Ideologi peran jender menurut laki-laki, dan implikasinya terhadap 'role expectation' dan aktualisasi diri perempuan
Desy Christina;
Elizabeth Kristi Poerwandari, supervisor
([Publisher not identified]
, 2000)
|
ABSTRAK Masyarakat Batak Toba memiliki sistem kekerabatan yang patrilineal yaitu mengikutigaris keturunan ayah. Sebelum menikah, wanita merupakan bagian dari kelompokayahnya dan setelah menikah ia akan ?rneninggalkan? keluarganya dan masuk kedalam satuan kekerabatan suaminya. Kedudukan dan peran wanita dalam adat BatakToba ditentukan oleh posisi ayah atau suaminya dan ia tidak memiliki posisi sendiridalam adat. Lain halnya dengan pria yang dianggap raja dan selalu ditinggikankedudukannya dibandingnya wanita.Perbedaan kedudukan antara pria dan wanita Batak Toba sangat jelas terlihat salahsatunya dalam pengambilan keputusan pada acara-acara adat. Pada forum-forumresmi seperti itu, pendapat wanita kurang didengarkan dan prialah yang lebihdominan dalam memutuskan segala sesuatu. Para wanita Batak sendiri jika ditanyaipendapatnya, rnenyerahkan hal itu kepada para suami dan akhirnya suamilah yangberbicara. Selain itu subordinasi wanita Batak Toba ini pun terjadi di gereja HKBPsebagai tempat mayoritas masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen Protestanberibadah. Jika kita amati di gereja-gereja HKBP di seluruh Indonesia, mayoritaspendeta, guru huria dan penetua didominasi oleh kaum pria (Siregar, 1999).Marjinalisasi posisi wanita Batak Toba memang sudah tidak sesuai lagi dengantuntutan modernisasi dan demokrasi saat ini. Sudah selayaknya persepsi yangmenomorduakan kedudukan wanita dalam masyarakat Batak itu diubah. Sulitnya,ideologi peran jender seseorang sangat tergantung pada konteks sosial di mana orangtersebut berada dan konsepsi budaya tersebut mengenai jender. Sehingga jika dalamkognisi orang Batak pensubordinasian wanita dalam taraf tertentu sesuai denganbelief yang mereka anut, maka hal tersebut akan lebih dipandang sebagai harmonidaripada dominansi dalam struktur patriarkat (Muluk, 1995).Kedudukan dan peran wanita dalam masyarakat Batak Toba tidak lepas dari role-expectation yang ada dalam masyarakat tersebut. Melalui penelitian ini penulis inginmengetahui gambaran ideologi peran jender pria dewasa muda Batak Toba, role-expectation terhadap wanita dari perspektif kedua belah pihak dan pengaruhnyaterhadap aktualisasi diri wanita. Metode yang digunakan yaitu untuk mendapatkan gambaran ideologi peran jenderpria dewasa muda Batak Toba di Jakarta digunakan metode kuantitatif denganmenggunakan kuesioner adaptasi SRI. Pemahaman yang mendalam mengenai role-expectation dan darnpaknya terhadap aktualisasi diri dilakukan dengan menggunakanmetode kualitatif.Teori yang menjadi landasan penelitian ini meliputi budaya Batak Toba yangmenggambarkan kedudukan wanita dalam masyarakat adat dan sistem kekerabatanmereka, teori mengenai masa dewasa muda, role-expectation dan jender sebagaikonstruksi sosial, serta teori-teori mengenai aktualisasi diri.Hasil analisis data kuantitatif didapatkan gambaran bahwa pada cukup banyak aspekSRI pria dewasa muda Batak Toba menganut ideologi peran jender tradisional lebihbanyak daripada yang modern. Analisis tambahan terhadap data kontrol denganmenggunakan one-way anova dan t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaanyang signifikan dalam hal ideologi peran jender berdasarkan usia, pendidikan, status,pengeluaran tiap bulan dan lama subyek tinggal di Jakarta.Hasil analisis kualitatif didapati kesimpulan bahwa kedua subyek pria masihmenganut ideologi peran jender tradisional terutama mengenai kedudukan pria danwanita dalam keluarga. Para responden memandang kedudukan pria sebagai kepalakeluarga dan wanita sebagai ibu rumah tangga sebagai sesuatu yang wajar walaupunresponden wanita memiliki harapan untuk diperlakukan sejajar (sebagai patner) olehpasangannya. Para responden wanita juga cenderung untuk konform dengan budayayang ada dan berlaku. Sebagian besar dari mereka menginginkan perubahan namuntidak disertai dengan usaha yang mengarah ke sana.Saran yang diajukan untuk masyarakat Batak Toba adalah untuk melakukanintrospeksi diri apakah pandangan bahwa pria adalah raja dan wanita memilikikedudukan yang lebih rendah masih layak dipertahankan melihat dampak yangdialami oleh wanita dalam mencapai aktualisasi dirinya. Pengubahan pandangan inidisarankan melalui agama dan gereja karena adat yang bersifat mutlak akan sulituntuk diubah.Penelitian yang sempa disarankan untuk diadakan guna memberikan pengetahuantambahan bagi para konselor perkawinan maupun yang menangani orang-orang yangmengalami masalah dalam aktualisasi diri. Konsepsi peran jender tiap-tiapmasyarakat adat di Indonesia mempengaruhi bagaimana orang tersebut memandangdirinya dan lawan jenis dalam hal nilai-nilai, peran dan kedudukan mereka. Penelitianini diharapkan dapat membantu untuk menemukan pendekatan yang tepat dalamkonselingUntuk penelitian lanjutan, beberapa saran yang mungkin bisa dipertimbangkan adalahmenambah jumlah sampel, memperhatikan karakteristik agama subyek, memilikinorma normatif mengenai ideologi peran jender pria Indonesia, mencari carapengolahan data yang lebih tepat dan memperkaya variabel yang mungkinberpengaruh terhadap ideologi peran jender. |
S3011-Desy Christina.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S3011 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2000 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | x, 124 pages ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S3011 | 14-19-671931722 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20287162 |