ABSTRAK Perkawinan antar-etnik merupakan suatu fenomena yang semakin menggejala.Kemajuan yang terjadi di berbagai bidang, seperti kemajuan di bidang perdagangan,media-massa, pelayanan penjalanan, peningkatan kesadaran akan hak asasi manusiaserta kemajuan di bidang-bidang lain, akan meningkatkan frekuensi bertemunyaindividu dari berbagai latar-belakang, termasuk latar-belakang etnik. Salah satudampak dari bertemunya inidividu-individu dengan berbagai latar-belakang etnikadalah terjadinya perkawinan antar-etnik. Kondisi bangsa Indonesia yang multi-etnikdengan derajat keberagaman yang tinggi, tentunya juga sangat memungkinkanterjadinya perkawinan antar-etnik.Setiap perkawinan memiliki keunikan keunikan tersendiri, demikian puladengan perkawinan antar-etnik ini. Pasangan perkawinan dituntut untuk melakukanserangkaian penyesuaian demi tercapainya kepuasan perkawinan, tidak saja antar-pasangan tetapi juga dengan pihak keluarga masing-masing pasangan. Pada dasarnya,semakin hesar perbedaan antara pasangan perkawinan, seperti yang dijumpai padaperkawinan antar-etnik, maka penyesuaian perkawinan yang perlu dilakukan olehpasangan tersebut juga semakin sulit. Perbedaan budaya yang di antara pasangan dapatmenimbulkan pemasalahan tersendiri dalam perkawinan antar-etnik.Masyarakat Batak merupakan salah-satu kelompok etnik di Indonesia, yangmasih memegang kuat adat budayanya. Hal ini terlihat dari masih dipeliharanya adatbudaya tersebut oleh masyarakat Batak yang hidup di kota-kota besar. Sistemmasyarakat Batak yang patrilineal, dimana prialah yang membentuk hubungankekerabatan serta pentingnya marga sebagai penentu identitas seorang individu Batak,menyebabkan perkawinan antar-etnik menjadi suatu hal yang dihindari dalammasyarakat Batak, terutama wanita Batak. Namun walaupun demikian, perkawinanantar-etnik, dalam hal ini antara wanita Batak dengan pria suku lain masih dapatditemui dalam masyarakat.Mengingat hal inilah, peneliti tertarik untuk mengetahui proses penyesuaianperkawinan yang terjadi pada wanita Batak yang menikah dengan pria suku lain,artinya sejauhmana subyek menyesuaikan diri dengan kebutuhan, keinginan danharapan pasangan, keluarga pasangan dan keluarga subyek sendiri. Peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang masalah-masalah yang dihadapi subyek dalampenyesuaian perkawinannya sehubungan dengan adanya perbedaan budaya antarasubyek dengan pasangannya, strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalahtersebut, serta gambaran proses penyesuaian perkawinan pada subyek.Untuk dapat memahami penghayatan subyektif individu, maka penelitian inimenggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan lima orang subyekwanita Batak yang menikah dengan pria suku lain. Metode wawancara dan observasidigunakan sebagai tehnik pengumpuian data untuk dapat memperoleh hasil yangcukup mendalam.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, wanita Batak yang menikah denganpria suku lain masih tetap berusaha untuk mengikuti adat budayanya, namun demikiansubyek tidak terlalu memfokuskan diri pada perbedaan budaya dengan pasangannya.Masalah-masalah yang muncul dalam proses penyesuaian lebih banyak berhubungandengan kebiasaan-kebiasaan pribadi, pembagian peran dalam perkawinan danpenetapan pola asuh anak. Masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan budayatidak terlalu tertampil walaupun masih tetap ada, terutama tampak pada subyek yangsuaminya berasal dari kelompok etnik dimana adat budayanya masih kental. Strategiyang dikembangkan oleh subyek untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalamproses penyesuaian perkawinannya adalah dengan mengembangkan sikap toleransi,mau menerima perbedaan yang ada dan tidak mempermasalahkannya perbedaantersebut, berusaha untuk mengikuti budaya pasangan tanpa harus meninggalkanbudayanya sendiri.Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar mewawancarai pasangan subyekjuga. Dapat juga dilakukan peneltian kuantitatif, untuk melihat aspek-aspek daribudaya dalam penyesuaian perkawinan secara khusus. Selain itu perlu dilibatkansubyek penelitian dengan latar-belakang yang lebih beragam. |