, akhirnya selalu berujung pada satu kesimpulan yang sama, yakni pentingnya diberikan pendidikan seks pada remaja sebagai langkah antisipatif untuk mencegah kesalahan perilaku. Orang tua sebagai individu yang terdekat dengan anak seharusnya dapat menerangkan arti yang sebenarnya dari seks dengan cara yang sehat dan baik karena ia sangat berperan dalam pembentukan nilai dan sikap anak. Namun, pendidikan seks itu sendiri menyebabkan timbulnya pendapat yang saling bertentangan dan kerap kali sulit untuk diterapkan oleh orang tua karena adanya nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang menganggap seks merupakan suatu hal yang tabu untuk dibicarakan.
Dari permasalahan inilah, maka ingin diketahui bagaimana intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Penelitian ini berdasarkan teori Planned Behavior (Ajzen, 1988) yang merupakan respon dan pengembangan dari teori Reason Action. Teori ini mengatakan bahwa intensi adalah penentu langsung dari tingkah laku dan pengukuran intensi yang tepat akan memberikan peramalan tingkah laku yang akurat. Lebih lanjut, teori ini menyatakan bahwa intensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan perceived behavior control (baik perceived behavior control belief (PBCb), maupun perceived behavior control direct (PBCd)). Dalam menentukan intensi, masing-masing faktor memiliki kekuatan yang berbeda-beda dan perbedaan tersebut dapat menjelaskan latar belakang timbulnya intensi yang hendak diteliti.
Dengan tehnik incidental sampling, sebanyak 116 orang tua yang memiliki anak pra remaja, dilibatkan sebagai subyek penelitian. Prosedur dan alat pengumpulan data mengikuti model Ajzen dan Fishbein (1980). Untuk pengolahan data, digunakan komputer sebagai alat bantu untuk mendapatkan perhitungan persentase, korelasi pearson, regresi berganda, t-test, dan anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah subyek penelitian ternyata memiliki intensi yang kuat untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Selain itu, juga diketahui bahwa terdapat hubungan linear antara sikap, norma subyektif, PBC (baik PBCb maupun PBCd) dengan intensi. Dari hasil analisis berganda diketahui hanya PBCb yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intensi. Sedangkan sikap, norma subyektif, dan PBCd memiliki pengaruh yang siginifikan, dengan sumbangan terbesar diberikan oleh norma subyektif. Jadi, intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai harapan orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya agar ia memberikan pendidikan tersebut kepada anak remajanya.
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa hampir separuh subyek penelitian berpendapat bahwa pendidikan seks kepada remaja paling baik diberikan oleh orang tuanya sendiri dan separuh dari jumlah subyek menyetujui pemberian pendidikan seks kepada anak di usia remaja awal (12 -15 tahun).
Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebaiknya jumlah sampel diperbesar dengan penyebaran berdasarkan data kontrol yang merata sehingga dapat dilakukan pengolahan statistik lebih lanjut, untuk mendapatkan hasil yang lebih kaya dan rinci. Selain pemberian kuesioner, sebaiknya juga dilakukan wawancara untuk mendapatkan jawaban yang lebih kaya dan akurat dalam peramalan intensi. Selanjutnya juga disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, seperti topik-topik masalah seks yang sering dibicarakan dan ditanyakan antara anak dan orang tua, disarankan agar melakukan wawancara kepada para orang tua karena ternyata dari penelitian ini diketahui terdapat perbedaan pengetahuan antara apa yang ingin diberikan orang tua dan yang ingin diketahui anak. Pengetahuan mengenai pendidikan seks, ternyata bukan hanya diperlukan bagi remaja, tetapi juga bagi orang tua karena berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks masih kurang. Hal bisa dilakukan dengan memperbanyak seminar, menyediakan buku-buku panduan mengenai pendidikan seks, dll.

 File Digital: 1

Shelf
 S2896-Dini Ria Andrini.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : S2896
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : ix, 123 pages, ilustration ; 28 cm. + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S2896 14-19-087684986 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20287047