Remaja yang berada dalam masa transisi antara masa kanak-kanak danmasa remaja dewasa (Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengalami beberapaperubahan: biologis, sosial dan sosio emosional (Santroclg 2001). Pcrubahan initerjadi mulai dari pembahan fisik, fungsi reproduksi, berpikir abstrak hingga kemandirian. Remaja yang berada dalam masa pencanan identitas diri ini, mulai mengalami perubahan fisik serta memiliki dorongan-dorongan seksual yang membuatnya tertarik dengan lawan jenis. Dengan kemampuan kognitifnya yangsudah berkembang, remaja memiliki banyak pertanyaan yang terkait dengan perubahan dirinya, mulai mencari informasi dari lingkungan.Kemajuan teknologi saat ini., mempermudah akses remaja terhadap berbagai informasi yang ia butuhkan. Selain itu, sekarang ini informasi tidak perlu dicari oleh remaja, sebab sudah banyak yang terberi melalui acara-acara di televisi,diskusi-diskusi di radio serta artkel-artikel di majalah yang disampaikan aecara sangat terbuka bahkan terkadang sangat vulgar. Informasi yang diperoleh remaja ini memiliki dampak positif dan negatifnya, bila remaja tidak mencari konformasiakan informasi tersebut. Sedangkan pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah dan dianggap suatu hal tabuuntuk dibicarakan secara terbuka nampaknya tidak mendukung rasa ingin tahu remaja. Terbentur dengan mitos serta paham yang berlaku, remaja tidak memiliki tempat untuk bertanya atau merasa malu/segan untuk bertanya.Pandangan masyarakat yang masih menganggap seks sebagai topik yangtabu untuk dibicarakan secara terbuka, membuat remaja yang memiliki rasa ingin tahu akan dorongan seksualnya mencari informasi-informasi` dari berbagai media.Namun tanpa adanya bimbingan dan pengarahan, maka banyak pandangan serta pengertian remaja akan seks yang berbeda-beda. Berdasarkan hal ini dan hasil elisitasi, nampak masih banyak pandangan-pandangan yang kurang tepat mengenai seksualitas. Seperti, bila melihat dan mendengar kata-kata seks sebaiknya berpaling untuk menghindar anggapan negatif atau masturbasi menyebabkan impotensi. Pandangan-pandangan yang kurang tepat ini diperolehdari salah menginterpretasi informasi yang diterima dari lingkungan, seperti:teman, artikel majalah atau media informasi lalnnya. Sehingga programpendidikan kesehatan reproduksi diperlukan bagi para remaja.Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi yang disusun diperuntukkanbagi remaja laki-laki maupun perempuan yang berada dalam masa pubertas (10-15 tahun) dan duduk di bangku SLTP kelas 2. Program ini berbentuk pelatihan, yang dilaksanakan dalam waktu 3 hari. Adapun materi program adalah sebagaiberikut: Pubertas, Perubahan-perubahan tubuh, Menstruasi dan Mimpi Basah,Perilaku Seksual, Risiko Perilaku Seksual, dan Alat-alat Kontrasepsi.Melalui program ini remaja diharapkan dapat memahami fumgsi-fungsi serta pembahan organ reproduksi dan mengembangkan perilakunya menjadibertanggungjawab |