ABSTRAK Latar belakang : Beberapa tahun belakangan, penanganan luka dengan madutelah banyak diterapkan oleh para praktisi klinis diseluruh dunia. Namun sampaisekarang, belum ada prosedur standar tentang bagaimana aplikasi madu pada luka.Di divisi Bedah Plastik RSCM, madu diaplikasikan pada luka dengan frekuensisatu kali perhari, dan secara observasional hasilnya memuaskan. Namunbagaimana jika madu diaplikasikan setiap dua hari? Apakah hasilnya akan lebihmemuaskan? Kami ingin mencari metode mana yang akan memberikan hasil yangpaling memuaskan dan nantinya akan dijadikan standar aplikasi madu di divisikami.Metodologi: Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental, dilakukan di RSCMpada bulan Juli – September 2012. Melibatkan 14 pasien dengan luka partialthickness akut yang akan diwakili oleh luka donor STSG. Jumlah sampel inidiyakini cukup untuk keakuratan penelitian ini. Pasien dibagi dalam 2 kelompok,kelompok kontrol akan diberikan aplikasi madu pada luka tiap hari dan kelompokperlakuan akan diberikan aplikasi madu tiap dua hari. Laju penyembuhan lukaakan dinilai sebagai persentase reduksi area yang belum terjadi epitelialisasi padahari ketujuh. Area yang telah epitelialisasi dan yang belum akan ditentukanmenggunakan program AnalyzingDigitalImages®. Data yang didapatkan akandianalisa secara statistik menggunakan SPSS versi 17. Data akan dibandingkanmenggunakan Wilcoxon signed rank test dimana p<0,05 secara statistik akandianggap terdapat perbedaan yang bermakna.Hasil : Rerata persentase reduksi area non epitelialisasi pada kelompok perlakuanadalah 86,76%, sedangkan rerata persentase reduksi area non epitelialisasi padakelompok kontrol adalah 97,97%. Dari analisa statistik didapatkan perbedaanpersentase reduksi yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompokkontrol (p 0,00)Kesimpulan: Rerata persentase reduksi area non epitelialisasi pada luka denganpenggantian balutan madu tiap hari dan tiap 2 hari, berdasarkan uji statistikdidapatkan berbeda secara bermakna. Namun dalam 2 hari, meskipun efektifitasmadu sudah berkurang, madu masih dapat memberikan hasil yang baik.Penemuan ini akan berguna untuk pasien dengan luka partial thickness dimanapenggantian balutan madu tiap hari tidak dapat/sukar dilakukan. ABSTRACT Backgrounds: In the past few years, clinicians worldwide have been using honeyfor wound treatment. But until now, there was no such standard on method ofhoney application on wound. In our center, honey was applied on wound by oncea day application and the result was observationally satisfactory. What ifapplication of honey were done once every two days? Would the result becomemore satisfactory? This study aims to search honey application method, whichgives the best result on wound treatment.Methods: This is a single-blinded non-randomized clinical trial, which wasconducted in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta from July until September2012. 14 patients with acute partial thickness wound resulted from STSGharvesting were involved in this study. Patients were divided into 2 groups:control (once a day application of honey) and treatment (once every two daysapplication of honey) and the rate of wound healing were evaluated. Rate ofwound healing will be assessed as number of percentage of reduced nonepithelializedareas on the seventh day of application.Results: The mean percentage of non-epithelialized area reduction on treatmentgroup was 86.76%, and 97,97% on control group. There was significantdifference on percentage of reduced area between control and treatment group (p<0,00).Conclusion: There was statistically significant difference between once a day andonce every two days application of honey. However, changing of honey dressingonce a day is still a preferable method in wound treatment |