Anak-anak retardasi mental ringan memiliki kesulitan dalam hubunganinterpersonal, khususnya berkomunikasi secara verbal (Nelson & Israel.,1997).Walaupun demikian, anak-anak ini tetap dapat merasakan sikap dan perlakuanoranglua terhadap mereka. Dari beberapa laporan kasus anak retardasi mentalringan yang datang ke Fakultas Psikologi UI (antara tahun 1998-2002) dan daripengamatan yang dilakukan oleh peneliti di sekolah-sekolah luar biasa, terlihatbahwa anak-anak retardasi mental ringan ini akan berespon tertentu sesuai denganperlakuan orangtua terhadap mereka. Maka dari itu setiap orangtua diharapkandapat menerima dan memperlakukan anak-anak yang sudah didiagnosa retardasimental ringan, dengan baik dan penuh tanggung jawab. Namun adakalanyaorangtua menunjukkan penolakan dan menarik diri dari tugas merawat anaknyatersebut (Bigner, 1994).Dengan beragamnya reaksi orangtna terhadap anaknya yang bermasalahdan melihat pentingnya pengaruh orangtua terhadap anak dengan kebutuhankhusus, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan antaraorangtua dan anak retardasi mental ringan, khususnya dari sudut pandang anak.Salah satu media yang dapat melihat hubungan orangtua dan anak, sekaligusmudah bagi anak dengan kapasitas intelektual yang berada di bawah rata-rata,adalah tes House-Tree-Person. Di sini anak diminta untuk menggambar sebuahrumah, sebuah pohon, dan seorang manusia pada selembar kertas. Secara umum,tes HTP dapat diinterpretasikan sebagai refleksi baik sikap maupun perasaan-perasaan yang ditujukan pada dirinya dan lingkungannya. Rumah merefleksikanhubungannya dengan ibu, pohon merefleksikan perasaan terhadap ayah ,dan orangmerefleksikan perasaan terhadap dirinya. Untuk mendapatkan gambaran lebih jauhmengenai hubungan orangtua dan anak pada tes HTP, akan difokuskan padainterpretasi gambar HTP secara terpisah (masing-masing elemen) dan melihathubungan tiga elemen, yakni rumah, pohon, dan orang (Marnat, 1999). Sebagaibahan pernbanding, peneliti juga tetap akan melampirkan hasil anamnesa dengan orangtua, untuk melihat bagaimana pandangan orangtua terhadap hubungannyadengan anak-anaknya.Setelah dilakukan analisis terhadap data sekunder yang diperoleh dariBag-ian Klinis Anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia., diperoleh hasilyakni dalam memandang hubungannya dengan orangtua., tiga subyek merasakankebutuhan akan kedekatan dengan ‘rigur ibn daripada ayah dan hanya satu subyekyang merasakan kebutuhan akan kedekatan dengan figur ayah daripada denganibu. Walaupun demikian, keempat subyek merasakan pentingnya kehadiranseorang ibu bagi mereka. Sedangkan dalam hal dominasi, ada dua subyek yangmerasakan bahwa figur ibu lebih dominan daripada ayah dan dua subyek laiunyamerasa dominasi kedua orangtua sama besarnya.Sebagai bahan pembanding, dari anamnesa dengan orangtua, terlihat bahwaorangtua dari keempat subyek, kecuali ayah dari subyek 3, menolak kondisi anakmereka baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung ditunjukkandengan sikap menarik diri dan tidak terlibat dalam pengasuhan anak, sedangkansccara tidak langsung ditunjukkan dengan sikap tetap mengasuh anak namundengan aturan yang keras dan disertai dengan hukuman fisik.Peneliti menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari penelitian ini masihmemiliki banyak kekurangan dan harus diteliti secara lebih mendalam, mengingatadanya keterbatasan jumlah subyek penelitian, pengadminsrasian tes HTP yangtidak dilakukan langsung oleh peneliti, perbedaan pemahaman / persepsi antarapeneliti dengan pemeriksa sebelumnya, dan keterbatasan peneliti dalammengungkapkan aspek-aspek penting dari tes HTP. Maka dari itu perlu diadakanpenelitian lanjutan dengan memperluas jumlah subyek dan jika memungkinkandilakukan penelitian dengan menggunakan data primer. |