Osteoporosis merupakan salah satu Pcnyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi beban kesehatan mayarakat di negara bcrkembang tezmasuk di Indonesia. Osteoporosis discbut sebagai silent disease karena pada stadium awal tidak menimbulkan gejala yang nyata. Osteoporosis bisa menyerang laki-iaki maupun perempuan dan lebih berisiko pada usia Ianjut. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu rendahnya massa tulang disertai pcrubahan-perubahan mikro arsitcktur dan mundumya kualitasjaringan pada tulang. Kondisi ini pada akhimya dapat menyebabkan tenjadinya pcningkatan kerapuhan tulang dan rneningkatkan risiko terjadinya fraktur pada tulang. Pengukuran Dcnsilas Massa Tulang (DMT) dapat dilakukan dengan mcnggunakan alat densitomcter tulang. Metode ini mcncntukan kandungan mineral tulang pada seluruh tulang. Dengan uji Densitas Massa Tulang (DMT) dapat didiagnosis terkena osteoporosis ataukah tidak. Pengukuran dapat dilakukan pada tulang belakang, tuiang pinggul, tulang pergelangan tangan, tumit atau pun jari tangan. Mctode Quantitative Ultrasound (QUS) mcngukur densitas tulang pada tumit. Daiam mendiagnosis terjadinya osteoporosis, alat tersebut mengukur keoepatan gelombang suara yang bergerak sepanjang tulang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian osteoporosis pada kelompok dewasa usia 40 sampai 65 tahun di Kota Depok. Disain penclitian yang digunakan adalah disain studi kasus kontrol dengan jumlah keseluruhan subjek yang diteliti scbanyak 116 orang yaitu tcrdiri dari 29 orang kasus dan 87 orang kontrol (1 : 3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Populasi adalah seluruh orang dewasa laki-laki maupun perempuan bemsia antara 40 sampai 65 tahun yang menetap atau tinggal di wilayah Kota Depok, Jawa Barat. Kelompok kasus ditetapkan dengan kriteria seluruh orang dewasa laki-Iaki maupun perempuan benlsia 40 sampai 65 tahun yang tinggal di ernpat lokasi penclitian terpiiih (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 dan RW 03) di Kota Depok, Jawa Barat yang didiagnosis osteoporosis menggunakan alat Achilles Exprem/Insight rnetode Quantitative Ultrasound (QUS) dengan scnsitivitas alat sebesar 97%, diperoleh nilai t-score 5 -2,5 SD, sedangkan jika nilai t-score 2 -1 SD ditctapkan sebagai kontrol. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda model faktor risiko menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara IMT dengan osteoporosis (p-vaIue<0,05}. Nilai Odds Ratio (OR) dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa subjek dengan IMT ‘kurang’ berisiko terkena osteoporosis sebanyak l85,8 kali dibandingkan dengan subjek yang mempunyai IMT ‘nom1al’. Dari hasil analisis tersebut terbukti bahwa 11 (sebelas) variabel mempakan variabel confounder yaitu terdiri dari merokok, aktivitas olahraga, tingkat pendidikan, tingkat pcngetahuan, pekexjaan, pendapatan, frekuensi konsumsi buah, frekuensi konsumsi minuman penghambat penyerapan kalsium, asupan protein, asupan vitamin C, serta asupan vitamin D. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai osteoporosis dengan menggunakan jumlah subjek yang lebih banyak untuk disain kasus kontrol. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian lain dengan mengukur kadar kalsium dalam darah pada subjek disamping pengukiuan terhadap Densitas Massa Tulang (DMT). Dapat juga diiakukan penelitian berikutnya dengan disain studi yang berbeda yaitu dengan disain studi kohort. Hal ini ditujukan untuk rnengetahui lebih lanjut mcngenai pengaruh faktor-faktor risiko lainnya yang berkaitan dengan osteoporosis. Osteoporosis is one of non-communicable diseases that becomes problem among people in developing countries, including in Indonesia. Osteoporosis is known as silent disease where in the first stadium does not have a significant symptom. Osteoporosis may attack men and women and it is higher risk to old people. Osteoporosis has specific characters they are low of bone weight repeated with micro-architecture changes and the decrease of bone tissues quality. This condition, at the end, may cause the increase of bone brittle and bone fracture risk. Bone Mass Density (BMD) measurement was done by using bone densitomcter. This method measures mineral content in the bone. The osteoporosis can be diagnosed by using the Bone Mass Density test. The measurements were carried out from back bone, hip bone, wrist bone, heel bone, and fmgers bone. Quantitative Ultrasound Method measured the heel bone density. It measured the speed of sound wave moving throughout the bone while diagnosing the osteoporosis. The objectives are to find out the relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis to adult people aged 40 - 65 years in Depok in 2008. Case contorol study design was carried out in this research by using 116 subject as samples divided into 29 case and 87 control (I : 3). The research was done on May 2008. Population involved in this research were men and women aged between 40 until 65 years old, lived or stayed in Depok, West Java. The osteoporosis was measured by using Achilles Express/Insight with Quantitative Ultrasound Method with 97% tools sensitivity, resulted the t-score (osteoporosis : 5 -2.5 SD decided as case, while normal : 2 -1 SD as control). Case and control stayed in 4 (four) selected location (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 and RW 03) in Depok, West Java. The multivariat analysis by using risk factor model with double logistic regression analysis shows that there is a significant relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis (p-value < 0.05). Odds Ratio (OR) value from statistical test shows that people ‘under’ Body Meight Index (BMI) are high risk to osteoporosis, 185.8 times than people above ‘normal’ Body Mass Index (BMI). The iinal result from multivariate analysis proved that 11 (eleven) variables were confounder; there were smoking, exercise activity, education level, knowledge level, jobs, earning, fruit consumption frequency, calcium absorption resistor drinking frequency, protein intake, Vitamin C intake, and Vitamin D intake. It is necessary to carry out next step research by sampling more case and control population, not only measuring Bone Mass Density (BMD) but also measuring blood calcium content with different study design by using kohort study. This will find out, further, the effect of other risk factors dealing with osteoporosis. |