Upacara Gawai pada awalnya adalah tradisi lokal Orang Dayak Mualang. Gawai dilakukan sebagai wujud syukur atas panen terhadap penguasa alam semesta yang disebut petara. Dalam upacara gawai terdapat unsur-unsur religius. Selama Gawai berlangsung, dilakukan pula pemujaan-pemujaan dengan memberikan sesaji kepada para dewa yang mereka anggap sebagai penguasa dunia. Dalam Gawai berbagai mantra dan doa serta berbagai aspek magis berasal dari kepercayaan asli orang Mualang. Kenyataan ini menegaskan bahwa gawai sebagai pesta yang mengungkapkan kebahagiaan manusia sekaligus ritual keagamaan orang Mualang. Dengan melakukan gawai orang Mualang mempraktekkan kepercayaan tradisional atau agama lokal. Sedangkan orang Mualang sudah memeluk agama Katolik. Namun pada perkembangannya kemudian, ketika sebagian besar Orang Dayak sudah memeluk agama Katolik, ternyata tradisi ini tetap bertahan. Orang Dayak yang telah menjadi Katolik, tetap melakukan Gawai.Gawai yang kini dilakukan adalah Gawai yang telah mengalami penyesuaian. Di dalam Gawai sekarang, terdapat unsur-unsur tradisi lokal dan juga tradisi agama yang bercampur. Penelitian ini membahas mengenai sinkretisme agama dan tradisi lokal, yaitu percampuran antara tradisi lokal dan tradisi agama di dalam gawai. Untuk memahami percampuran antara dua tradisi keyakinan saya juga meminjam istilah little tradition and great tradition (Redfield, 1971). Konsep ini menyatakan bahwa akan selalu terjadi dialog antara tatanan nilai agama yang menjadi cita-cita religius dari agama dengan tata nilai budaya lokal. Yang dimaksudkan sebagai great tradition adalah Katolik sementara little tradition adalah agama adat Mualang. Agama Katolik dikelompokkan sebagai great tradition karena merupakan sebuah tradisi yang bersifat universal, disebarluaskan ke seluruh dunia dan memiliki tradisi yang berlaku secara universal pula. Sementara little tradition di sini adalah tradisi dari agama adat Orang Mualang. Pertemuan antara budaya lokal (little tradition) dan budaya (agama) besar (great tradition) menghasilkan suatu kreasi baru yakni keyakinan baru. Keyakinan baru tersebut merupakan hasil perpaduan antara yang lokal dan universal.Dialog antara dua keyakinan yakni agama Katolik dan agama lokal (gawai) menghasil suatu kepercayaan yang baru. Namun demikian peroses dialog tersebut tidak menimbulkan suat konflik dan tidak saling menyalahkan satu sama lain. Bagi agama Katolik maupun agama lokal tetap saling menghargai dan menghormati serta berjalan bersama-sama. Keterbukaan dan sikap toleransi dari pihak Katolik terhadap kepercayaan lokal membuat gawai bertahan sampai sekarang.Gawai has been considered as one of the greatest ceremonies in the life of Dayak Mualang. Gawai is celebrated as a sign of thanksgiving to their god, called Petara. The ceremony of Gawai contains religious elements. During gawai, people worship Petara by offering gifts, doing rites of mantra of the original belief of Dayak Mualang, and saying prayers. This fact confirms that the ceremony of gawai expresses of human happiness and religious rituals as well. By doing gawai, people of Dayak Mualang practice their traditional beliefs or local tradition, whereas the people of Dayak Mualang themselves are already being Catholic. However, on the subsequent development the ceremony of gawai still exists even though most of the people of Dayak Mualang has become Catholic. In other words, the people of Dayak Mualang have become Catholic and keep their tradition which is doing gawai.The ceremony of current gawai has undergone adjustment. The current gawai contains both elements of local tradition and the mixture of religious tradition (syncretism). This research investigates about syncretism and religious tradition of Dayak Mualang in gawai. To understand the mixture of two different beliefs, researcher borrows the terms of little tradition and great tradition proposed by Redfield (1971). These concepts indicate that there is a dialogue between the local religion and local culture. In this context, little tradition refers to the local religion of Dayak Mualang and Catholic religion is classified as great tradition. Encountering between the local culture (little tradition) and religion (great tradition) produces a new creation which is a new belief.The dialogue between Catholic religion and local religion (gawai) generates a new belief. However, the process of that dialogue does not cause conflicts nor blames each other. Either the Catholic religion or local culture respects each other. Openness and tolerance of the Catholic religion to the local beliefs make gawai still exists. |