ABSTRAK Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupanmanusia untuk dapat melakukan kegiatan dengan optimal. Menurut WHO,kesehatan mencakup keadaan fisik, mental dan sosial yang sehat, bukan hanyasemata-mata tidak adanya penyakit.Namun tidak selamanya manusia berada dalam keadaan sehat. Gangguankesehatan bisa diakibatkan pikiran, emosi dan tindakan (DiMatteo, 1991). Salahsatu masalah kesehatan yang paling serius menurut Sarafino adalah penyakitkronis, yaitu penyakit degeneratif yang berkembang dalam jangka waktu yanglama (Tapp & Warner dalam Sarafino, 1994). Salah satu penyakit kronis yangsangat serius adalah gagal ginjal kronis. Penyakit ini merupakan penyakitpenurunan firngsi ginjal sehingga tidak dapat lagi mengekskresikan sisa-sisa metabolisme dan racun dalam tubuh, dalam bentuk urine dengan normal.Akibatnya, teijadi penumpukan cairan dalam tubuh yang dapat mengancam hiduppenderitanya. Treatment yang paling banyak digunakan di Indonesia untukmempertahankan hidup penderita gagal ginjal adalah hemodialisis atau cuci darah.Berbagai penelitian yang dilakukan diluar negeri mengemukakanbanyaknya gangguan emosi yang dial ami pasien hemodialisis, natara lain depresi,kecemasan, keinginan untuk bunuh diri, stres akibat ketergantungan terhadapmesin dan sebagainya.Dari hasil interaksi peneliti dengan para pasien hemodialisis di RSCMselama setahun lebih, terlihat bahwa pasien tidak selalu menampilkan emosinegatif selama menjalani proses hemodialisis. Penenliti menjadi tertarik untukmeneliti bagaimana pengalaman emosi yang dirasakan para pasien ini, dari masaawal proses hemodialisis dan pada saat ini. Bagaimana pembahan emosi teijadi,dan bagaimana mereka mengatasi masalah yang ditimbulkan penyakit dan proseshemodialisis.Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan teori Lazarussebagai landasan teori yang pada intinya menekankan adanya penilaian untukdapat memicu emosi tertentu dan proses-proses coping yang mengikuti emosiemosiini. Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan wawancara semiberstruktur sebagai metode utama dan observasi sebagai metode penunjang.Pengumpulan data dilaksanakan di RSCM dengan subyek tiga orang pasien yangsudah menjalani hemodialisis selama lebih dari setahun. Hasil penelitian menunjukkan subyek merasa takut,frustrasi, putus asa,tertekan, mudah marah dan tidak mampu bekeija optimal pada masa awalhemodialisis. Hemodialisis dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan danmengancam kesejahteraan diri. Coping yang diterapkan adalah yang berpusatemosi, antara lain penyangkalan dan penghindaran terhadap kenyataan danlingkungan. Saat ini, para subyek sudah mampu menerima kenyataan dan bersikappasrah. Hemodialisis tidak lagi dipandang sebagai sebuatu yang menakutkan danmenghambat aktivitas. Emosi positif yang dirasakan meliputi senang dan gembirabila tidak ada gangguan fisik dan dapat meluangkan waktu bersama keluarga, jugabangga bila dapat menunjukkan pada orang lain bahwa dirinya masih mampu.Emosi negatif seperti kesal timbul bila ada gangguan fisik atau terhambat dalammelakukan akti vitas. Coping yang diterapkan kini antara lain memodifikasi pikiranburuk dengan yang lebih positif juga melakukan aktivitas ringan untuk melatihfisik.Peneliti menyarankan dilakukannya penelitian terhadap aspek-aspek lainpada penderita penyakit ini karena banyak hal yang menarik yang belum tergalidari penelitian ini dan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap kepadapihak terkait.
|