ABSTRAK Dalam hidupnya, kadang manusia memiliki pengalaman disakiti ataumendapatkan perlakuan tidak adil dari orang lain. Pengalaman ini disebut dengantransgresi. Transgresi ini menimbulkan perasaan tertekan yang menetap dan emosiemosinegatif t «hadap orang yang menyebabkan pengalaman menyakitkan atauperlakuan tidak adil tersebut (pelaku). Ketika individu menyadari adanya emosinegatif tersebut, timbul suatu kebutuhan bagi individu tersebut (korban) untukmenyembuhkan luka tersebut. Salah satu cara penyembuhan adalah denganmemaafkan pelaku. Usaha dari individu dalam memberi maaf ini, diasumsikanmelibatkan penggunaan strategi regulasi emosi dalam dirinya. Dalam hal ini, strategiregulasi emosi ditujukan untuk menurunkan emosi negatif sehingga muncul kesiapanuntuk memaafkan dalam dirinya.Masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah ada hubungan antara strategiregulasi emosi dan kesiapan memaafkan?" Strategi regulasi emosi dalam penelitian inidilihat dari dua aspek, yaitu aspek strategi regulasi emosi reappraisal dan aspekstrategi regulasi emosi suppression. Sedang kesiapan memaafkan dalam penelitian inidilihat dari tiga aspek, yaitu aspek balas dendam versus pemaafan, aspek situasi sosialdan personal, dan aspek halangan terhadap pemaafan. Guna menjawab permasalahanitu, peneliti menggunakan studi kuantitatif dengan desain non-experimental jenispenelitian korelasional.Hasil penelitian ini, strategi regulasi emosi reappraisal memiliki hubunganyang signifikan dengan semua aspek kesiapan memaafkan. Sedangkan strategiregulasi emosi suppression memiliki hubungan yang signifikan dengan aspek situasisosial dan personal.Berdasarkan hasil penelitian, saran metodologis yang diajukan adalah untukpengembangan teori. Sedang saran praktis yang diajukan penulis adalah bagiseseorang yang pernah mengalami transgresi dan ingin terbebas dari emosi-emosinegatif yang muncul akibat transgresi tersebut. |