Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi penyintas erupsi Merapi serta mengkaji nilai, norma, dan/atau praktek budaya Jawa apa saja yang terkait dengan kemampuan resiliensi penyintas erupsi Merapi tersebut. Pengertian resiliensi yang dipakai merujuk pada lima karakteristik resiliensi dari Wagnild (2010), yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, dan existential aloneness. Gambaran resiliensi diperoleh dengan menggunakan alat ukur CD-RISC 10 yang sudah diadapatasi oleh Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI tahun 2011 dan kajian budaya Jawa diperoleh dari wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan di Desa Krinjing yang merupakan salah satu desa yang terdekat dari puncak Gunung Merapi. Partisipan penelitian terdiri dari empat orang yang berusia 51 hingga 60 tahun dan yang diwawancara mendalam adalah tiga orang yang berusia 51 hingga 60 tahun.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan berusia 51 hingga 60 tahun mendapatkan skor resiliensi sedang dengan variasi skor yang beragam dari rendah sampai tinggi. Adapun nilai, norma, dan/atau praktek budaya Jawa yang terkait dengan kemampuan resiliensi penyintas erupsi Merapi adalah prinsip kerukunan, gotong royong, prinsip hormat, nrima, iklas, kekerabatan orang Jawa, dan alam gaib. Sejumlah saran untuk menindaklanjuti penelitian ini, termasuk mengatasi keterbatasan penelitian, disertakan. This study was conducted to gain picture of resiliency among Merapi eruption survivors, and to assess Javanese values, norms, and/or cultural practices associated with the resiliency ability among the survivors. The concept of resiliency refers to the five characeristic of resiliency from Wagnild (2010), and they are meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, and existential aloneness. Picture of resiliency was obtained using the CD-RISC 10 adapted by Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI in 2011 while the Javanese cultural studies were obtained through interviews. Data were collected in Krinjing village which is one of the nearest villages from the top of Mount Merapi. Altogether four participants of 51 to 60 years old filled out the resiliency scale and three people of 51 to 60 years old were interviewed.The results indicate that most participants get a middle score of resiliency. The Javanese cultural aspects associated with resiliency ability among eruption survivors were rukun, respect, gotong royong, family relationship among Javanese, nrima, iklas, and belief in supernatural being. Recommendations for futher research are included. |