Penolakan Otopsi oleh Keluarga Korban di Jakarta
Agus Purwadianto;
Arif Budijanto, supervisor
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983)
|
Otopsi terhadap korban mati sebagai bagian utama daripemeriksaan forensik di Jakarta masih sering ditolak olehkeluarga korban, walaupun pihak penyidik telah memintanya.Keluarga korban yang merupakan pemberi keputusan penolakanini berciri-ciri sebagian besar pria, berusia antara 30 - 49tahun, adalah saudara bukan sekandung dari korban,berpendidikan tamat SMTP atau SMTA , bersuku Jawa, Sunda atauketurunan Cina dan bekerja sebagai karyawan swasta. Ciri-cirikorban mati yang ditolak otopsinya pada umumnya adalahpelajar atau mahasiswa, berusia 10 - 29 tahun, merupakangolongan menengah ke bawah dengan kasus mati akibatkecelakaan lalu lintas.Alasan penolakan otopsi forensik ini sebagian besaradalah faktor emosi berupa rasa sedih/kasihan (97,22%) danpasrah terhadap keadaan (80,56%) serta faktor belumberpengalaman (merasa asing) karena baru pertama kalimengurus pencabutan Visum et Repertum (88,89%), pertama kalisalah satu anggota keluarganya mati dengan permintaan harusdiotopsi (83,33%) dan belum pernah melihat jenazah pascaotopsi (84,72%). Sedangkan faktor agama/kepercayaan dan adatserta faktor ketidaktahuan kegunaan otopsi forensik dan aspekmedikolegal kasus keluarganya bukan merupakan alasan yangmenonjol dari penolakan otopsi. |
![]()
|
No. Panggil : | T-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | iv, 21 pages |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
T-Pdf | 15-24-19577815 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20316357 |