ABSTRAK Turki merupakan salah satu negara yang sedaang berkembang saat ini.Selama ini Turki dikenal sebagai negara yang probarat dan menganut pahamsekularisme. Akan tetapi, Turki mulai berpindah fokus kebijakan luar negerinya,khususnya kebijakan dalam perdagangan luar negeri. Peristiwa revolusi dikawasan Timur Tengah dan Afrika Utara semakin menegaskan bahwa Turki di eraPerdana Menteri Erdoğan sudah mulai meninggalkan dunia barat, khususnyadalam masalah ekonomi. Oleh karena itu. penelitian ini mempertayakan apakahkebijakan perdagangan luar negeri Turki mulai berpindah dari dunia Barat (UniEropa dan Israel) menuju dunia Timur (Timur Tengah dan Afrika Utara).Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah prosespenyusunan dan pengambilan kebijakan luar negeri menurut perspektif aktor dankonstruktivisme. Data primer yang digunakan adalah pidato serta pernyataanPerdana Menteri Erdoğan di dalam maupun di luar negeri. Pidato/pernyataan inimerupakan representasi dari upaya Perdana Menteri Erdoğan untuk melakukankonstruksi sosial yang menghasilkan identitas kebijakan perdagangan luar negeriyang dijalankan oleh Turki.Penelitian ini menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, Turki masihbelum berpindah fokus kebijakan perdagangan luar negerinya. Turki masihprobarat. Kedua, secara politik dan keamanan, identitas Turki terhadap dunia barat(Uni Eropa dan Israel) sebagai musuh dan di sisi lain sebagai teman dalam halekonomi. Ketiga, kebijakan luar negeri Turki mengandung idealisme (identitaskeislaman dan ingin menjadi pemimpin kawasan) dan pragmatisme (keragamanpangsa pasar) dalam waktu yang sama. Turki ingin mendapat legitimasi dari duniainternasional sebagai pemimpin kawasan baik secara politik-keamanan danekonomi. ABSTRACT Turkey is well known as a secularism and prowestern nation since the timeof Mustafa Kemal At-Türk. Latest development after Flotilla and ?Arab Spring‟,some of scholars perceived that the focus of Turkish foreign trade policy underPrime Minister Erdoğan administration was shifting from the West (EuropeanUnion and Israel) to the East (Middle East and North Africa).The approaches of this research is an actor-based analysis and aconstructivism approach toward the foreign policy analysis. This researchobserves the speeches and the statements of Prime Minister Erdoğan in local andinternational events (e.g. his speech toward Turkish General Assembly and hisinterview on CNN). This research assumes that the speeches/statements representthe identity of social construction in Turkish foreign trade.This research found several conclusions. First, Turkey still has notchanged the focus of its foreign trade policy. Turkey is still pro-western nation.Second, the identity of Turkey to the West as the enmity and on the other side as afriend in economic terms. Third, the Turkish foreign policy consist of idealism(Islamic identity) and pragmatism (the diversification of market) in the same time.Turkey wanted to get a legitimacy from the international community as a regionalleader both in politico-security and economic context. |