Telah dilakukan studi habitat konservasi ex-situ berupa penangkaran rusa timor di Universitas Indonesia (UI). Tujuan dari studi ini adalah untuk meneliti habitat rusa timor di UI berupa aspek fisik dan biologi rusa berdasarkan PP. No 7 Tahun 1999 dan PP No. 8 Tahun 1999. Metode yang digunakan adalah metode observasi, kuesioner dan membandingkannya dengan kawasan penangkaran Ranca Upas, Ciwidey. Hasil yang didapatkan adalah kondisi kawasan penangkaran rusa timor di UI belum memenuhi standar kawasan penangkaran. Jumlah populasi seharusnya 1 ha hanya untuk 10 ekor saat ini hidup 36 ekor. Rasio jantan : betina 1:4 di UI terdapat 11:16. Standar kesehatan kawasan belum memadai, tidak aman, tidak nyaman, serta tidak ada tenaga ahli dalam administrasi dan kesehatan. Universitas Indonesia harus memperbaiki fisik habitat dan sistem administrasi pengelolaan dan perlu menunjuk ahli pada bidang konservasi dan kesehatan. Pelaksanaan konservasi ex-situ berupa penangkaran harus memperhatikan ekosistem berupa daya dukung lingkungan, kontrol populasi, asupan makanan, naungan dan tempat kawin. Habitat study has been conducted at ex-situ conservation (captive breeding) of timor deer (Cervus timorensis) in Campus Universitas Indonesia (UI). The purpose of this study is to investigate whether timor deer habitat in UI based on physical and biological aspects of standardized deer habitat in captive breeding according to government rules PP. No 7 /1999 and PP No. 8 /1999. The methods used are habitat observation, and questionnaire, then the result is compared to the other timor deer captive breeding area, Ranca Upas, Ciwidey. Based on observations of deer habitat in UI, the physical conditions and maintenance are not qualified as a captive breeding area. The home range area for 1 ha is only for 10 heads, but at UI there are 36 heads; the sex ratio male:female 1:4 but in the UI field 11:16. The UI field is unsafe and uncomfortable, and the animal health standard is low and it has no expert hired for administrative and medical care. Universitas Indonesia should improve the habitat, need experts for administrative work such as labeling, certification, and listing on the book of pedigree (studbook) and tagging, and for genetic diversity preservation. The implementation of the ex-situ conservation must consider the ecosystem, carrying capacity, population control, food supply, shelter, and breeding. |