Skripsi ini membahas karya 'Superflat' Murakami Takashi sebagai redefinisi identitas budaya Jepang dalam era globalisasi, melalui tiga analisis karya 'Superflat' berdasarkan teori artikulasi dari Stuart Hall. Penelitian ini adalah penelitian dengan metodologi kualitatif dengan pendekatan analisa wacana (discourse analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara mendetail bagaimana 'Superflat', sebagai sebuah 'dialog baru' yang diciptakan Murakami melalui penggabungan antara elemen ideologis Pop Art Amerika sebagai 'colonializer', dengan elemen ideologis Jepang sebagai masyarakat yang ter-'colonialized', yaitu unsur-unsur produk subkultur yang mewarisi konsep seni tradisional Jepang dari zaman Edo, merupakan alat bagi Murakami untuk melakukan redefinisi identitas budaya Jepang di era globalisasi ini. This thesis discusses 'Superflat' by Murakami Takashi as a redefinition of Japanese Cultural Identity in Globalization Era through three analysis of Superflat works, based on the theory of articulation by Stuart Hall. This is a qualitative research, combined with discourse analysis. The result of this research shows in detail how 'Superflat' as a 'new dialogue' which was created by Murakami through the combination between ideological element of American Pop Art as a colonizer, with ideological element of the Japanese as the colonialized society, which is subculture products that inherits the concept of traditional Japanese art, as a tool for Murakami to redefine Japanese cultural identity in the era of globalization. |