ABSTRAK BUMN Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar jika dilihat dari aspek nilaitotal aset, volume produksi, maupun dari segi sumber daya manusia dan pengalamanorganisasi yang telah terakumulasi puluhan tahun.BUMN dalam era pembangunan nasional selama 30 tahun terakhir ini terjebak padaambiguity (kerancuan) akibat adanya tujuan/tugas ganda, komando ganda, dan kriteria ganda. Masalah ini mungkin secara tidak sadar telah mendarah daging dan tidak pernah dievaluasi bahayanya kalau dihentikan.Restrukturisasi BUMN bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan, efisiensi, sertatingkat keuntungan (pritabilitas) BUMN agar dapat membantu pemulihan kondisiperekonomian dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.Pemerintah melalui Menteri Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng, MBA menempuhpaling tidak tiga cara untuk memprofesionalisasi BUMN: swastanisasi, partisipasi rnanajemen asing, dan membubarkan BUMN yang tidak mempunyai harapan ekonomis serta tidak strategis lagi perannya di rnasa mendatang.PT Telkom dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini telah melakukan langkah-langkahperubahan yang sangat mendasar, diawali pada awal tahun 1995 dengan dilakukannya Internal Restructuring, selanjutnya pada pertengahan 1995 dilakukan Kerja Sama Operasi (KSO) dan pada penghujung tahun 1995 dilakukan Initial Public Offering (Go Public).Prinsip dasar Restrukturisasi Intern adalah memfokuskan diri terhadap customer,accountability, economic of scale, center of excellence, competitive positioning, networksynergy dan internal competition.Telkom melakukan benchmarking terhadap para operator kelas dunia dan menjalankanprogram T-2001 dalam usahanya menjadi operator kelas dunia. Namun, krisis ekonomi telah menghambat pelaksanaan program T-2001. Pencapaian indikator World Class Operator Divre II lebih baik dari Holding. Namun, beberapa indikator menunjukkan bahwa Divre II masih berada di bawah target yang telah ditentukan, yaitu pada: tingkat keberhasilan panggil, ketersediaan network, dan produktivitas pegawai.PT Telkom masih mempunyai kinerja yang baik walaupun menderita kerugian kursakibat depresiasi nilai rupiah, yang terlihat dari tingginya nilai EVA yang didapat. Hal inimenujukkan bahwa kinerja keuangan Telkom masih cukup bagus walaupun berada di tengah krisis ekonomi.Walaupun demikian, Telkom perlu meninjau kembali penyertaannya atau jugakerjasamanya dengan beberapa perusahaan afiliasi yang merugi, melakukan efisiensi di dalam penyelenggaraan usahanya, misalnya dengan tidak lagi memberikan fasilitas yang berlebihan kepada aparat pemerintahan, melakukan negosiasi ulang dengan para kreditor agar memberi keringanan dalam pembayaran hutang, misalnya dengan memperpanjang waktu hutang, mematok kurs yang rendah, atau pembebasan bunga.Pembukaan jaringan baru Iebih dipusatkan di daerah yang menguntungkan, misalnya diJakarta. Dengan langkah ini, maka pendapatan dan pencapaian ketersediaan network dapat ditingkatkan.Liberalisasi sektor telekomunikasi dapat diperluas. Dengan harapan masyarakatIndonesia akan mendapatkan tarif yang murah dari hasil kompetisi para operator telepon.UU tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi sesuai perkembangan bisnistelekomunikasi perlu disempurnakan. Selain UU, aturan pendukungnya juga harus diperbaharui dan diperjelas, agar para pelaku bisnis telekomunikasi dapat bersaing dengan aturan yang jelas mengingat persaingan bisnis telekomunikasi sangat ketat (misalnya dalam bisnis operator telepon selular).Di era reformasi yang penuh dengan transparansi sekarang ini, Telkom dan BUMNlainnya harus lebih terbuka pada masyarakat. Apalagi sudah adanya UU tentang Perlindungan Konsumen. Masyarakat sebagai konsumen harus ditingkatkan perannya, karena faktor kepekaan kepada konsumen (selain faktor inovasi, efisiensi, dan mutu) akan menjadi daya saing sebuah badan usaha.
|