ABSTRAK Pemberantasan korupsi di Indonesia belum berdampak secara signifikanuntuk mengurangi angka korupsi di Indonesia, sementara korupsi semakindisadari menjadi faktor penghambat perkembangan di Negara ini, baik ekonomimaupun sosial. Karena korupsi dipandang sebagai masalah utama menghadapitransisi ekonomi dan Negara berkembang, banyak organisas internasional sepertiUnited Nation (UN), World Bank (WB), International Monetary Fund (IMF), danjuga organasasi non-pemerintah seperti Transparency International (TI)meluncurkan program-program anti-korupsi.Jika sebelumnya pemerintah, sektor privat, akuntan, dan media dijadikansebagai aktor penting dalam ranah anti-korupsi, maka sekarang pemudaditegaskan sebagai aktor anti-korupsi. Perkembangan fokus pemuda dalam antikorupsiini juga Nampak pada program kerja Transparency InternationalIndonesia (TII), cabang dari TI di Indonesia.Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis, penelitian inimencoba untuk mengungkap bagaimana pemuda dikonstruksi dalam tarikan duakepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan global yang diwakili oleh TII dankepentingan nasional.Kesimpulan dari dokumen yang telah dianalisa adalah, pemudadikonstruksikan dengan sudut pandang yang sangat positif, seperti grup kolektifyang penuh dengan energy dan idealisme, sebagai agen perubahan, dan agenreformasi. Namun di sisi lain pemuda dianggap sebagai sosok anarkis. Dalamkonteks sosiokultural, pemuda dalam aksi pemberantasan korupsi terbelenggudalam dualism pemahaman dan pemaknaan. ABSTRACT The corruption eradication in Indonesia has yet to create a significantimpact in lowering the corruption in Indonesia, and it’s increasingly recognizedthat corruption hinders development in this country, both economic and social.Since the issue of corruption is viewed as one the main problems facing transitioneconomies and developing countries, there are many international organizationssuch as United Nation (UN), World Bank (WB), International Monetary Fund(IMF), and also non-governmental organizations (NGO) like TransparencyInternational (TI) launched anti-corruption programmes.If in the past years, government, the private sector, accountants, and mediaare emphasized as important participants in the anti-corruption field, but now,youth is emphasized as an actor of anti-corruption. This developing focus onyouth in anti-corruption also represents in the work of Transparency InternationalIndonesia (TII), a chapter of TI in Indonesia.By using critical discourse analysis method, we seek to uncover how youthare constructed by two different interests; global interest (which is represented byTII) and national interest.Based on the document analyzed, we conclude that youth are constructedin a very positive point of view, such as a collective group with full of energy andidealism, as an agent of change, and an agent of reformation. But in the otherhand, youth are viewed as the anarchists . In a sociocultural context, youth in anticorruption are fettered in a dualism of meaning. |