ABSTRAK Kehadiran seorang anak dalam keluarga membawa kebahagiaantersendiri bagi keluarga tersebut. Meskipun begitu, jika anak yang lahirmengalami kelainan maka kebahagiaan tersebut akan terganggu. Penelitian inihendak melihat perasaan apa saja yang dialami oleh orang tua yang memilikianak dengan kelainan jantung kongenital, bagaimana intensitas dari emosi itudan faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi-rendahnya intensitas tersebut.Pada orang tua yang memiliki anak dengan kelainan, umumnya merekamengalami emosi yang negatif (Joliy, 1981; Beth, 1997;Saenz, Beebe dan Triplett,1999). Intensitas emosi yang dialami juga beragam. Meskipun begitu, literaturmaupun penelitian mengenai emosi dan intensitas emosi pada orang tua yangmemiliki anak dengan kelainan jantung kongenital masih amat terbatas.Dikhawatirkan intensitas emosi yang tinggi dari orang tua dapat membawaakibat negatir terhadap perkembangan anak. Bertolak dari pemikiran tersebut,penelitian ini hendak mengetahui perasaan apa saja yang dialami oleh orangtua yang memiliki anak dengan kelainan jantung kongenital, bagaimanaintensitas dari emosi itu, faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi-rendahnyaintensitas tersebut dan proses coping apa yang dilakukan oleh orang tua dalammenghadapi situasi tersebut.Emosi yang dialami oleh orang tua diteliti berdasarkan teoriMultidimensional Emosi dari Plutchik dan Core Relational Theme (CRT) dariLazarus. Teori Multidimensional Emosi mengemukakan bahwa emosi terbagidalam ragam dan intensitasnya (Plutchik, 1994). CRT dari Lazarusmengemukakan tentang inti dari keuntungan dan kerugian yang ada pada tiapemosi (Lazarus dalam Plutchik, 1994). Pengalaman emosi yang dialami orang tuaakan dibahas menggunakan sistem emosi dari Lazarus. Dalam sistem inidisebutkan bahwa orang mengadakan penilaian terhadap suatu situasi yangdialaminya. Terdapat 2 penilaian, penilaian primer berkaitan dengan nilai suatuperistiwa dalam kehidupan seseorang dan penilaian sekunder berkaitan denganpilihan coping dan harapan di masa mendatang (Lazarus dalam Goldbergerdan Breznitz, 1993). Lazarus mengemukakan 2 proses coping yaitu coping yangterfokus pada emosi dan coping yang terfokus pada masalah. Dalam penelitianini turut dibahas mengenai parenting yang terbagi lagi menjadi fathering danmothering. Thevenin (1993) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yangbersifat saling melengkapi antara peran ayah dan ibu.Partisipan penelitian ini terdiri dari 4 pasang orang tua yang memiliki anakdengan kelainan jantung kongenital. Adapun anak ini diketahui mengalami kelainan sejak usia 0-3 bulan dan pada saat penelitian usia anak berkisar antara15-19 bulan. Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan metodepengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Disamping itu, terdapatlembaran yang berisi mengenai data diri partisipan serta sejumlah nama emosiuntuk memudahkan partisipan mengingat emosi yang pernah dirasakannya.Mengingat banyaknya data yang didapat maka peneliti menggunakan metodeanalisa antar kasus dalam penyajian. Begitu pula dengan analisa data dilakukandengan metode analisa antar kasus seperti yang tertulis dalam Miles danHuberman (1994) dengan sedikit perubahan sesuai kebutuhan penelitian.Umumnya selama setahun terakhir ini, orang tua merasakan emosi negatifseperti cemas, sedih, mengalah atau pasrah dan kasihan. Orang tua jugamengalami emosi positif seperti harapan, terkejut, berjaga dan cinta. Adapunintensitas dari emosi yang dialami tidak terlalu tinggi, umumnya terletak padatingkat kedua dari Model Multidimensional Emosi dari Plutchik. Dalam penelitianini, faktor-faktor yang terlihat mempengaruhi tinggi-rendahnya intensitas tersebutadalah tingkat kebocoran atau keluhan yang dialami anak, peran dokter danparamedis serta urutan kelahiran anak yang mengalami kelainan.Dalam menghadapi permasalahan biaya, para orang tua melakukancoping yang terfokus pada masalah. Berkaitan dengan masalah kesehatananak, para ayah melakukan coping yang terfokus pada emosi sedangkan paraibu melakukan coping yang terfokus pada masalah.Para orang tua cenderung untuk membebaskan anaknya dalamberaktivitas. Meskipun begitu, pengawasan tetap dilakukan berkaitan dengantingkat bahaya kegiatan dan kemampuan anak. Perbedaan pola pengasuhanantara anak yang mengalami kelainan dengan anak yang normal jugaditemukan dalam penelitian ini. Pengasuhan anak yang mengalami kelainandilakukan bersama oleh ayah dan ibu.Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada para dokter,tepatnya dokter spesialis jantung anak, dan paramedis untuk dapat memberikandukungan sosial yang amat dibutuhkan oleh orang tua pasien. Dalampengasuhan anak yang mengalami kelainan jantung kongenital hendaknyaorang tua membiarkan anak beraktivitas sebatas kemampuan anak tersebut.Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan mengenai topik kelainanjantung kongenital ini. Harapan tersebut dilontarkan mengingat masih sedikitnyapenelitian mengenai topik ini sedangkan kasus kelainan jantung kongenitaldapat dikatakan cukup sering terjadi (8-10 bayi dari 1000 kelahiran, Baraas, 1995).Hal ini membuat pengetahuan akan berbagai aspek dari topik ini menjadisemakin penting. |