ABSTRAK Stigma terhadap penderita kusta masih mempakan masalah utama diIndonesia, dimana hal ini secara program berdampak pada keterlambatan pendedtauntuk diobati dan secara individu bcrdampak negatif pada kondisi fisik, mental,sosial, dan ekonominya. Namun sampai saat ini masih sangat sedikit penelitian yangmenggali masalah stigma masyarakat terhadap penderita kusta.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalamtentang pcngetahuan, persepsi, kepercayaan, sikap masyarakat terhadap pendentakusta yang berhubungan dengan teljadinya stigma terhadap penderita kusta.Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi denganmenggunakan metode kualitatiil dimana pengumpulan data dilakukan dengan telaahdokumen, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara rnendalam. lnformankunci terdiri dari wasor kusta, juru kusta, tokoh masyarakat, penderita kusta, mantanpenderita kusta, dan infonnan terdiri dari petugas kcschatan di puskesmas danmasyarakat non pcnderita kusta.Hasil penelitian menunjukkan bahwa teljadinya stigma bcrhubungan denganpengetahuan yang rendah temang cara penularan pcnyakit kusta, persepsi bahwapenyakit kusta adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkanmutilasi bahkan kematian. Terjadinya stigma di Kecamatan Simpenan jugaberhubungan dcngan sikap masyarakat yang takut tertular dan ketika melihatkecacatzm yang mengerikan yang ditimbulkan oleh penyakit kusta. Ditemukan jugabahwa penderita kusta yang cacat mendapatkan perlakuan negatif yang Iebih berat dibanding dengan penderita yang lidak cacat Selain itu ditemukan juga bahwapenderita kusta dcngan tingkat kecacatan yang sama namun bcrbeda status sosialckonominya, akan mendapatkan perlakuan negatif yang berbeda pula. Dengandemikian disarankan untuk meningkatkan pengetahuan melalui KIE dcngan metodedan media yang diinginkan kepada seluruh lapisan masyarakat dan petugaskesehatan. Lcbih lanjut, penemuan dan pengobatan penderita secara dini olehpetugas kesehatan dan dibantu dengan peranserta tokoh masyarakat mennpakan halyang esensial. ABSTRACT Stigma related to leprosy is still a big problem in Indonesia, where regardingto leprosy control program it influences to patient delay for treatment and regardingto person affected it aH`eets negatively to his/her physical, mental, social andeconomic status. Particularly, studies that have explored stigma in communitytoward people aifected leprosy are rare.The purpose this study was to get deep information of knowledge, perception,belief, attitude of community toward people affected leprosy relating to occurrenceof stigma. It is based on qualitative study conducted at Simpenan, in Sukabumidistrict where data collecting were obtained through document observation, FocusGroup Discussion (FGD), and in-depth interview. Key informant of this studyconsists of district leprosy supervisor, leprosy health worker, community leader,people affected leprosy, ex-leprosy patient and others informant are health worker athea.lth center and community (non people affected leprosy).This study shows that the occurrence of stigma are related to lack ofknowledge about the course of infection of the disease, perception that leprosy isvery contagious disease and might caused mutilation and death. The occurrence ofstigma in Simpenan also related to community attitude who afraid of to be contractedand Scare t0 the appearance of terrible impainnent due to leprosy. Also found thatpeople affected with disability get more negative treatment from communitycompare to people affected without disability. it is highlight further that even withsimilar grade of disability, social-economical differentiation makes significant difference on treatment by community. Therefore it suggests to improve knowledgeof community and health workers through IEC which use appropriate media andmethod. One most important in preventing of disability is to find and treat patienttimely by health worker with community leader participation.
|