Angka prevalens HIV&AIDS terus meningkat hampir di seluruh negara di dunia. Peningkatan kasus HIV&AIDS terkonsentrasi pada kelompok-kelompok berisiko, salah satunya adalah pengguna narkoba suntik (penasun). Bahkan peningkatan kasus HIV pada penasun terlihat di beberapa negara, seperti Cina, Malaysia, Vietnam, dan Uzbekistan. Tidak terkecuali, di Indonesia peningkatan kasus HIV pada penasun pada beberapa tahun terakhir terlihat semakin meningkat. Selain rentan tertular HIV akibat pemakaian jarum suntik bekas dan penilaku seks berisiko, penasun juga rentan menjadi kelompok jembatan bagi penularan HIV ke populasi umum melalui hubungan seks yang tidak aman ataupun penlaku seks berisiko. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi potong Iintang (cross sectional), dengan memilih sampel pada penasun yang pernah melakukan hubungan seksual. Besar sampel untuk analisis ini berjumlah 528 responden. Analisis data yang digunakan adalah regresi logistik ganda dan data sekxmder studi Behavior Surveilance Survey, tahun 2002, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia dan PHI-ASA Indonesia. Hasil studi mernperlihatkan bahwa proporsi penasun yang perilaku seksnya berisiko lebih besar dibanding penasun yang perilaku seksnya tidak berisiko. Proporsi penasun yang perilaku seksnya berisiko (76,5%), lebih besar dibanding yang tidak berisiko (23,5%). hasil analisis logistik menunjukkan bahwa perilaku seks berisiko pada pcnasun berhubungan dengan beberapa faktor, yaitu usia hubungan seks pertama kali, status pekerjaan,dan status pemikahan. Dari beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku seks berisiko tersebut, status pemikahan menunjukkan hubungan yang paling erat dan signiflkan secara statistik. Pcnasun yang berstatus menikah mempunyai perilaku seks berisiko Iebih besar tehadap kerentanan penularan HIV kepada istri atau pasangan tetapnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan upaya terhadap pencegahan penularan HIV yang lebih intensif khususnya pada kelompok penasun. Berbagai upaya yang bisa dilakukan adalah dengan pemakaian kondom sebagai cara yang paling efektif untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seks (khususnya pada penasun), peningkatan program penyuluhan dan penyebaran informasi tentang bahaya narkoba dan HIV&AIDS di beberapa daerah, penyebaran informasi tentang bahaya narkoba dan HIV&AIDS di tempat-tempat kerja, peningkatan program detoksiiikasi dan rehabilitasi bagi pengobatan terhadap penasun untuk menghilanglcan ketergantungan narkoba, pengembangan program VCT (Voluntary Conseling and Testing) bagi penasun untuk melakukan tes HIV sehingga mengetahui status HIV terhadap dirinya dengan harapan bisa memproteksi diri untuk tidak menularkannya kepada orang lain termasuk istri atau pasangan tetapnya, dan pendekatan keagamaan untuk meningkatkan moral dan keimanan penasun sehingga terlepas dari jeratan narkoba dan ancaman bahaya HIV&AIDS. The prevalence of HIV/AIDS numbers has increased in many countries in the world. The dramatic increase in the number of HIV/AIDS cases has concentrated to the high risk groups especially the injecting drugs users (IDUs). Many countries have experienced the increasing cases of HIV such as China, Malaysia, Vietnam, Uzbekistan and also Indonesia. Particularly in Indonesia, the increasing cases of HIV in injecting drugs users has raised rapidly for the last few years. This rests on fact that injecting drugs users are vulnerable to get HIV infection not only by using shared needles but also their sexual behavior that put them in high risk of HIV infection. Injecting drugs users are also vulnerable as a group that bridges HIV infection to the community either through unsafe sex or sexual behavior risk. This research employed a cross sectional study design with injecting drugs users who have done sexual intercourse as the sample. Sample comprised 528 respondents. Data analysis that was used in this research was double logistic regression secondary data from the study of Behavior Surveillance Survey (2002) which was conducted by CHR Ul and FHI-ASA Indonesia. The result showed that there is high proportion of IDUs whose sexual behavior are at risk compared with IDUs whose sexual behavior are not at risk. It was found that the proportion of IDUs whose sexual behavior are at risk is 76.5% while the proportion of IDUs whose sexual behavior are not at risk is 23.5%. Result from logistic analysis showed that the injecting drugs users’ sexual behavior risk related to several factors such as age when doing sexual intercourse for the first time, employment and maniage status. It can be mentioned that from those factors, marriage status has a strong connection and significant statistically. Married injecting drugs users are more likely to have the opportunity to infect HIV to their spouses or partners. In this research, the findings are important in making intensive efforts to prevent from HIV infection especially in injecting drugs users group. Some efforts that can be done are by using condom as an effective way to reduce the risk of HIV infection through sex (especially in IDUs), increasing mass education program and providing infomation about the risk of using drugs and HIV/AIDS in certain locations, providing information about the risk of using drugs and HIV/AIDS in workplaces, increasing the detoxification and rehabilitation programs for IDUs to reduce drugs dependencies, developing VCT program for IDUs to do the HIV test so that they can know their HIV status in order to protect themselves and their spouses or partners from the HIV infection, and religious approach to increase moral and religious belief of IDUs so that they can release from drugs using and HIV/AIDS threaten. |