|
Psikologi sebagai suatu ilmu mulai diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat. Dalam perkembangannya, berbagai macam alat tes diagnostik diperlukan untuk membantu para psikologi untuk memperoleh pemahaman mengenai tingkah laku manusia, dalam kondisi normal maupzm abnormal.Dari berbagai alat tes diagnostik yang telah ada, penulis tertarik untuk mendalami Hand Test. Suatu alat tes dengan teknik proyektif; dimana setiap kartunya menyajikan stimulus yang bersifat tidak mengancam, karena bentuknya jelas, berstruktur dan dikenal setiap orang. Selama ini Hand Test sebagai alat tes proyektif memiliki kemampuan untuk melihat pola interaksi individu dalam perilaku sehari-harinya.Hal ini yang membuat. penulis tertarik untuk mengujicobakan Hand Test pada kelompok penderita kusta. yaitu suatu kelompok yang seringkali terluput untuk diteliti atau dikaji lebih lanjut. Sedangkan di lain sisi, individu dalam kelompok ini memiliki masalah, hambatan dan konflik yang tidak hanya butuh perhatian dan penanganan secara medis dan fisik, namun juga butuh penanganan psikologis,terutama dalam hal kognitif dan afektifnya. Kondisi sakit yang diderita kelompok ini, seringkali meninggalkan cacat fisik yang menetap, kerentanan dan masalah psikologis yang cenderung mempengaruhi dan menghambat interaksi para penderita kusta dengan lingkungan disekitarnya. Dengan Hand Test, penulis ingin mengetahui bagaimana pola interaksi yang dikembangkan oleh penderita kusta.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengolah dan menganalisa data. Jumlah respon yang dihasilkan oleh kelompok pcnderita kusta dibandingkan dengan jumlah respon yang dihasilkan oleh kelompok normatif Subyek penelitian adalah 30 orang penderita kusta dad Rumah Sakit Kusta Kediri dan Pantai Rehabilitasi Damian-Kediri. Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka terlihat bahwa total respon yang dihasilkan kelompok penderita kusta lebih sedikit jumlahnya dari total respon yang dihasilkan oleh kelompok dam normatif, yang berfungsi sebagai pembanding.Jumlah respon pada kategori kombinasi lnterpersonal maupun Environment pada kelompok penderita kusta terlihat Iebih rendah dari jumlah respon kelompok normative Sedangkan pada kategori kombinasi Withdrawal, terlihat bahwa jumlah respon kelompok penderita kusta lebih tinggi daripada jumlah respon kelompok normatif Hal ini terlihat pada semua subkategorinya, yaitu pada description, bizarre dan failure.Dapat disimpulkan, bahwa dalam pergaulan Sehari-harinya, meski ada keinginan para penderita kusta untuk terlibat dan berteman dengan orang lain dalam suatu hubungan yang menyenangkan dan akrab, tapi dalam perilakunya, penderita kusta justm terlihat kmang hangat, lebih menarik diri dan memajukkan adanya kesulitan untuk memberi respon yang sesuai dalam pergaulannya dengan orang lain dalam kondisi yang nyata, hidup dan hangat. Pada respon Malawuslive terproyeksi bahwa di dalam diri sebagian besar penderita kusta, ada ketegangan dan perasaan interior yang timbul saat harus menghadapi tekanan dalam hubungan inrerpersonal dan impersonal, karena merasa tidak mampu secara psikologis dan fisik akibat sakit yang dideritanya. Demikian pula dalam perilaku bekerjanya., penderita kusta juga menunjukkan kurangnya aspirasi, keterlibatan atau kegigihau berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya, mencapai suatu tujuan, ambisi atau suatu prestasi terentu, baik bagi diri sendiri maupun bagi kelompok Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman bahwa apa yang telah mereka kerjakan belum tentu dihargai oleh orang lain.Pada akhir penelitian ini, peneliti memberikan saran bagi penelitian selanjutnya, baik yang terkait dengan penggunaan Hand Test sebagai alat tes atau instrument penelitian, maupun saran bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan ketertarikan pada penelitian dalam bidang penyakit kusta. |
T-PDF Meir Olivia Halim.pdf :: Unduh