ABSTRAK Dikotomi area publik dan domestik teijadi sejak abad ke-19 danmenghasilkan karakteristik yang berbeda pada kedua area tersebut. Area domestikyang bersifat emosional, mengasuh berhubungan dengan keluarga, rumah, dananak-anak, serta pekeijaan domestik rumah tangga diasosiasikan dengan duniawanita sedangkan area publik yang kompetitif, berhubungan dengan dunia keija,politik, pendidikan serta mempunyai status dan otoritas yang lebih tinggi adalaharea laki-laki. Akibatnya, laki-laki.dianggap tidak mampu mengurus anak danmengerjakan pekeijaan rumah tangga dan wanita tidak mampu berada di duniapublik. Pada kenyataannya sekarang ini banyak wanita yang bisa sukses di areapublik, namun kadang mereka tidak bisa menampilkan kemampuannya secaramaksimal karena faktor yang disebut peran gender. Peran gender salah satunyamembedakan laki-laki dan perempuan dalam peran sosial, misalnya, laki-lakiberperan sebagai pencari nafkah sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga.Ideologi peran gender yang tradisional secara kaku membagi tugas-tugasberdasarkan jenis kelamin daripada kemampuan dan keinginan sedangkan yangmodem/liberal memandang laki-laki dan perempuan sama pentingnya dan lebihmengarah pada prinsip persamaan dan keseimbangan serta tidak ada lagipembagian tugas-tugas secara kaku.Salah satu bentuk praktis yang terkait dengan peran gender adalahpekeijaan rumah tangga, hal ini sesuai dengan definisinya yang diberikan olehbeberapa tokoh bahwa pekeijaan rumah tangga adalah pekeijaan wanita. Karenajenisnya yang banyak dan amat memakan waktu dalam pengeijaannya, seringmuncul masalah bila seorang wanita juga bekeija di luar rumah. Karena itu betapabaiknya bila laki-laki sebagai pasangan wanita dalam kehidupan berumah tanggamau terlibat dalam pekeijaan ini. Namun ada laki-laki yang mau terlibat jauhdalam pekeijaan rumah tangga, ada yang hanya pada pekeijaan tertentu saja yangsepertinya memang pantas dilakukan laki-laki dan ada yang tidak mau samasekali. Penelitian mengemukakan semakian liberal suami maka kecenderunganuntuk mengeijakan pekeijaan rumah tangga semakin besar atau penelitian lainyaitu ada hubungan antara kepercayaan peran gender yang egaliter denganbanyaknya pekeijaan rumah tangga yang dilakukan laki-laki. Kunci untukmemahami dan memprediksi apa yang dilakukan seseorang adalah dengan pemahaman akan sikapnya. Karena itu penelitian ini bertujuan menjawabpertanyaan: apakah ada hubungan antara sikap terhadap peran gender denganketerlibatan dalam pekeijaan rumah tangga.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability samplingyakni secara incidental (tidak semua elemen dari populasi memiliki kesempatanyang sama besar untuk terpilih sebagai sampel) kepada mahasiswa UniversitasIndonesia. Alat pengumpulan data berupa dua buah kuesioner yang bertujuanuntuk mengukur sikap terhadap peran gender dengan keterlibatan dalam pekeijaanrumah tangga.Dari penelitian ini hipotesa alternatif yang diajukan ternyata diterima,sehingga pada subyek penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubunganantara sikap terhadap peran gender dengan keterlibatan dalam pekeijaan rumahtangga, makin modem sikap terhadap peran gender makin tinggi keterlibatan anaklaki-laki yang berstatus mahasiswa dalam pekeijaan rumah tangga.Penelitian ini memang mendapatkan hasil uji hipotesa yang signifikanuntuk masalah yang ingin dipertanyakan dan bisa menjawab pertanyaanpenelitian. Namun, hasil yang diperoleh masih kurang banyak memberikaninformasi, misalnya bagaimana gambaran sikap peran gender subyek apakahcenderung tradisional atau sudah modem yang untuk itu semua dibutuhkan normayang tidak bisa dipenuhi dalam penelitian ini. Maka untuk penelitian selanjutnyamungkin bisa melakukan hal tersebut. Untuk saran praktis kiranya agar lebihdiperhatikan pembentukan peran gender anak sedari dini dan penelitian-penelitianyang berhubungan dengan peran gender agar lebih banyak dilakukan. |