Pengaruh berita negatif pers terhadap terjadinya self deception pada pembaca
Tri Swasono Hadi;
Djiwatampu, Meithy, supervisor
([Publisher not identified]
, 2003)
|
ABSTRAK Self deception adalah suatu konsep dengan banyakdefinisi. Dalam penelitian ini sendiri penggunaan istilahSelf deception mengacu kepada penjelasan Goleman (1997) yaitusuatu keadaan tidak disadarinya keberadaan informasi negatifpemicu kecemasan, baik sebagian atau seluruhnya, sebagaiakibat bekerjanya mekanisme pengalihan perhatian ataumekanisme penyimpangan ingatan yang dilakukan oleh skemaskemadi luar kesadaran.Sementara itu, salah satu perkembangan menonjol yangterjadi dewasa ini adalah semakin meningkatnya peran mediamassa dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangantersebut tidak bisa dihindari bahwa berita-berita yangdisampaikan media massa turut pula menimbulkan efek perasaannegatif dalam kalangan masyarakat. Hal ini bukan hanyadisebabkan karena adanya faktor penilaian subyektif masingmasinganggota masyarakat tetapi juga unsur keberpihakandalam diri media massa itu sendiri.Mencermati hal tersebut peneliti melihat adakemungkinan keterkaitan antara pemberitaan media massa denganproses self deception, di mana berita-berita yang disajikanmedia massa berpotensi menimbulkan kecemasan pada masyarakatsehingga dapat menjadi faktor pendorong terjadinya prosesself deception. Untuk meneliti kemungkinan hubungan tersebut,sekaligus dalam upaya untuk lebih memahami proses selfdeception, maka peneliti melakukan eksperimen secararandomized two group.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah secarainsidental. Subyek penelitian diambil dari kelompok ForumStudi Orientasi Islam (Forsis). Dengan pertimbangankemudahan, penelitian ini dikhususkan kepada berita dalambentuk tertulis atau berita media cetak. Prosedur yangdilakukan adalah memberikan berita netral kepada kelompokkontrol dan berita negatif kepada kelompok eksperimen,kemudian meminta mereka me-recall kata-kata tertentu yangdiminta. Walau kedua bacaan tersebut berbeda isi dankonteksnya, namun kata-kata yang harus di-recall sama persisuntuk kedua kelompok. Faktor agama menjadi dasar interpretasiberita, dimana berita negatif merupakan beritamemojokkan agama yang dianut subyek penelitian (kelompokeksperimen). Hipotesa alternatif penelitian ini adalah bahwakelompok eksperimen yang menerima berita negatif hasil recall-nya akan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompokkontrol yang menerima berita netral. Jika hal itu terbukti,maka defisit dalam ingatan kelompok eksperimenmengindikasikan kemungkinan terjadinya proses self deception.Hasil analisa kuantitatif penelitian ini menunjukkanbahwa hipotesa alternatif ditolak, yang berarti tidak adaperbedaan bermakna antara hasil recall kelompok kontroldengan kelompok eksperimen. Walau demikian hasil analisakualitatif menunjukkan terjadi penyimpangan dalam sejumlahrecall kelompok ekseprimen, dimana sebagian kecil diantaranya memenuhi kriteria sebagai proses sel f deception.Melalui penelitian ini juga diperoleh beberapa hasilsebagai bahan pertimbangan lebih lanjut mengenai masalah selfdeception, yaitu: 1. Pemberian informasi negatif yang terkaitlangsung dengan subyek penelitian kemungkinan akan berpotensilebih besar memicu terjadinya proses self deception.2. Kredibilitas sumber informasi hendaknya mendapatperhatian, karena informasi negatif yang berasal dari sumberyang kredibel dan memiliki data penunjang yang kuat akanlebih mudah menimbulkan kecemasan. Hal ini penting karenadalam teori Goleman kecemasan merupakan intervening faktordalam menimbulkan self deception. 3. Kesempatan untukmengalihkan perhatian nampaknya merupakan faktor pendukungbagi terjadinya self deception, karena hal tersebut akanmenghambat informasi negatif untuk disadari. 4. Adanyaperbedaan individual para subyek penelitian dalam menyikapiinformasi negatif menunjukkan kemungkinan adanya secondaryvariabel yang berpengaruh terhadap proses self deception,seperti mungkin faktor rentang perhatian, usia atau tingkatkecemasan. Untuk itu diperlukan studi lanjutan yang bertujuanmengidentifikasi karakteristik individual yang dapatmempengaruhi self deception tersebut. Pengidentifikasiansecondary variabel tersebut juga akan berguna dalammenerapkan prosedur kontrol penelitian yang lebih ketat.Untuk meningkatkan validitas pengukuran hal lain yang dapatdilakukan adalah menambah jumlah sampel, hal ini selain akanmeningkatkan kemampuan generalisasi penelitian juga akanmempertinggi nilai t. 5. Dengan memperhatikan sejumlah saranyang telah diberikan hendaknya dapat dibuat alat ukur bakuatau standar baku untuk mengukur self deception. |
S3217-Tri Swasono Hadi.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S3217 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2003 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | ix, 115 pages ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S3217 | 14-19-659960192 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20287363 |