Era ini ditandai dengan globalisasi informasi dan persaingan yang ketat untuk dapathidup dengan layak. Untuk itu, antara lain diperlakan pengetahuan dan penguasaan seseorangpada bidang tertentu, dan hal tersebut memerlukan semangat atau motivasi yang tinggi untukterus-menerus mempelajari atau menekuni suatu bidang yang digeluti/ diminati.Sehubungan dengan hal di atas, jika orangtua ingin agar anaknyabersemangat atau rajin dalam belajar. Keinginan tersebut muncul karena antara lain orangtua ingin agar anaknya menguasai materi pelajaran atan bertanggung jawab pada pendidikan yangsedang dijalaninya. "Rajin"-nya seorang anak belajar sebenarnya berkaitan erat dengsntanggung-jawab anak tersebut pada proses belajarnya sendiri. Bacon, 1991 (dalam Bacon,1993) menyebutkan bahwa seorang anak yang bertanggung-jawab akan mengeJjakantugasnya tanpa diingatkan atan dipaksa oleh orang lain Walaupuu tanggung-jawab dslambeh!iar itu penting, pada kenyataannya, berdasarkan hasil dari suatu peuelitian yang dilakukanoleh Bacon (1993) diketahui bahwa sebagian besar dari anak sekolah yang ditelitinyamemiliki persepsi bahwa suatu tanggung-jawab itu adalah sesuatn yang diberikan oleh oranglain ("being held responsible, bukannya "being responsible"). Selanjntnya Baconmengatakan bahwa dalam situasi belajar. tindakan yang bertanggung jawab terdiri daripengaturan diri (self-regulation) dan kontrol diri (self control).Menurut Zimmerman (1986), Self Regulation (selanjutnya akan disingkat sebagaiSR) dslam belajar ialah suatu tingkat dimana individu adslah partisipan yang aktif bail:secara mengkognitif/motivasi, dan tingkah laku dalam mengarahkan proses belajarnya Jikadilibat definisi tersebut tampak bahwa SR tidak banya sekadar menggambmkan bahwaseseorang mandiri dalam arti melakukan suatu aktivitas sendiri atan tidak tergantung, namun juga terlibat "aktif" dalam proses belajamya Selain itu, anak yangSR-uya tinggi dapat mengontrol aktivitas yang dilakakannya dengan mengarah kepada suatutujuan, sehingga prestasi belajarnya optimal (Sc~uuk & Zimmerman, 1994).Deri uraian di atas kita melihat betapa peulingsya seorang anak memiliki SR. NamunSR itu sendiri perlu dipelajari, seiring dengan peudupat yang mengatakan bahwa "belajar yangefektif" ialah proses yang dipelajari atan bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir (Resnick,1989). Pertanyaan yang timbul kemudian Ialah dari mana seorang anak dapat mempelajari"cara belajar" yang efektif itu (sehngga ia memiliki SR), hal tersebut tidak tercantumdslam kurikulum di sekolah. Dengan demikian, dapat kita asumsikan bahwa suatuintervensi di luar lingkungan sekolah yang memegang peranan penting dalam pembentukansikap belajar anak (tennasuk pembeutukan SR), hingga dijumpai anak-anak dengan lingkat SRyang betbeda. Adanya intervensi itu tampaknya diperkirakan berasal dari lingkungan rumah,atau orangtua, hasil dari berbagai penelitian menemukan bahwa keterlibatanonmgtua dalam proses belajar anak: memegang penman penting dalam meraih prestasi belajaryang optimal (Henderto, 1987; Bloom, 1985; Cllllk. 1933; Clark, 1987; dalarn Wlodkowski &Jayues, 1990).Bentuk dukungnn psikologis dari lingkungan sosial si anak bimbingan ataupunpangarahan dari orang dewasa (oranggtua), yang dikenal dengan istilah guided participation(Rogofl; 1990; dalam Miller, 1993), Menurnt Vygolsky, 1978, bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa (oranggtua) dalam rangka mengaktualisasi potensi yang beradadalam rentangan Zone of Proximal Development (Zl'D). Vygoteky menggambarkan betapapentingnya keterlibatan orang dewasa dalaro mengoptimalkan perkembangan anak.Keterlibatan orang dewasa dalam situasi sehari-hari dapat dilihat dari pengasuhanterhadap anaknyn.Pengasuhan secant umumdapat diidentikkan dengan pola asah. Pola asub belum tentu sama efektifnya atau belum pasti sama positifnya bagi semua imadisi social budayaBerdasarkan beberapa alasan di atas, peneliti tertarik untuk meneropong sejauh manaorang dewasa - dalam hal ini ornngtua diIndonesia (kltususnya pada populasi yang nkaaditcliti) mengasah anaknya, agar terbentuk ketrampilan SR yang tinggi pada anak. Disampiog itu, upa saja kODdisi yang barns ada (necessary conditions) sehubungan denganterbentuknya SR yang tinggi.Subyak yang akan digunakan dalam pengambilan data penelitian ini adalah anak yangberusia sekitar 12 tahun atau siswa SLTP kelas- di suatu sekolah di wilayah DKI, danorang tuanya. Adapun pangambilan sampel dilakukan "Insidental sampling.lnstrumen penelitian yang akan diganakan dalam penelitian ini adalah kerangkawawancara tingkat SR anak yang dikembengkan berdasarkan konsep Grow (1991).Selain itu peneliti akan melakukan wawancara mendalam untuk menggali apa saja yangDikalukan oleh orang tua terbadap anaknya yang berkaitan dengan pengasahan. Instrument tersebut dikembangkan berdasarlom teori pola asuh dari Banmrind, 1968 den Maccoby, 1980(dalam Berns, 1985), ser1a teori SR dari Zimmenmm (dalaro Scimak &. Zimmetmllll, 1994).Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan, kareoa terbatasnya jumlah obyek.Namun dari penetitian ini minimal diperoleh wawasan, tentang adanya suatukecenderungan-kecenderungan pada snbyek yang memiliki karakteristik tertentu. yaitu tampak kecenderangan pola asuh yang antoritatif (detuokrada) pada oranglw! yangmemiliki anal: dengan SR tinggi. Necessary conditions pada peogasuhan orang tua dari anakyang memiliki SR tinggi dari hasil penelitian ini ada beberupa faktor, yaitu: aspek ~penerapan disiplin yang tegas dan fleksibel, konsistensi tindak orangtua, serta adanyakebebasan bagi anak untuk menentukan materi yang nkaa dipelajari dan kapan anak belajar. Bagi pihak yaag ingin melakukan penelitian lanjutan, agar meningkatkan jumlabsnbyek, lebih mengontrol yang dapat mempengaruhi hasil penelitian danmenggunakan metode kuantitatif untuk mengkonfirmasi seluruh hasil penelitian yang telahditemukan, serta menggunakan sumber yaag lebih lengkap ( ayah & ibudiikutsertakan sebagai subyek penelitian) agar diperoleh hasil penelitian yang komptensif. |