ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi penyintas erupsi Merapi serta mengkaji nilai, norma, dan/atau praktek budaya Jawa apa saja yang terkait dengan kemampuan resiliensi penyintas erupsi Merapi tersebut. Pengertian resiliensi yang dipakai merujuk pada lima karakteristik resiliensi dari Wagnild (2010), yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, dan existential aloneness. Gambaran resiliensi diperoleh dengan menggunakan alat ukur CD-RISC 10 (Connor & Davidson, 2003) dan kajian budaya Jawa diperoleh dari wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan di desa Krinjing yang merupakan salah satu desa yang terdekat dari puncak Gunung Merapi. Partisipan penelitian terdiri dari 50 orang yang berusia 21-60 tahun dan yang diwawancara mendalam adalah 4 orang yang berusia 41-50 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan berusia 21-60 tahun mendapatkan skor resiliensi sedang dengan variasi skor yang beragam dari rendah sampai tinggi. Adapun budaya Jawa yang terkait dengan kemampuan resiliensi penyintas erupsi Merapi adalah keadaan slamet, ritus slametan, hormat, gotong royong, sikap rela, nrima, sabar, serta kepercayaan terhadap alam gaib atau kuasa di luar kekuatan manusia. Sejumlah saran untuk menindaklanjuti penelitian ini, termasuk mengatasi keterbatasan penelitian, disertakan. ABSTRACT This study was conducted to gain picture of resilience among Merapi eruption survivors, and to assess Javanese values, norms, and/or cultural practices associated with the resiliency ability among the survivors. The concept of resiliency refers to the five characeristic of resiliency from Wagnild (2010), and they are meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, and existential aloneness. Picture of resilience was obtained using the CD-RISC 10 (Connor & Daidson, 2003) while the Javanese cultural studies were obtained through interviews. Data were collected in Krinjing village which is one of the nearest villages from the top of Mount Merapi. Altogether 50 participants of 21-60 years old took the questionnaire and four people of 41-50 years old were interviewed. The results indicate that most participants get a middle score of resilience. The Javanese cultural aspects associated with resiliency ability among eruption survivors are slamet, slametan, respect, gotong royong, rela, nrima, sabar, and belief in supernatural being. Recommendations for further reserch are included. |