Deskripsi Lengkap
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text (rdacontent) |
Tipe Media : | unmediated (rdamedia); computer (rdamedia) |
Tipe Carrier : | volume (rdacarrier); online resource (rdacarrier) |
Deskripsi Fisik : | xi, 124 pages ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
- Ketersediaan
- File Digital: 1
- Ulasan
- Sampul
- Abstrak
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S2935 | 14-19-055461815 | TERSEDIA |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20287087 |
Abstrak
ABSTRAK
Pada masyarakat kita , masih banyak anggapan bahvva seks merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Orang tua yang seharusnya merupakan sumber utama bagi anak dalam memberikan pendidikan seksual juga masih ragu dan malu untuk melakukan salah satu tugasnya tersebut. Sedikit sekali orang tua yang mau menginformasikan pengetahuan tentang masalah seks pada anaknya. Hal ini terjadi karena orang tua tidak tahu atau merasa enggan bercerita mengenai seks (Dr.dr. Satoto dalam Kompas, 1994). Akibat kurangnya informasi mengenai pendidikan seks dari orang tua serta adanya sumber-sumber yang dapat menimbulkan salah pengertian, maka sekolah merupakan altematif yang tepat untuk mengantisipasi hal ini. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang mampu mencakup remaja dari berbagai kalangan. Walaupun banyak terdapat lembaga atau perkumpulan remaja, namun hanya sebagian dari remaja yang ikut terlibat, sehingga apabila pendidikan seks diadakan melalui perkumpulan remaja saja, maka akan banyak remaja yang tidak mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi/pendidikan tersebut (Rice, 1996). Beberapa SMU Swasta memasukkan pendidikan seks ke dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kesehatan (Iskandar, 1998). Sedangkan SMU Negeri di wilayah Jakarta telah mengantisipasi hal ini melalui pelajaran Biologi. Salah satu SMU Negeri yang memberikan materi kesehatan reproduksi melalaui pelajaran Biologi adalah SMU negeri 8 Jakarta. Remaja merupakan suatu periode transisi, dan pada masa ini remaja banyak mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang menuntut mereka beradaptasi dengan perubahan tersebut serta tuntutan yang ada di masyarakat. Perubahan-perubahan yang teijadi pada masa remaja adalah perubahan fisik, emosi, kognitif, dan perkembangan kepribadian sosial. Tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untuk mempersiapkan remaja menghadapi beberapa kejadian penting yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi remaja, seperti misalnya saat baru melahirkan, mengalami hubungan seksual, alat kontrasepsi, mengalami infeksi penyakit menular, dan saat pertamakali mngethui bahwa dirinya hamil. Selain itu, pemberian pendidikan kesehatan reproduksi juga berisi mengenai penanaman nilai-nilai yang harus disampaikan untuk mencegah perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman siswa, serta pendapat guru dan siswa SMU Negeri 8 mengenai pemberian materi kesehatan reproduksi yang disampaikan melalui pelajaran Biologi. Responden penelitian ini adalah siswa kelas II SMU Negeri 8 yang berjumlah 80 orang dan tiga orang guru Biologi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat penelitian untuk siswa terbagi atas lima bagian, dimana tiga bagian pertama bertujuan untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi kesehatan reproduksi, AIDS, dan alat kontrasepsi, sedangkan untuk bagian ke empat dan ke lima bertujuan untuk menggali pendapat siswa terhadap prosees pembelajaran Biologi "Plus" dan hambatan yang dialami selama kegiatan Biologi "Plus" berlangsung. Untuk kuesioner guru terbagi atas empat bagian. Bagian pertama berisi mengenai materi tambahan yang diajarkan guru melalui Biologi "Plus", bagian kedua adalah untuk menggali proses Kegiatan Biologi "Plus" dan hambatan yang dialami guru, sedangkan bagian keempat dan ke lima berisi mengenai pertanyaan terbuka Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan perhitungan persentase dari pendapat responden siswa dan guru, serta menghitung korelasi dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment dengan menggunakan program komputer SPSS 8.00 for Windows. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa tingkat pemahaman responden siswa terhadap materi kesehatan reproduksi secara umum masih rendah, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian para guru Biologi dan pihak sekolah. Pemahaman siswa terhadap materi kesehatan mengenai alat kontrasepsi dan AIDS lebih baik dibandingkan dengan pemahaman siswa terhadap materi lain yang tercakup dalam kuesioner. Selain itu untuk sebagian besar siswa dan guru berpendapat bahwa pemberian materi kesehatan reproduksi melalui pelajaran Biologi sudah tepat, namun hambatan yang dirasakan adalah terbatasnya waktu. Hal ini menyebabkan banyak materi kesehatan reproduksi yang belum disampiakan pada siswa, dan dari pihak siswa mereka berpendapat rasa ingin tahu mereka tidak terpenuhi.
Pada masyarakat kita , masih banyak anggapan bahvva seks merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Orang tua yang seharusnya merupakan sumber utama bagi anak dalam memberikan pendidikan seksual juga masih ragu dan malu untuk melakukan salah satu tugasnya tersebut. Sedikit sekali orang tua yang mau menginformasikan pengetahuan tentang masalah seks pada anaknya. Hal ini terjadi karena orang tua tidak tahu atau merasa enggan bercerita mengenai seks (Dr.dr. Satoto dalam Kompas, 1994). Akibat kurangnya informasi mengenai pendidikan seks dari orang tua serta adanya sumber-sumber yang dapat menimbulkan salah pengertian, maka sekolah merupakan altematif yang tepat untuk mengantisipasi hal ini. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang mampu mencakup remaja dari berbagai kalangan. Walaupun banyak terdapat lembaga atau perkumpulan remaja, namun hanya sebagian dari remaja yang ikut terlibat, sehingga apabila pendidikan seks diadakan melalui perkumpulan remaja saja, maka akan banyak remaja yang tidak mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi/pendidikan tersebut (Rice, 1996). Beberapa SMU Swasta memasukkan pendidikan seks ke dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kesehatan (Iskandar, 1998). Sedangkan SMU Negeri di wilayah Jakarta telah mengantisipasi hal ini melalui pelajaran Biologi. Salah satu SMU Negeri yang memberikan materi kesehatan reproduksi melalaui pelajaran Biologi adalah SMU negeri 8 Jakarta. Remaja merupakan suatu periode transisi, dan pada masa ini remaja banyak mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang menuntut mereka beradaptasi dengan perubahan tersebut serta tuntutan yang ada di masyarakat. Perubahan-perubahan yang teijadi pada masa remaja adalah perubahan fisik, emosi, kognitif, dan perkembangan kepribadian sosial. Tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untuk mempersiapkan remaja menghadapi beberapa kejadian penting yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi remaja, seperti misalnya saat baru melahirkan, mengalami hubungan seksual, alat kontrasepsi, mengalami infeksi penyakit menular, dan saat pertamakali mngethui bahwa dirinya hamil. Selain itu, pemberian pendidikan kesehatan reproduksi juga berisi mengenai penanaman nilai-nilai yang harus disampaikan untuk mencegah perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman siswa, serta pendapat guru dan siswa SMU Negeri 8 mengenai pemberian materi kesehatan reproduksi yang disampaikan melalui pelajaran Biologi. Responden penelitian ini adalah siswa kelas II SMU Negeri 8 yang berjumlah 80 orang dan tiga orang guru Biologi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat penelitian untuk siswa terbagi atas lima bagian, dimana tiga bagian pertama bertujuan untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi kesehatan reproduksi, AIDS, dan alat kontrasepsi, sedangkan untuk bagian ke empat dan ke lima bertujuan untuk menggali pendapat siswa terhadap prosees pembelajaran Biologi "Plus" dan hambatan yang dialami selama kegiatan Biologi "Plus" berlangsung. Untuk kuesioner guru terbagi atas empat bagian. Bagian pertama berisi mengenai materi tambahan yang diajarkan guru melalui Biologi "Plus", bagian kedua adalah untuk menggali proses Kegiatan Biologi "Plus" dan hambatan yang dialami guru, sedangkan bagian keempat dan ke lima berisi mengenai pertanyaan terbuka Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan perhitungan persentase dari pendapat responden siswa dan guru, serta menghitung korelasi dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment dengan menggunakan program komputer SPSS 8.00 for Windows. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa tingkat pemahaman responden siswa terhadap materi kesehatan reproduksi secara umum masih rendah, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian para guru Biologi dan pihak sekolah. Pemahaman siswa terhadap materi kesehatan mengenai alat kontrasepsi dan AIDS lebih baik dibandingkan dengan pemahaman siswa terhadap materi lain yang tercakup dalam kuesioner. Selain itu untuk sebagian besar siswa dan guru berpendapat bahwa pemberian materi kesehatan reproduksi melalui pelajaran Biologi sudah tepat, namun hambatan yang dirasakan adalah terbatasnya waktu. Hal ini menyebabkan banyak materi kesehatan reproduksi yang belum disampiakan pada siswa, dan dari pihak siswa mereka berpendapat rasa ingin tahu mereka tidak terpenuhi.