Full Description
Cataloguing Source | LibUI ind rda |
Content Type | text (rdacontent) |
Media Type | unmediated (rdamedia); computer (rdamedia) |
Carrier Type | volume (rdacarrier); online resource (rdacarrier) |
Physical Description | viii, 161 pages : illustration ; 28 cm. + appendix |
Concise Text | |
Holding Institution | Universitas Indonesia |
Location | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
- Availability
- Digital Files: 1
- Review
- Cover
- Abstract
Call Number | Barcode Number | Availability |
---|---|---|
T38301 | 15-25-17869580 | TERSEDIA |
No review available for this collection: 20343509 |
Abstract
ABSTRAK
Makna kerja pada perempuan berkeluarga yang bekerja, terutama pada mereka yang berada pada tingkatan manajerial lebih didasari oleh motif atau keinginannya untuk mengaktualisasikan dirinya. Di Indonesia, kesempatan kerja bagi perempuan dengan jenjang kedudukan yang tinggi telah mengalami peningkatan. Namun demikian, fenomena yang terjadi di masyarakat barat menunjukkan adanya kecenderungan yang cukup tinggi dari perempuan berkeluarga yang berhenti bekerja pada tingkatan manajerial. Keinginan membesarkan dan mengasuh anak merupakan alasan yang paling banyak mereka kemukakan.
Dilema antara kerja dan rumah tangga tersebut menimbulkan keputusan sebagian perempuan berkeluarga yang bekerja untuk berhenti bekerja. Anggapan bahwa tugas-tugas dometik dianggap tidak penting menimbulkan rasa kehilangan nilai bagi individu perempuan ketika mereka berhenti bekerja, yang menyebabkan mereka kehilangan rasa percaya pada diri sendiri, merasa ?tidak layak? untuk bergaul karena statusnya yang ?hanya? sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ini tampak sedikit banyak telah pula mempengaruhi pandangan sebagian masyarakat, terrnasuk perempuan sendiri tentang peran mereka sebagai ibu mmah tangga. Terdapat anggapan bahwa peran ibu rumah tangga itu ketinggalan Jaman, udak prestisius, dan tidak membutuhkan keterampilan intelektual yang tinggi.
Di sisi lain banyak ibu rumah tangga yang menyukai pekerjaan merawat dan mengasuh anak. Mereka melihat peran ibu tergolong spesial, dapat memberikan sesuatu yang bermakna yang dapat memperkaya perkembangan anak (Hock dalam Smolak, 1993) dan keleluasaanya dalam mengatur jadual kerja sendiri (Oakley, dalam Smolak, 1993). Paling tidak secara sementara, mereka ingin mengorbankan penghasilan dan keuntungan lain dari kerja luar rumah dengan jalan memberikan pengaruh mereka terhadap anak.
Kesejahteraan psikologis adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Ryff (1989) memaparkan mengenai karakteristik kesejahteraan psikologis yang meliputi pemahaman dan penerimaan berbagai aspek dari diri seseorang, hubungan yang positif dengan orang lain, kemandirian, memilih lingkungan yang sesuai, memi- liki tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran secara spesiiik tentang perempuan khususnya perempuan brkeluarga yang telah berhenti bekerja di suatu organisasi formal dengan kedudukan terakhir pada posisi setingkat manajer. Adanya keputusan berhenti bekerja menirnbulkan pertanyaan mengenai bagaimana kondisi kesejahteraan psikologis perempuan tersebut setelah berhenti bekerja.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam dan Skala Kesejahteraan Psikologis (SPWB) yang diadaptasi dan Ryff (1989) yang bertujuan mendapatkan gambaran yang mendalam dan bermakna. Subjek penelitian benjumlah 3 (tiga) orang dengan karakteristik usia dewasa madya dengan posisi terakhir setingkat level manajer di suatu organisasi formal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kekhasan penghayatan kesejahteraan psikologis pada ketiga subjek penelitian. Subjek yang mengalami dominasi dari suami mempunyai kondisi kesejahteraan psikologis yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki kebebasan dalam menentukan pi1ihan-pilihannya sendiri. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan kesejahteraan psikologis merupakan proses untuk ?menjadi'. Rogers (1995) menggambarkan bahwa aktualisasi diri merupakan suatn proses, suatu arah bukan suatu tujuan, dimana aktualisasi diri berlangsung secara terus-menerus, tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Oleh karena itu, tidak ada titik puncak dari kesejahteraan psikologis. Yang mungkin dicapai oleh individu adalah berubah dari kondisi kesejahteraan psikologis rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kesejahteraan psikologis buka.n dipengaruhi oleh faktor bekrja atau tidak bekerja, namun terdapat faktor-faktor lain yang diduga lebih memberikan pengaruh terhadap kondisi ke- sejahteraan psikologis mereka.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi kesejahteraan psikologis mantan manajer yang berkeluarga.
Makna kerja pada perempuan berkeluarga yang bekerja, terutama pada mereka yang berada pada tingkatan manajerial lebih didasari oleh motif atau keinginannya untuk mengaktualisasikan dirinya. Di Indonesia, kesempatan kerja bagi perempuan dengan jenjang kedudukan yang tinggi telah mengalami peningkatan. Namun demikian, fenomena yang terjadi di masyarakat barat menunjukkan adanya kecenderungan yang cukup tinggi dari perempuan berkeluarga yang berhenti bekerja pada tingkatan manajerial. Keinginan membesarkan dan mengasuh anak merupakan alasan yang paling banyak mereka kemukakan.
Dilema antara kerja dan rumah tangga tersebut menimbulkan keputusan sebagian perempuan berkeluarga yang bekerja untuk berhenti bekerja. Anggapan bahwa tugas-tugas dometik dianggap tidak penting menimbulkan rasa kehilangan nilai bagi individu perempuan ketika mereka berhenti bekerja, yang menyebabkan mereka kehilangan rasa percaya pada diri sendiri, merasa ?tidak layak? untuk bergaul karena statusnya yang ?hanya? sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ini tampak sedikit banyak telah pula mempengaruhi pandangan sebagian masyarakat, terrnasuk perempuan sendiri tentang peran mereka sebagai ibu mmah tangga. Terdapat anggapan bahwa peran ibu rumah tangga itu ketinggalan Jaman, udak prestisius, dan tidak membutuhkan keterampilan intelektual yang tinggi.
Di sisi lain banyak ibu rumah tangga yang menyukai pekerjaan merawat dan mengasuh anak. Mereka melihat peran ibu tergolong spesial, dapat memberikan sesuatu yang bermakna yang dapat memperkaya perkembangan anak (Hock dalam Smolak, 1993) dan keleluasaanya dalam mengatur jadual kerja sendiri (Oakley, dalam Smolak, 1993). Paling tidak secara sementara, mereka ingin mengorbankan penghasilan dan keuntungan lain dari kerja luar rumah dengan jalan memberikan pengaruh mereka terhadap anak.
Kesejahteraan psikologis adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Ryff (1989) memaparkan mengenai karakteristik kesejahteraan psikologis yang meliputi pemahaman dan penerimaan berbagai aspek dari diri seseorang, hubungan yang positif dengan orang lain, kemandirian, memilih lingkungan yang sesuai, memi- liki tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran secara spesiiik tentang perempuan khususnya perempuan brkeluarga yang telah berhenti bekerja di suatu organisasi formal dengan kedudukan terakhir pada posisi setingkat manajer. Adanya keputusan berhenti bekerja menirnbulkan pertanyaan mengenai bagaimana kondisi kesejahteraan psikologis perempuan tersebut setelah berhenti bekerja.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam dan Skala Kesejahteraan Psikologis (SPWB) yang diadaptasi dan Ryff (1989) yang bertujuan mendapatkan gambaran yang mendalam dan bermakna. Subjek penelitian benjumlah 3 (tiga) orang dengan karakteristik usia dewasa madya dengan posisi terakhir setingkat level manajer di suatu organisasi formal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kekhasan penghayatan kesejahteraan psikologis pada ketiga subjek penelitian. Subjek yang mengalami dominasi dari suami mempunyai kondisi kesejahteraan psikologis yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki kebebasan dalam menentukan pi1ihan-pilihannya sendiri. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan kesejahteraan psikologis merupakan proses untuk ?menjadi'. Rogers (1995) menggambarkan bahwa aktualisasi diri merupakan suatn proses, suatu arah bukan suatu tujuan, dimana aktualisasi diri berlangsung secara terus-menerus, tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Oleh karena itu, tidak ada titik puncak dari kesejahteraan psikologis. Yang mungkin dicapai oleh individu adalah berubah dari kondisi kesejahteraan psikologis rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kesejahteraan psikologis buka.n dipengaruhi oleh faktor bekrja atau tidak bekerja, namun terdapat faktor-faktor lain yang diduga lebih memberikan pengaruh terhadap kondisi ke- sejahteraan psikologis mereka.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi kesejahteraan psikologis mantan manajer yang berkeluarga.