"Embrio Beku" muncul sebagai dampak dari In Vitro Fertilization. Dampak ini dirasakan semakin pelik ketika banyak embrio yang bersisa pada setiap program bayi tabung selesai dilaksanakan. Sementara tak semuanya dapat di-implan-kan ke dalam rahim. Menanggapi masalah embrio beku ini, terdapat beberapa alternatif yang dianggap berpotensi memberikan jalan keluar ataupun solusi. Alternatif yang pertama yaitu dimusnahkan, kemudian dipertimbangkan alternatif yang kedua untuk disumbangkan kepada badan penelitian dan alternatif ketiga; didonorkan kepada pasangan infertil yang menghendaki keturunan. Terkait dengan pilihanpilihan tersebut, banyak kelompok yang bermunculan di sini, yaitu Agama, Ilmu Pengetahuan dan Negara. Tak ada yang sepakat untuk memberikan satu jawaban yang disetujui bersama dan diterima semua pihak. Perdebatan ini menjadi tak ada ujungnya karena pertanyaan utama yang menjadi akar perdebatan tak kunjung ditemukan jawaban finalnya, yaitu embrio itu manusia atau bukan. Tulisan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali manusia akan nilai hidup sebagai insan. Embrio memang belum merupakan human being, namun ia adalah cikal-bakal manusia. Ia memiliki kemampuan untuk merasakan sakit, maka ia mempunyai hak untuk diperlakukan etis. Aspirasi yang diperjuangkan pada tulisan ini merupakan suatu kritik, bahwasanya Utilitarianisme membuka peluang terjadinya pengorbanan nilai hidup dan nilai kebaikan suatu entitas demi nilai profit ataupun hedonik yang dimotivasi oleh keserakahan manusia. "Frozen Embryo" appears as an impact of In Vitro Fertilization program. The impact becomes harder when so many embryos left in each In Vitro Fertilization program. Whereas, that is impossible to implant all of the embryos into an uterus. To perceive these surplus embryos, there are some potential alternatives giving us a way out from this difficult situation. Those alternatives are good for us to annihilate the embryos, give it to infertile couple or give it for human stem cell research. Due to those alternatives, many groups in society appear to hand over their perspective about this problem. Those groups are Religions, Science and State. However, no one of them agree to give a final answer that can be accepted by all side. The contravention becomes harder because of the main problem of embryo, which is what the moral status of the embryo is. This writing of mine is made for remind us about the value of a human. Embryo is not a human being, but it is a human potential. It has the capacity for suffering and pain feeling. Because of that, it has an ethical right. The aspiration that is struggled in this writing is a critic, which Utilitarianism is able to crack the opportunity in sacrificing the value of life and goodness of an entity for the sake of the value of profit or the hedonic that is motivated by the greed of human being. |