Fenomena sosial yang terjadi sekarang ini semakin marak saja Salah satunya adalah fenomena pekerja seks laki-laki yang lebih dikenal dengan sebutan gigolo. Ketika seorang laki-laki memilih pekerjaan yang bersifat feminin, misalnya sebagai pekerja seks, maka di dalam diri kemungkinan timbul perasaan konflik antara peran-peran yang dijalaninya. Di satu sisi sebagai seorang laki-laki dengan segala stereotipe masyarakat yang melekat pada dirinya, dan sisi lain sebagai pekerja seks yang sifatnya cenderung lebih feminin, misalnya, seperti karakteristik feminin menurut Bem (dalam Baron & Byme, 1997), melayani. Dalam hal ini, seorang pekerja seks harus memberikan pelayanan kepada pelanggan yang memakai jasanya. Salah satu akibat yang ditimbulkan konflik antar peran yang dialami seseorang adalah ketidaksesuaian konsep diri pada orang tersebut.Terkadang, ada perbedaan yang jelas atau terjadi ketidaksesuaian di antara diri yang diinginkan atau diri yang ditampilkan di lingkungan dengan diri yang sesungguhnya. Peristiwa itulah yang dikenal dengan diskrepansi diri. (Higgins dalam Fiske & Taylor, 1991). Untuk mendapatkan data mengenai konsep diri, konflik antar peran dan juga diskrepansi diri yang terjadi pada pekerja seks laki-laki, maka metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif sebagai data pelengkap. Metode kuantitatif berupa kuesioner konsep diri dan konflik antar peran.Kuesioner konsep diri dibagi ke dalam tiga komponen yaitu, penampilan fisik, sifat utama, serta motif dan tujuan utama. Sedangkan kuesioner konflik antar peran mengukur kecenderungan ciri maskulin atau feminin dan tinggi rendah konflik yang timbul akibat penampilan ciri tersebut Untuk metode kualitatif sebagai data tambahan digunakan pendekatan wawancara mendalam. Subyek penelitian ini adalah 30 orang pekerja seks laki yang mengisi kuesioner, satu orang subyek diwawancara untuk mendapatkan data pelengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian konsep diri sesungguhnya pada pekerja seks laki-laki adalah cukup tinggi. Sedangkan penilaian untuk konsep diri yang diinginkan dan yang ditampilkan di lingkungan adalah tinggi.Diantara ketiga ranah konsep diri tersebut, ketidaksesuaian yang teijadi tidak terlalu berarti. Untuk kecenderungan ciri yang ditampilkan pada rata-rata sampel ketika bekeija sebagai pekeija seks, adalah ciri-ciri yang cenderung agak feminin, dan ketika menampilkan kecenderungan sifat yang agak feminin itu konflik yang timbul rata-rata adalah agak tinggi. Antara diskrepansi diri sesungguhnya dan konsep diri ideal maupun konsep diri sosial dengan konflik antar peran yang dijalani oleh pekeija seks laki-laki, tidak ditemukan adanya hubungan yang berarti, dan variasi konflik peran tidak dapat digunakan untuk memprediksi variasi diskrepansi diri.Untuk subyek yang diwawancarai terlihat adanya diskrepansi diri atau ketidaksesuaian baik antara diri sesungguhnya dengan diri ideal, maupun antara diri sesungguhnya dengan diri yang ditampilkan di lingkungan. Subyek juga merasakan adanya konflik ketika harus bekeija melayani orang lain. Dapat dilihat juga salah satu bentuk pelarian (escape) yang teijadi pada subyek, dimana subyek merasa pasrah dan menceburkan diri pada pihak otoritas, dalam hal ini agama. Subyek sangat percaya bahwa apa yang dialami olehnya adalah merupakan takdir dari Tuhan, dan hanya takdir Tuhan jugalah yang dapat mengubah apa yang sudah dijalaninya dalam hidup. |