:: Artikel Jurnal :: Kembali

Artikel Jurnal :: Kembali

Atrial fibrillation ablation guided with electroanatomical mapping system: A one year follow up

([Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2010)

 Abstrak

Tujuan: AF merupakan aritmia yang paling banyak ditemukan dalam praktek klinis dan berkaitan dengan peningkatan risiko stroke jangka panjang, gagal jantung dan segala sebab kematian. Ablasi kateter pada AF merupakan modalitas yang relatif baru untuk konversi AF ke irama sinus. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ablasi kateter pada tipe AF campuran. Metode: 30 pasien (umur 52 ± 8 tahun) yang terdiri dari 19 paroksismal and 11 AF kronik dilakukan ablasi kateter radiofrekuensi dipandu oleh sistem pemetaan elektroanatomikal CARTO?. Digunakan pendekatan ablasi bertahap dengan isolasi vena pulmonalis (IVP) sebagai intinya. Tambahan ablasi berupa garis atap, garis mitral isthmus, complex fractionated atrial electrogram (CFAE), garis septal dan sinus koronarius dilakukan secara bertahap bila diperlukan. Pengamatan terhadap rekurensi AF dilakukan selama 1 tahun. Hasil: IVP sirkumferensial berhasil dilakukan pada semua pasien kecuali 1 orang. Rata-rata masa pengamatan 11,5 bulan. Lebih dari 80% pasien masih dalam irama sinus pada akhir masa pengamatan dengan 62% di antaranya bebas dari obat anti-aritmia. Tidak terjadi komplikasi mayor pada serial pasien dalam studi ini. Kesimpulan: Ablasi radiofrekuensi kateter yang dipandu oleh sistem pemetaan electroanatomikal efektif dan aman pada tipe AF campuran.

Abstract
Aim: AF is the most common arrhythmia in clinical practice and associated with an increased long-term risk of stroke, heart failure, and all-cause mortality. Catheter ablation of AF is relatively new modality to convert AF to sinus rhythm. This study was aimed to elaborate efficacy of catheter ablation in mixed type of AF. Methods: Thirty patients (age of 52 ± 8 yo) comprised of 19 paroxysmal and 11 chronic AF underwent radiofrequency catheter ablation guided by electroanatomical CARTO? mapping system. We used step wise ablation approach with circumferential pulmonary vein isolation (PVI) as a cornerstone. Additional ablation comprised of roof line, mitral isthmus line, complex fractionated atrial electrogram (CFAE), septal line and coronary sinus ablation was done respectively if indicated. All patients were followed up to 1 year for AF recurrence. Results: Circumferential PVI was successfully performed in all patients but one. Average follow up period was 11.5 months. More than 80% of all patients remain in sinus rhythm at the end of follow period which 62% of them were free from any anti-arrhythmic drug. No major complication in all patients series. Conclusion: Radiofrequency ablation guided with electroanatomical mapping is effective and safe in mixed type of AF.

 Metadata

No. Panggil : pdf
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2010
Sumber Pengatalogan :
ISSN :
Majalah/Jurnal : Medical Journal of Indonesia
Volume : Vol. 19, No. 3, Juli 2010: 172-178
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Akses Elektronik : http://mji.ui.ac.id/v2/?page=journal.detail2&id=79
Institusi Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Fakultas Kedokteran UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
pdf TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20333392