Sebagai salah satu karya sastra tekstual yang mengangkat unsur realitas ke dalam dunia fiksi melalui pilihan bahasa yang dirangkai sedemikian rupa, novel dijadikan sebagai salah satu korpus utama dalam mengadakan interpretasi sastra yang berbasis bahasa atau gaya di dalamnya, atau yang biasa disebut sebagai analisis stilistika. Sebagai salah satu novel yang masuk dalam jajaran novel paling berpengaruh sepanjang masa, The Catcher in the Rye, sebuah novel karya J.D. Salinger, merupakan novel yang menarik untuk dikaji dan diinterpretasi, terutama dari segi penokohan tokoh utama: Holden Caulfield. Tokoh yang sempat mengundang kontroversi dikarenakan penggunaan bahasa yang dinilai kasar dan didominasi oleh nada marah ini merupakan fokus penelitian skripsi ini yang mana melalui penggunaan bahasanya, interpretasi akan penokohan Holden dapat dicapai. Namun demikian, kembali kepada fungsi dasar novel sebagai gambaran realitas, tokoh utama berusia 16 tahun ini hanyalah sosok remaja biasa pada umumnya dengan kondisi emosional yang masih terbilang labil sehingga memudahkan dirinya tersulut api kemarahan. Namun di sisi lain, dari penggunaan bahasa-bahasa kasar terhadap sesuatu yang dibencinya menjadi bahasa-bahasa yang lebih halus terhadap hal-hal yang disukainya, termasuk dunia anak-anak, mengisyaratkan bahwa tokoh ini merupakan sosok remaja yang merasa terjebak dalam jenjang hidup kedewasaan yang lebih serius dan hanya ingin menetap pada dunia anak-anak. As one of literary text works whose content of reflection of reality is realized through the use of language variety, novel is considered as one of major corpuses in conducting an interpretation through the use of style and language called stylistic analysis. The Catcher in the Rye, as one of the most influential books of all time by J.D. Salinger, is an interesting novel to be analyzed and interpreted. The main character named Holden Caulfield, who is known as a controversial character because of his dominated swearing word use, becomes the focus of this stylistic approach in interpreting his character. Nevertheless, back to the novel's function in reflecting the reality, the 16 year-old character here is only a representation of general adolescent whose unstable emotion leads him easily to the wrath. Otherwise, besides the expression of swearing word as his wrath representation to all things that he dislikes, he also expresses some nice words to things that he loves, especially to children world. That fact indicates that this character is trapped among the reality of being adult, and he just want to go back to the innocent world of childhood. |