Pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam membentuk kepribadianseorang anak. Bagaimana orang tua mengasuh anak banyak dipengaruhi oleh pengalaman pribadi di masa Ialu yang membentuk karakter dan kepribadiannya.Cara orang tua berinteraksi dengan anak dan kedekatan yang terjalin antara mereka amat mempengaruhi persepsi anak terhadap dirinya. Orang tua yang menunjukkan sikap dan tindakan abusive, otoriter, menanamkan rasa malu dan bersalah pada anak sejak dini, merupakan umpan balik yang negatif dan dipersepsi sebagai penolakan yang disebabkan kekurangan dan kelemahan dirinya. Orang tua yang abusive, dikatakan menerapkan aturan secara kaku disertai hukuman yang menyiksa. Siksaan yang dialami oleh seorang anak, tidak hanya menimbulkan trauma secara fisik (mengalami hambatan perkembangan Esik dan intelelctual), tapi juga secara psikis karena ia akan hidup dalam ketakutan, kemarahan, kebencian, kesedihan, kecemasan, keputusasaan dan ketidakberdayaan atas perlakuan orang tua yang tidak adil. Semua pengalaman emosional yang traumatis dalam kehidupan bersamanya dengan orang tua dapal mendorong berkembangnya gangguan kepribadian paranoid di masa selanjutnya.Pada umumnya, penderita gangguan kepribadian paranoid dikatakan oleh para ahli, memiliki orang tua yang abusive. Menurut DSM IV, gangguan kepribadian paranoid bam menampakkan manifestasinya di awal masa dewasa.Masalahnya, manifestasi gangguan kepribadian paranoid di masa dewasamempengamhi seluruh aspek kehidupan individu tersebut, tennasuk kehidupan berkeluarga. Sikap dan perilaku individu paranoid akan mempengaruhi pola asuh dan interaicsinya baik dengan anak-anak maupun pasangan. Penelitian ini menemukan, bahwa pola asuh yang negatif di masa Ialu tidal: hanya mempengaruhi pembentukan karakter individu, namun mempenganihi cara individu tersebut mendidik dan mengasuh anaknya sendiri di masa selanjutnya.Penelitian ini mcncmukan adanya pola-pola yang sama seperti yang terdapat padaPenelitian ini menemukan adanya pola-pola yang sama seperti yang terdapat pada gencrasi scbelumnya, seperti dalam pemiiihan pasangan, cara berinteraksi dengan pasangan, cara interaksi dan pengasuhan terhadap anak. Terlihat dalam penelitianini bagairnana gangguan kepribadian paranoid yang dialami subyek utamapenelitian, menyebabkan distimgsi pada keluarga, seperti yang dialami pula dalam keluarga asalnya dahulu. Hal yang membedakan adalah adanya intervensi penanganan terhadap gangguan kepribadian paranoid serta sikap positif yang ditunjukkan pihak keluarganya sendiri (bukan keluarga asal) terhadap subyek utama penelitian ini yang membawa pengamh terhadap pengembalian fungsi keluarga ke arah yang lebih baik.Penelitian yang bersifat generasional ini pada dasamya menarik untukdipelajari dan dilakukan penggalian secara lebih dalam terhadap seluruh anggota keluarga agar dapat menemukan mata rantai yang jelas antara karakter, sikap dan perilaku orang tua terhadap persoalan kejiwaan dan kepribadian yang dialamianggota keluarga yang Iain. Saran yang dapat diberikan bagi peneliti seianjutnya, agar penelitian selanjutnya benar-benar bisa mencafi dan menemukan informasi dari anggota keluarga Iain, baik dad satu generasi maupun antar generasi agar lebih bisa mengenali pola-pola yang nampak, yang dapat membcrikan pengaruh baik positif maupun negatif pada pembentukan kepribadian seseogang |