Makna kerja pada perempuan berkeluarga yang bekerja, terutama pada mereka yang berada pada tingkatan manajerial lebih didasari oleh motif atau keinginannyauntuk mengaktualisasikan dirinya. Di Indonesia, kesempatan kerja bagi perempuandengan jenjang kedudukan yang tinggi telah mengalami peningkatan. Namun demikian, fenomena yang terjadi di masyarakat barat menunjukkan adanya kecenderungan yang cukup tinggi dari perempuan berkeluarga yang berhenti bekerja pada tingkatan manajerial. Keinginan membesarkan dan mengasuh anak merupakan alasan yang paling banyak mereka kemukakan.Dilema antara kerja dan rumah tangga tersebut menimbulkan keputusan sebagian perempuan berkeluarga yang bekerja untuk berhenti bekerja. Anggapan bahwatugas-tugas dometik dianggap tidak penting menimbulkan rasa kehilangan nilai bagiindividu perempuan ketika mereka berhenti bekerja, yang menyebabkan mereka kehilangan rasa percaya pada diri sendiri, merasa ‘tidak layak’ untuk bergaul karena statusnya yang ‘hanya’ sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ini tampak sedikit banyak telah pula mempengaruhi pandangan sebagian masyarakat, terrnasuk perempuan sendiritentang peran mereka sebagai ibu mmah tangga. Terdapat anggapan bahwa peran ibu rumah tangga itu ketinggalan Jaman, udak prestisius, dan tidak membutuhkan keterampilan intelektual yang tinggi.Di sisi lain banyak ibu rumah tangga yang menyukai pekerjaan merawat danmengasuh anak. Mereka melihat peran ibu tergolong spesial, dapat memberikan sesuatu yang bermakna yang dapat memperkaya perkembangan anak (Hock dalamSmolak, 1993) dan keleluasaanya dalam mengatur jadual kerja sendiri (Oakley,dalam Smolak, 1993). Paling tidak secara sementara, mereka ingin mengorbankanpenghasilan dan keuntungan lain dari kerja luar rumah dengan jalan memberikanpengaruh mereka terhadap anak.Kesejahteraan psikologis adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Ryff (1989) memaparkan mengenai karakteristik kesejahteraan psikologis yangmeliputi pemahaman dan penerimaan berbagai aspek dari diri seseorang, hubunganyang positif dengan orang lain, kemandirian, memilih lingkungan yang sesuai, memi-liki tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran secara spesiiik tentangperempuan khususnya perempuan brkeluarga yang telah berhenti bekerja di suatuorganisasi formal dengan kedudukan terakhir pada posisi setingkat manajer. Adanyakeputusan berhenti bekerja menirnbulkan pertanyaan mengenai bagaimana kondisikesejahteraan psikologis perempuan tersebut setelah berhenti bekerja.Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakanwawancara mendalam dan Skala Kesejahteraan Psikologis (SPWB) yang diadaptasidan Ryff (1989) yang bertujuan mendapatkan gambaran yang mendalam dan bermakna. Subjek penelitian benjumlah 3 (tiga) orang dengan karakteristik usia dewasa madya dengan posisi terakhir setingkat level manajer di suatu organisasi formal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kekhasan penghayatan kesejahteraan psikologis pada ketiga subjek penelitian. Subjek yang mengalami dominasidari suami mempunyai kondisi kesejahteraan psikologis yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki kebebasan dalam menentukan pi1ihan-pilihannya sendiri. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan kesejahteraan psikologismerupakan proses untuk ‘menjadi'. Rogers (1995) menggambarkan bahwa aktualisasidiri merupakan suatn proses, suatu arah bukan suatu tujuan, dimana aktualisasi diriberlangsung secara terus-menerus, tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesaiatau statis. Oleh karena itu, tidak ada titik puncak dari kesejahteraan psikologis. Yangmungkin dicapai oleh individu adalah berubah dari kondisi kesejahteraan psikologisrendah ke tingkat yang lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kesejahteraan psikologis buka.n dipengaruhi oleh faktor bekrja atau tidak bekerja, namun terdapat faktor-faktor lain yang diduga lebih memberikan pengaruh terhadap kondisi ke-sejahteraan psikologis mereka.Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentangfaktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi kesejahteraan psikologis mantanmanajer yang berkeluarga. |