Uni Eropa menetapkan tahun 2008 sebagai Tahun Dialog Antarbudaya. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap keberagaman budaya. Dalam dunia yang semakin terglobalisasi dan saling tergantung, kemampuan untuk melakukan dialog yang menjunjung tinggi toleransi merupakan keahlian yang harus dimiliki semua bangsa dan individu. Karenanya, dialog antarbudaya bukanlah pekerjaan yang mudah. Artikel ini hendak memaparkan berbagai masalah yang mungkin dihadapi dalam dialog antarbudaya, termasuk yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai pengertian budaya itu sendiri. Kebudayaan di satu sisi merupakan sebuah ruang terbuka yang menerima dan menyerap pengaruh dari luar. Namun di sisi lain kebudayaan merupakan ruang tertutup yang menganggap pengaruh sebagai ancaman. Hal ini menggiring kepada pembicaraan mengenai kesulitan dalam melaksanakan dialog antarbudaya, salah satunya dengan me-lihat dialog sebagai sebuah proses hermeneutik. |