:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Hubungan antara persepsi terhadap pelatih, tingkat sabuk, dan kebiasaan berlatih terhadap disiplin diri remaja yang berlatih karate

Iftida Yasar; Soetarlinah Soekadji, supervisor; Tanzil, Engelina Bonang, supervisor ([Publisher not identified] , 1996)

 Abstrak

ABSTRAK
Dalam berbagai kesempatan, baik melalui media
massa, seminar dan pembicaraan sehari-hari, selalu
dibicarakan mengenai masalah disiplin. Bagi orang tua
penerapan dan peningkatan disiplin pada anak adalah hal
yang teramat penting. Dalam dunia kerja, disiplin
diperlukan agar produktivitas meningkat, dan dalam dunia
olahraga disiplin mutlak diperlukan, karena tanpa
disiplin seorang atlet yang berbakat dan berprestasi akan
dikalahkan oleh mereka yang mempunyai disiplin tinggi.
Pembentukan disiplin memerlukan waktu yang lama
dan dilakukan secara terus menerus. Peranan orang tua,
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat
panting bagi perkembangan disiplin seseorang. Jika orang
tua berhasil mendisiplinkan anak, maka anak akan
mengembangkan peraturan sendiri bagi dirinya (self
regulation). Mereka akan punya kemampuan untuk mengontrol
tingkah laku yang sesuai dengan situasi tertentu (Macoby
dan Martin, dalam Hoffman Paris dan Hall, 1994).
Pembentukan disiplin dapat juga dilakukan
melalui peraturan yang ada disekolah, dan juga kegiatan
lain yang berupa kegiatan mengasah kemampuan intelektual,
meningkatkan ketrampilan atau kegiatan lainnya. Olah raga
juga dapat dijadikan sebagai sarana kegiatan pembentukan
disiplin, terutama pada remaja. Olah raga disamping dapat
menyehatkan badan, juga dapat memuaskan kesenangan
seseorang akan sesuatu.
Masa remaja dapat dikatakan sebagai masa yang
penuh gejolak dan dinamika. Mereka mengalami perkembangan
fisik, mental intelektual, emosi dan sosialnya. Remaja
adalah asset bangsa yang potensial, dalam rangka mencari
identitas diri, mereka perlu dibantu diarahkan dan
dibina.
Olah raga karate dapat dijadikan Salah satu
alternatif dalam rangka pembentukan disiplin remaja.
Banyak yang beranggapan olah raga karate adalah olah raga
keras, kasar dan hanya bertujuan membentuk fisik. Padahal
pembinaan olah raga karate juga menekankan pada masalah
pembinaan mental, fisik dan tehnik karate. Ada filosofi
karate yang terdapat dalam sumpah karate itu sendiri yang
berisi ajaran hagaimana pembentukan kepribadian seseorang
yang dilandasi dengan sifat kejujuran, mempertinggi
prestasi, menguasai diri, sopan santun yang bertujuan
membentuk disiplin diri. Karate merupakan kegiatan yang
tepat bagi remaja agar mereka dapat tumbuh disiplin.
Sehat baik mental maupun fisik.
Penelitian ini dikenakan pada para remaja yang
berlatih karate di Daerah Jakarta selatan. Masalah pokok
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh Persepsi terhadap pelatih, Tingkat sabuk, dan
Kebiasaan berlatih terhadap pembentukan Disiplin Diri
remaja yang berlatih karate. Sebagai generasi penerus
bangsa, remaja sangatlah panting peranannya. Untuk itu
mereka perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
dalam pembinaan dan pembentukan disiplin dirinya.
Pembentukan disiplin diri memerlukan waktu yang lama dan
dilakukan secara terus henerus. Melalui olah raga karate
diantaranya diharapkan dapat membentuk disiplin diri.
Temuan penelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1."Tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi
terhadap pelatih dengan Disiplin diri", dengan kata
lain walaupun semakin tinggi persepsi terhadap
pelatih bukan berarti semakin tinggi disiplin diri
remaja yang berlatih karate.
2. "Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
sabuk dengan disiplin diri", dengan perkataan lain
semakin tinggi tingkat sabuknya hukan berarti semakin
tinggi disiplin dirinya.
3. "Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
berlatih dengan disiplin diri" remaja yang berlatih
karate. Ini berarti bahwa dengan makin baiknya
kebiasaan berlatih, tidak mengakibatkan semakin
meningkatnya disiplin diri.
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi
terhadap pelatih, tingkat sabuk dan kebiasaan
berlatih dengan disiplin diri remaja yang berlatih
karate.
Hal ini berarti ketiga variabel tadi tidak memberikan
sumbangan yang bermakna terhadap pembentukan disiplin
diri remaja yang berlatih karate.
Dari hasil temuan tadi dapat dikatakan, bahwa
terbentuknya disiplin diri remaja yang berlatih karate
bukan dikarenakan persépsinya terhadap pelatih, tingkat
sabuk atau kebiasaannya herlatih. Bisa juga remaja yang
berlatih karate dikarenakan seleksi alam sudah mempunyai
disiplin diri, atau adanya faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan disiplin dirinya, seperti pendidikan, usia,
orang tua ataua lingkungannya. Dengan demikian perlu
diperhitungkan faktor lain yang merupakan variabel lain
yang mempengaruhi pembentukan disiplin remaja.
Penelitian ini hendaknya juga dilanjutkan untuk
melihat faktor apakah dari karate yang dapat mempengaruhi
pembentukan disiplin diri remaja yang berlatih karate.
Mungkin ada faktor lain diluar ketiga faktor tadi yang
mempengaruhi pembentukan disiplin diri

 File Digital: 1

Shelf
 T37950-Iftida Yasar.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Kata Kunci

 Metadata

No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1996
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : xii, 107 pages ; 30 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-17-368264292 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20342161