ABSTRAK Peranan dan kedudukan angkatan bersenjata yang demikian vital bagi suatu bangsa, khususnya sebagai alat tahanan dan keamanan negara, telah menyebabkan ia perselalu menjadi tumpuan kehidupan negara. Hal itu, terutama semakin terbukti bila negara yang bersangkutan berada dalam situasi bermusuhan dengan negara lain. Dalam konteks seperti tersebut pula kasus modernisasi militer RRC terjadi. Perubahan sifat hubungan yang semula bersahabat dan kemudian bermusuhan dengan US, telah menyebabkan RRC pada posisi-terancam oleh, kekuatan militer US. Fenomena seperti itu terjadi dengan adanya perang perbatasan pada tahun 1969, yang kemudian diikuti oleh peningkatan drastis kapasitas militer US di perbatasan RRC. Sebagai konsekuensi dari permusuhan tersebut, US kemudian menghentikan semua bantuan dan kerjasama militer dengan RRC yang meliputi berbagai bidang. Tindakan US itu nyebabkan angkatan bersenjata RRC (TPR) terbelakang peralatan perang, sehingga harus berdikari dalam ;pengadaan kebutuhan persenjataannya. Namun akhirnya RRC jalan keluar setelah AS memanfaatkan medalam mendapatkan permusuhan RRC-US demi kepentingan strategis Barat. Untuk itu AS d.an sekutu-sekutu Eropa Baratnya bersedia membantu RRC memodernisasi militernya. Sebaliknya AS menuntut RRC mencegah ambisi hegemoni US di Asia Pasifik. Dalam menelaah permasalahan yang menjadi isi skripsi ini digunakan dua kerangka teori. Pertama, nasional dari Hans 3. Morgenthau, dalam bentuk tai teori keamanan mempersenjadiri (armament). Selanjutnya dilengkapi oleh teori aliansi dari K.J. Holsti. |