Disonansi kognitif orang tua yang anaknya kawin lari (Studi kasus kawin lari antara etnis pribumi dengan etnis non pribumi di wilayah Palembang Sumatera Selatan
Octiani Eka Hapsari;
Istiqomah Wibowo, supervisor
([Publisher not identified]
, 2001)
|
ABSTRAK Kawin lari merupakan suatu fenomena yang ada di kebudayaan Palembang. Istilahkawin lari dalam masyarakat Palembang sangat beragam ada yang menyebutnyasebagai larian, begujalan, atau kawin ketip. Umumnya kawin lan dilakukan olehseseorang dikarenakan orangtua tidak menyetujui pasangan pilihannya. Ketidaksetujuan orangtua ini disebabkan adanya perbedaan agama atau perbedaan etnis.Dalam diri orangtua akan terjadi permasalahan jika anaknya tetap memaksa inginmenikah. Ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan seseorangyang berbeda etnis dan agama dikarenakan adanya faktor prasangka. Orangtuacenderung menilai pasangan pilihan anaknya mempunyai sikap-sikap yangnegatif.Disini peneliti hendak melihat bagaimana dinamika disonansi kognitif yangdialami orangtua yang anaknya melakukan larian dengan menggunakan teoridisonansi kognitif dari Leon Festinger (1957). Inti dari teori disonansi kognitif iniadalah terjadinya hubungan yang tidak pas (non-fitting relations) antara elemenelemenkognisi yang menimbulkan disonansi (ketidaknyamanan kognisi).Disonansi menimbulkan desakan untuk memgurangi disonansi dan menghindaripeningkatannya. Hasil dari desakan ini terwujud dalam perubahan-perubahandalam kognisi seseorang berupa perubahan tingkah laku dan keterbukaan akaninformasi-informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebihMetode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif studi kasus.Studi kasus digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam danmendetil tentang pengalaman dinamika kognitif yang dialami orangtua yanganaknya melakukan larian. Adapun alat yang digunakan adalah pedomanwawancara, alat perekam untuk merekam hasil wawancara, dan observasi yangdilakukan oleh peneliti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua subyek mengalami disonansi. Hal initerlihat dari ekspresi ketidaknyamanan mereka berupa rasa ketakutan,kekhawatiran, kebimbangan, dan kekecewaan. Disonansi yang dialami subyekbersumber pada inkonsistensi logis, generalisasi opini, nilai-nilai budaya, danpengalaman masa lalu. Adapun cara yang dipilih subyek untuk mengurangidisonansi yang dialaminya adalah dengan merubah elemen perilaku, merubahelemen kognisi lingkungan, menambah elemen kognisi baru, dan melakukanpenghindaran disonansi. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwaketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan pasangan pilihannyadikarenakan adanya faktor prasangka. Prasangka ini bisa diketahui oleh orangtuaberdasarkan pengalamannya sendiri, maupun dari orang lain |
![]()
|
No. Panggil : | S3031 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2001 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | ix, 144 pages ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S3031 | 14-19-290240200 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20287182 |