Terdapat dua lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga keija yaitu sektor formal dan informal. Karena tingginya tuntutan kualifikasi pada sektor formal membuat para pendatang yang berkemampuan terbatas lebih memilih masuk pada sektor informal. Ada berbagai macam usaha yang masuk pada sektor informal yaitu yang bergerak di bidang perdagangan seperti perdagangan kaki lima dan di bidang jasa seperti usaha bengkel kaki lima. Karena keterbatasan kemampuan dalam soal modal membuat para pengusaha bengkel kaki lima cenderung untuk menggunakan trotoar dan pinggiran jalan sebagai tempat usahanya. Begitu juga dengan perekrutan tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang sudah terampil (mahir), karena dengan keterbatasan modal yang dimilikinya para pengusaha ini tidak dapat membayar upah yang tinggi. Oleh karena itu pilihan jatuh kepada tenaga kerja yang berasal dari ligkungan keluarga (kerabat), pada hal belum tentu tenaga kerja yang diterima sudah terampil. Dimana sebagai suatu usaha bengkel kaki lima ini membutuhkan suatu skill yang cukup dan juga tempat usaha yang di pinggiran jalan yang melanggar karena menggunakan sarana umum sebagai tempat usaha maka kemampuan bertahan usaha bengkel kaki lima ini sangat menarik. Pada dasamya kelangsungan usaha kaki lima ini dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal yang merupakan faktor yang berasal dari kemampuan wirausaha pengusaha dan faktor ekstemal yaitu faktor yang berasal dari luar diri pengusaha seperti kondisi pasar dan lain-lain. Tetapi pada penelitian ini batasan internal difokuskan pada pola hubugan keija dan ekstemal pada kondisi pasar Penelitian ini bersifat deskiiptif dimana berusaha menggambarkan fenonema yang ada dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Tebet Timur, Jakarta Selatan dengan menggunakan tehnik wawancara mendalam dan observasi non partisipan maka dengan data yang di dapat mencoba melihat bentuk pola hubungan keija yang ada pada bengkel kaki lima di jalan Tebet Timur Dalam Raya. Pinggiran jalan Tebet Timur Dalam Raya telah digunakan sebagai tempat usaha bengkel sejak tahun 1994, terdapat enam buah pengusaha bengkel kaki lima yang berada di sepanjang jalan Tebet Timur dimana keenam bengkel ini bergerak di bidang perbaikan body kendaraan bermotor. Yang menarik dari usaha bengkel kaki lima ini adalah kesemua pengusaha yang ada berasal dari satu daerah yang sama yaitu Surabaya. Karena keterbatasan modal yang dimiliki pengusaha bengkel kaki lima sehingga untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil sangatlah sulit. Maka para pengusaha harus menerima tenaga kerja yang belum terampil dengan keharusan dilatih terlebih dahulu. Oleh karena itu pengusaha harus mempertahankan tenaga keija yang sudah terlatih, cara mempertahankan tenaga kerja dilakukan melalui pola hubungan kerja yang terjalin karena di dalam pola hubungan kerja yang terjalin terdapat suatu hubungan pertukaran dimana pengusaha sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan lebih dibanding dengan tenaga kerja memberikan fasilitas berupa tempat tinggal, pengurusan surat-surat keterangan KTP) dan lain-lain. Dengan pemberian fasilitas ini membuat tenaga kerja lebih merasa terjamin dan aman sehingga dapat bekerja secara optimal selain itu tenaga kerja juga merasa betah sehingga untuk meninggalkan pengusaha adalah suatu hal yang tidak mudah. Adanya kesamaan latar belakang seperti ikatan keluarga juga membantu memperkuat hubugan kerja yang terjalin. Dengan terjalinnya hubungan yang demikian membuat kelangsungan usaha kaki lima ini dapat dipertahankan karena dengan adanya tenaga kerja pekerjaan dapat terus berlangsung. Selain faktor internal faktor yang berpengaruh pada kelangsungan usaha bengkel kaki lima ini adalah kondisi pasar dimana kondisi pasar pada saat ini membantu peningkatan jumlah pelanggan yang menggunakan jasa usaha bengkel kaki lima ini. Pada saat seperti ini bengkel kaki lima ini menjadi alternatif bagi pengguna jasa bengkel untuk memperbaiki mobilnya karena murahnya ongkos yang ditawarkan. |