Tesis ini meneliti mengenai budaya pengelola perpustakaan dalam kesiagaan menghadapi bencana studi kasus di Perpustakaan Museum Radya Pustaka, Surakarta. Fokus dalam penelitian ini pada kesadaran budaya pengelola naskah dari kerusakan baik berupa fisik maupun isi yang mengandung makna budaya, sosial, ekonomi, dan politik, yang dipandang sebagai sesuatu yang sakral oleh pengelola perpustakaan, tetapi pada kenyataannya diperlakukan sebagai yang profan (sebaliknya). Metode yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan analisis dokumen. Hasilnya adalah pandangan dan kesadaran pengelola berdampak pada konsep kesiagaan menghadapi bencana, bahwa perlakuan terhadap naskah dipahami berdasarkan kepentingan masing-masing individu pengelola yang dilatarbelakangi oleh faktor kekuasaan. Sehingga orang yang tidak memiliki kekuasaan menerima seperti apa yang ada dalam pandangan mereka yaitu dengan sikap rila, nrima dan sabar. This thesis examines the culture of the library in the face of disaster preparedness in case studies Radya Library Museum Library, Surakarta. The focus in this study on the management of cultural awareness of the damage to either the text or content that contains the physical meaning of cultural, social, economic, and political, which is regarded as sacred by the library, but in fact treated as the profane. The method used is the case study method with qualitative approach with interviews and data collection, observation and document analysis. The result is a vision and awareness of managers impact on the concept of disaster preparedness, that the treatment of the text is understood by the interests of each individual manager is backed by a factor of power. So people who do not have the authority to receive such as what is in their view that the value of rila, nrima and sabar. |