ABSTRAK Masa Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa,dimana terjadi berbagai perubahan yang cepat dan dramatis dalam berbagai aspekkehidupan individu. Salah satu perubahan yang paling menonjol adalah perubahanfisik, yaitu tercapainya kematangan organ-organ seksual yang menuntun padaperubahan beberapa aspek yang lain, seperti aspek sosial, emosional , dankepribadian.Kematangan organ seksual menyebabkan perubahan perilaku seksual,yaitu mulai terjalinnya hubungan khusus antar jenis atau yang lazim disebut?pacaran?. Pacaran pada remaja, meskipun mempunyai dampak yang positif(merupakan salah satu tugas perkembangan remaja), seringkali juga membawamasalah-masalah bagi remaja itu sendiri. Masalah yang dihadapi remajaberpacaran tidak jarang menimbulkan tekanan bagi remaja yang bersangkutanyang menuntut mereka untuk dapat mengatasinya. Masalah pacaran pada remajaakhir, memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan pada masa remajasebelumnya karena pada masa ini pacaran merupakan masalah yang serius bagiremaja dengan telah dilibatkannya komitmen ke arah pernikahan. Kegagalan dankeberhasilan remaja akhir dalam mengatasi masalah pacaran, selain dapatmempengaruhi kesehatan mental remaja pada masa ini, juga dapat mempengaruhiinteraksi sosial atau hubungan dengan lawan jenis pada masa selanjutnya. Dengandemikian, perilaku coping remaja dalam mengatasi masalah pacaran merupakanhal yang perlu mendapatkan perhatian.Carver (1989) membagi coping dalam tiga jenis, yaitu coping ?terpusatpada masalah? , coping ?terpusat pada emosi, dan coping yang maladaptif (tidakefektif). Ada berbagai faktor yang mempengaruhi efektivitas coping yangdilakukan individu, salah satunya adalah dengan tersedianya dukungan sosial bagiremaja yang sedang mengalami masalah/tekanan. Melalui dukungan sosial remajadapat belajar bagaimana cara mengatasi masalah. Selain itu, dukungan sosial itusendiri juga dapat meningkatkan perasaan positif pada diri remaja karena remajamerasa dihargai dan diperhatikan oleh orang lain. Perasaan positif ini telah terbukti membantu individu dalam menghadapi dan mengatasi situasi yangmembangkitkan stres.Dalam kehidupan sehari-hari, dukungan sosial ini dapat terwujud melaluisuatu komunikasi interpersonal yang efektif karena komunikasi ini mengandungempat aspek, yaitu sikap asertif, empati, kemampuan mendengar aktif, dankesediaan untuk membuka diri (Pearson, 1983). Keempat aspek komunikasi inijika dapat terjalin antara remaja dengan orang tuanya dapat menciptakankedekatan remaja pada orang tua dan menimbulkan perasaan berharga, berarti dandisayangi pada diri remaja. Komunikasi yang efektif antara remaja dengan orangtua mengenai masalah pacaran, dapat membantu remaja dalam menghadapisituasi yang menekan akibat masalah pacaran yang mereka hadapi sehinggadiharapkan remaja dapat memilih perilaku coping yang efektif.Komunikasi Interpersonal dan perilaku coping tersebutlah yang akanditeliti dalam peneltian ini. Penelitian ini dilakukan terhadap 55 orang remajaakhir yang dipilih secara insidental. Alat yang digunakan berupa kuesioner"Coping Scale " dari Caver, et.al. (1989) dan kuesioner yang menggali keempataspek komunikasi interpersonal seperti tersebut di atas.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa komunikasi remaja-ayah cenderungkurang efektif kecuali pada aspek ?sikap asertif? (tergolong cukup baik).Sedangkan komunikasi antara remaja-ibu cenderung cukup efektif kecuali padaaspek ?mendengar aktif' (tergolong kurang efektif). Coping yang sering digunakanremaja untuk mengatasi masalah masalah pacaran merupakan jenis coping yangefektif, yaitu coping ?terpusat pada masalah? dan coping ?terpusat pada emosi.Sedangkan coping yang maladaplif (tidak efektif) merupakan perilaku copingyang jarang dipilih remaja untuk mengatasi masalah pacaran. Komunikasi remaja-ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan ketiga jenis coping yangdilakukan remaja untuk mengatasi masalah pacaran. Sebaliknya., komunikasiremaja-ayah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketiga jenis copingyang dilakukan remaja untuk mengatasi masalah pacaran.Berkenaan dengan hasil penelitian tersebut maka diharapkan orang tua(ayah dan ibu) untuk lebih meningkatkan kemampuan mendengar aktif, bersediameluangkan waktu untuk mendengar keluhan anak, tidak mendominasipembicaraa. Dan untuk ayah, diharapkan untuk lebih meluangkan waktu, lebihmengakrabkan diri dengan anak remajanya dan mencoba untuk lebih memahamiserta mengerti apa yang dirasakan dan diinginkan anak dan menerima anak apaadanya.Pada penelitian selanjutnya, ada baiknya dilakukan penelitian serupa padasampel anak bermasalah. Untuk kuesioner komunikasi ada baiknya diteliti pulapersepsi orang tua mengenai komunikasi remaja-orang tua untuk mendapatkanperbandingan persepsi orang tua dan remaja terhadap komunikasi remaja-orangtua. Selain itu, baik pada coping maupun komunikasi pengambilan data sebaiknyadilengkapi pula dengan wawancara agar diperoleh gambaran yang lebihmendalam dan terinci pada ke dua variabel tersebut. |