Deskripsi Lengkap
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | |
Tipe Konten : | text (rdacontent) |
Tipe Media : | unmediated (rdamedia); computer (rdamedia) |
Tipe Carrier : | volume (rdacarrier); online resource (rdacarrier) |
Deskripsi Fisik : | ix, 73 pages ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
- Ketersediaan
- File Digital: 1
- Ulasan
- Sampul
- Abstrak
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S3332 | 14-19-048878541 | TERSEDIA |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20287475 |
Abstrak
ABSTRAK
Mutu pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih harus diperbaiki agar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain tidak semakin jauh. Lebih penting lagi adalah agar bangsa Indonesia mampu mengatasi persaingan ketat dalam era globalisasi yang sedang dan akan dirasakan pengaruhnya (Djojonegoro dalam Widiasih, 2001). Usaha peningkatan mutu pendidikan seharusnya dimulai dari sekolah, tempat proses belajar-mengajar berlangsung. Tanpa mempertiatikan kebutuhan proses belajarmengajar yang berlangsung di dalam kelas, usaha peningkatan mutu pendidikan tidak akan memiliki dampak bagi perbaikan pendidikan nasional (dalam Kompas, 2002). Untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional di Indonesia tiap kali ada pergantian kurikulum (pergantian kurikulum di Indonesia yang terjadi berdasarkan arahan kebijakan dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN)). Selama 20 tahun terakhir saja paling tidak sudah empat jenis kurikulum yang diberlakukan, yakni Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang akhir-akhir ini dikenal dengan kurikulum 2004. Keberhasilan suatu kurikulum ditentukan beberapa faktor, salah satu yang utama adalah guru. Guru yang berkualitas baik dapat melaksanakan tuntunan kurikulum secara maksimal, bahkan guru dapat mengembangkan kurikulum itu lebih baik daripada yang tertulis. Ketersediaan guru yang mampu melaksanakan program pengajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum sangatlah besar peranannya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah digariskan (Suwandi, 1995). Pada tahun 2005, KBK akan dilaksanakan secara serentak agar KBK dapat berjalan dengan baik diharapkan guru memiliki sikap yang baik terhadap KBK karena sikap merupakan faktor utama dalam menju profesionalisme guru dalam mengajar khususnya dalam pelaksanaan KBK (Maister dalam Hasan, 2003). Melihat pentingnya sikap guru terhadap KBK, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran sikap guru SD Negeri (guru bidang studi / kelas) terhadap KBK yang akan diaplikasikan tahun 2005 yang akan datang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik skala sikap Likert untuk mengetahui gambaian sikap guru SDN terhadap KBK. Menurut Edwards (1957), skala sikap adalah alat yang mudah, tidak rumit, cepat dan dapat mencakup sejumi jn responden sekaligus. Skala sikap memungkinkan untuk mengetahui derajat perasaan responden terhadap obyek sikap. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Menurut Hyman (dalam Koentjaraningrat, 1994) penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Dalam penelitian ini melibatkan 53 guru di empat SDN di Jakarta antara lain SD Negeri 01 Kelapa Gading, SD Negeri 05 Pegangsaan Dua, SD Negeri 07 Pegangsaan Dua, dan SD Negeri 011 Pondok Labu, yang telah mendapatkan penataran atau sosialisasi mengenai KBK. Di dapatkan hasil bahwa sikap guru-guru di keempat SDN tersebut memiliki sikap positif terhadap KBK. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk memperdalam dan memperkaya hasil penelitian ini dapat dilakukan tidak hanya dengan menggunakan metoda kuantitatif tetapi dilengkapi juga dengan metode kualitatif, misalnya dengan wawancara mendalam atau Focus Group Discussion (FGD), agar diperoleh alasan yang lebih lengkap mengenai pandangan dari masing-masing guru.
Mutu pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih harus diperbaiki agar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain tidak semakin jauh. Lebih penting lagi adalah agar bangsa Indonesia mampu mengatasi persaingan ketat dalam era globalisasi yang sedang dan akan dirasakan pengaruhnya (Djojonegoro dalam Widiasih, 2001). Usaha peningkatan mutu pendidikan seharusnya dimulai dari sekolah, tempat proses belajar-mengajar berlangsung. Tanpa mempertiatikan kebutuhan proses belajarmengajar yang berlangsung di dalam kelas, usaha peningkatan mutu pendidikan tidak akan memiliki dampak bagi perbaikan pendidikan nasional (dalam Kompas, 2002). Untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional di Indonesia tiap kali ada pergantian kurikulum (pergantian kurikulum di Indonesia yang terjadi berdasarkan arahan kebijakan dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN)). Selama 20 tahun terakhir saja paling tidak sudah empat jenis kurikulum yang diberlakukan, yakni Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang akhir-akhir ini dikenal dengan kurikulum 2004. Keberhasilan suatu kurikulum ditentukan beberapa faktor, salah satu yang utama adalah guru. Guru yang berkualitas baik dapat melaksanakan tuntunan kurikulum secara maksimal, bahkan guru dapat mengembangkan kurikulum itu lebih baik daripada yang tertulis. Ketersediaan guru yang mampu melaksanakan program pengajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum sangatlah besar peranannya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah digariskan (Suwandi, 1995). Pada tahun 2005, KBK akan dilaksanakan secara serentak agar KBK dapat berjalan dengan baik diharapkan guru memiliki sikap yang baik terhadap KBK karena sikap merupakan faktor utama dalam menju profesionalisme guru dalam mengajar khususnya dalam pelaksanaan KBK (Maister dalam Hasan, 2003). Melihat pentingnya sikap guru terhadap KBK, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran sikap guru SD Negeri (guru bidang studi / kelas) terhadap KBK yang akan diaplikasikan tahun 2005 yang akan datang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik skala sikap Likert untuk mengetahui gambaian sikap guru SDN terhadap KBK. Menurut Edwards (1957), skala sikap adalah alat yang mudah, tidak rumit, cepat dan dapat mencakup sejumi jn responden sekaligus. Skala sikap memungkinkan untuk mengetahui derajat perasaan responden terhadap obyek sikap. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Menurut Hyman (dalam Koentjaraningrat, 1994) penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Dalam penelitian ini melibatkan 53 guru di empat SDN di Jakarta antara lain SD Negeri 01 Kelapa Gading, SD Negeri 05 Pegangsaan Dua, SD Negeri 07 Pegangsaan Dua, dan SD Negeri 011 Pondok Labu, yang telah mendapatkan penataran atau sosialisasi mengenai KBK. Di dapatkan hasil bahwa sikap guru-guru di keempat SDN tersebut memiliki sikap positif terhadap KBK. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk memperdalam dan memperkaya hasil penelitian ini dapat dilakukan tidak hanya dengan menggunakan metoda kuantitatif tetapi dilengkapi juga dengan metode kualitatif, misalnya dengan wawancara mendalam atau Focus Group Discussion (FGD), agar diperoleh alasan yang lebih lengkap mengenai pandangan dari masing-masing guru.